Tanpa adanya penerapan manajemen risiko yang baik, cepat atau lambat Anda akan kesusahan meraih profit konsisten dari trading. Berikut adalah beberapa macam manajemen risiko terbaik menurut broker MIFX.
Mungkin Anda sering mendengar pengalaman trader yang rugi banyak di awal, lalu menjadi takut dan langsung berhenti trading. Dalam pasar forex, tak ada ilmu pasti yang bisa 100 persen memprediksi pergerakan harga dengan benar. Mungkin Anda bisa mengklaim punya strategi trading ampuh atau menggunakan analisa tepercaya, namun seampuh dan sebaik-baiknya suatu sistem, pasti ada potensi kesalahan prediksi yang bisa membuat loss.
Kejadian loss besar biasanya disebabkan karena tidak adanya risk management atau manajemen risiