Metaverse menjadi hot topic sejak Facebook dan Microsoft mengklaim perusahaan mereka akan memanfaatkannya. Lantas, perusahaan apa lagi yang terlibat di dalamnya?
Apa yang muncul di benak Anda pertama kali saat mendengar kata Metaverse? Apakah mengacu pada Facebook yang kini berganti nama menjadi Meta? Ya, Facebook memang secara resmi melakukan rebranding dengan nama itu sejak Oktober 2021.
Metaverse dianggap sebagai produk terbaik dari dunia teknologi. Sebenarnya ini bukanlah hal yang baru, tetapi akhir-akhir ini saja yang mulai booming. Metaverse sendiri berasal dari dua kata, yakni "meta" yang artinya melampaui dan "verse" yang merupakan universe atau alam semesta. Diambil dari etimologinya, kita dapat simpulkan bahwa Metaverse sejatinya merupakan salinan dunia nyata yang diadopsi ke dunia virtual.
Misalnya, kita sering shopping di dunia nyata ke sebuah mall. Kita biasa memilih pakaian sesuai dengan kehendak hati. Nah, di Metaverse pun kita juga bisa melakukannya. Akan ada Mall di sana dan pengguna bisa bebas memilih produk yang ingin dibeli. Apakah barangnya gratis? Tentu saja tidak, karena konsepnya sama seperti di kehidupan nyata. Barang yang dibeli tetap akan menjadi milik Anda seperti halnya di kehidupan nyata. Perbedaannya, yang memakai barang itu adalah avatar Anda.
Sebenarnya, masih banyak hal yang bisa dilakukan selain berbelanja. Kita juga bisa liburan ke luar negeri meskipun hanya virtual saja dengan Metaverse Orang yang pertama kali mengenalkan konsep Metaverse adalah Neal Stephenson pada tahun 1992 di novelnya yang berjudul Snow Crash.
Novel tersebut menjelaskan bahwa Metaverse merujuk pada dunia berkonsep 3D yang di dalamnya dihuni oleh avatar manusia. Masing-masing avatar ini akan berinteraksi satu sama lain.
Perusahaan yang Bersaing di Dunia Metaverse
Kehadiran dunia Metaverse sudah jelas berpotensi mengubah cara berpikir dan cara kerja masyarakat yang menggunakannya, baik dalam berbisnis, berinteraksi, berbelanja, hingga menikmati hiburan. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang mulai memanfaatkan Metaverse dalam membangun jaringannya.
Namun, membangun Metaverse tidak semudah membalikkan telapak tangan karena butuh upaya besar. Kompleksitas Metaverse membutuhkan banyak entitas di dalamnya, karena tidak mungkin kita hanya membangun dunia virtual untuk kalangan sendiri, bukan? Nah, berikut beberapa perusahaan yang sedang membangun bisnis Metaverse.
Untuk orang awam, Perusahaan Meta masih terdengar asing. Tetapi jika menyebut Facebook, bisa jadi mereka semua tahu. Ya, siapa yang tidak tahu Facebook? Platform media sosial terbesar ini telah banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia.
Facebook menjadi perusahaan pertama yang mulai mempopulerkan Metaverse dengan mengubah nama perusahaan. Saat pengumumannya, perusahaan ini telah meluncurkan versi awal Metaverse mereka yang sebut Horizon World.
CEO Facebook yakni Mark Zuckerberg mengatakan bahwa alasan mengganti nama Facebook menjadi Meta adalah untuk menekankan fokusnya membangun Metaverse sebagai bagian masa depan.
Untuk jangka panjangnya, mereka sudah menyiapkan berbagai teknologi maju untuk Meta, seperti VR messaging, Horizon Marketplace, Project Cambria, dan lain sebagainya. Lebih menariknya lagi, Mark juga sudah menyiapkan token project Libra yang bisa diinvestasikan.
CEO Meta juga menyebutkan pentingnya NFT, aset-aset kripto, dan blockchain di Metaverse. Dengan demikian, semua hal tersebut bisa ditransfer ke Metaverse dan dinikmati layaknya di kehidupan nyata.
Simak juga: Belajar NFT (Non-Fungible Token) untuk Pemula
Tencent
Siapa yang tidak kenal perusahaan raksasa asal Tiongkok ini? Perusahaan yang melingkupi industri media sosial dan game di China ini menyatakan akan membangun bisnis Metaverse. Bahkan, para ahli mengatakan Tencent bisa menjadi rival Meta (FB).
Sebenarnya, sangat mudah bagi Tencent menarik pasaran Metaverse dengan WeChat dan Tencent QQ yang menaungi platform gaming, musik, film, serta e-commerce. Mereka menyatakan bahwa membangun infrastruktur gaming ke dalam Metaverse itu penting.
Baca juga: 7 Game Penghasil Cuan Terbaik yang Berbasis Blockchain
Dengan audiensnya yang banyak, Metaverse besutan Tencent akan sangat diminati. Namun, ada satu hambatan harus mereka hadapi, yakni regulasi Tiongkok yang ketat jika berkaitan dengan akses internet.
Tindakan keras dari pemerintah ini bisa jadi membuat masa depan Metaverse tidak cerah di negara mereka. Akan tetapi, mereka menampik pendapat tersebut dan menyatakan pada dasarnya Beijing tidak menolak pengembangan Metaverse. Karena itu, Tencent tetap membangun platform Metaverse mereka sendiri dan mendaftarkan banyak produk dagang terkait Metaverse.
Binance
Perusahaan ketiga yang bersaing di dunia Metaverse adalah Binance. Ya, perusahaan yang berfokus pada pertukaran kripto ini juga turut membangun dunia Metaverse. Tahukah Anda Binance ini justru menjadi fondasi utama Metaverse karena mata uang kripto dan blockchain-nya?
Kita sendiri sudah paham bahwa segala sesuatu yang dibeli pasti memerlukan alat pembayaran dan transaksi. Nah, di sinilah manfaat Binance akan terasa. Terkait dengan transaksi finansial, Binance akan berupaya menyediakan infrastruktur terkait kebutuhan tersebut.
Salah satu contohnya adalah Binance NFT Marketplace yang digunakan sebagai tempat berdagang aset virtual NFT dari berbagai blockchain.
Menariknya lagi, Binance telah bekerja sama dengan salah satu agensi hiburan Korea Selatan, yakni YG Entertainment Inc. Pihak Binance telah mengatakan bahwa mereka sudah menandatangani Nota Kesepahaman. Mereka akan bekerja sama dalam berbagai proyek blockchain, seperti kolaborasi dunia NFT. Nantinya, Binance akan menyediakan platform NFT, sementara pihak YG Entertainment akan menyediakan konten dan hiburannya.
Epic Games
Epic Games juga menjadi perusahaan yang kepincut bersaing di Metaverse. Perusahaan yang sudah memiliki 350 juta pemain terdaftar ini digadang-gadang sebagai perusahaan Metaverse paling matang.
Baca juga: 7 Token Gaming Paling Top untuk Play-to-Earn
Bagaimana tidak, video game terpopuler mereka, yaitu Fortnite, diprediksi bisa menarik 60 juta pelanggan setiap bulannya jika dikembangkan lebih lanjut. Belum lagi, fitur-fitur yang akan disajikan seperti AR, VR, dan 3D yang lebih mudah diakses sudah pasti akan disukai video gamer.
Sebenarnya, game Fornite atau game Battle Royale yang populer itu sudah menghadirkan pengalaman RPG ke publik (yang mendekati apa itu Metaverse). Namun, konsep Metaverse secara umum adalah untuk menghadirkan perspektif orang pertama. Jadi, inilah yang harus dilakukan Epic Games. Kabar baiknya, perusahaan ini sudah memiliki dana untuk segera mengimplementasikan pengalaman virtual dan augmented reality-nya.
Microsoft
Beberapa produk Microsoft yang kita kenal adalah MS Office-nya yang hampir setiap hari kita gunakan. Kehadiran Microsoft di dunia Metaverse sangatlah berarti. Bagaimana bisa?
Saat ini, kita diharuskan hidup berdampingan dengan virus COVID-19 yang mau tidak mau telah mengubah cara kerja kita. Penyebaran virusnya mengharuskan banyak orang harus bekerja dari rumah atau bahasa kerennya WFH (Work From Home).
Karena alasan itu, Microsoft meluncurkan dan mengenalkan Mesh for Team, sebuah platform untuk rapat virtual bagi penggunanya. Dengan proyek Metaverse ini, pekerja bisa melakukan rapat, presentasi, dan mengobrol satu sama tanpa perlu pergi ke kantor.
Kelebihannya lagi, salah satu alat bantu mereka yaitu HoloLens 2 akan memproyeksikan Anda dalam bentuk avatar di kantor virtual. Anda pun bisa melakukan kontak mata, menampilkan ekspresi wajah, dan gerak tubuh sesuai keinginan.
Simak Juga: Haruskah Anda Berinvestasi di Metaverse?
Sejauh ini, CEO Google Sundar Pichai tidak berkomentar apapun mengenai adaptasi teknologi Metaverse. Akan tetapi, perusahaan internet raksasa ini digadang-gadang telah mengembangkan Metaverse ke platform mereka.
Dalam wawancaranya dengan Bloomberg, Sundar Pichai tidak mengeluarkan statement apapun tentang Metaverse. Namun, dia mengatakan bahwa komputasi dari waktu ke waktu akan beradaptasi dengan manusia, bukan sebaliknya. Dia juga menambahkan bahwa orang tidak akan selamanya berinteraksi dengan komputasi dalam kotak hitam.
Baginya, Metaverse itu seperti evolusi komputasi dengan cara yang imersif menggunakan augmented reality. Jika Anda pernah mendengar Google Glass, itulah salah satu produk fundamental Metaverse mereka. Selain itu, Google juga telah mengembangkan perangkat VR dan AR melalui proyek Starline sebagai komitmennya dalam Metaverse.
Roblox Corporation
Roblox adalah perusahaan game terkenal yang berfokus pada simulasi dunia terbuka (open-world) di mana orang bebas berinteraksi tanpa batasan plot cerita. Sama seperti Google, Roblox tetap bungkam soal Metaverse. Alasan utama Roblox bungkam tentang Metaverse adalah untuk fokus mengatasi masalah server (persistent world server) yang cukup mengganggu pengalaman bermain game banyak penggunanya.
Namun satu hal yang pasti, Roblox telah memperluas layanan ke VR (khususnya di Oculus) yang mendekati karakteristik Metaverse. Perusahaan ini mengatakan pengguna bisa menciptakan ruang virtual dengan jutaan pengalaman 3D di mana orang bisa bermain, berkumpul, berkreasi, dan lain sebagainya.
Nikeland
Brand pakaian olahraga global, Nike, juga turut ikut membangun Metaverse. Kali ini, Nike menggandeng perusahaan Roblox untuk bekerja sama membangun dunia virtual yang dinamakan Nikeland. Nikeland berisi pilihan ruang pamer produk dan area bermain, sehingga pengguna bisa menikmati pengalaman lintas platform Nike and Roblox.
Dalam dunia Metaverse ini, kemungkinan pengguna akan mendandani avatar mereka dengan produk-produk dari Nike. Perusahaan yang berbasis di Beaverton tersebut mengizinkan para pengembang untuk membangun kreativitas di platformnya agar pengunjung dapat menikmati pengalaman Metaverse yang menarik.
Dyson
Selain platform game, messaging, dan perkantoran, Metaverse juga dapat dikembangkan untuk perusahaan peralatan rumah tangga (home appliances). Salah satu perusahaan yang meluncurkannya adalah Dyson.
Korporasi asal Inggris ini telah membuat Dyson Demo VR, yaitu "realitas virtual untuk melayani konsumen." Layanan virtual interaktif ini dapat diakses dengan Oculus (penampil realitas virtual imersif yang dimiliki oleh Facebook/Meta).
Dengan aplikasi tersebut, pelanggan bisa menikmati berbagai produk Dyson, seperti pengering rambut, catok rambut, penata rambut, dan lain sebagainya secara virtual.
Sensorium
Di penjelasan sebelumnya, kita telah menyebutkan bahwa dunia Metaverse itu seperti dunia nyata. Jika di dalam dunia nyata kita bisa berekreasi menyegarkan pikiran ke gunung atau air terjun, maka dengan Metaverse pun kita bisa melakukannya secara virtual.
Perusahaan Sensorium sedang berupaya membangun "taman bermain" virtual dengan kualitas grafis tinggi. Sehingga, kita akan bisa menyegarkan dan menjernihkan pikiran dengan meditasi tanpa harus kesulitan mencari tempat yang sesuai. Sesuatu yang luar biasa, bukan? Kita tak perlu keluar rumah dan lelah berjalan ke gunung atau ke tempat air terjun karenai bisa menikmati meditasi yang tenang dari rumah.
Salah satu alasan mengapa Metaverse menjadi pembicaraan hangat baru-baru ini adalah keterkaitannya dengan jaringan blockchain. Selain Metaverse, teknologi bermanfaat yang dikembangkan dari jaringan tersebut adalah DeFi atau Decentralized Finance.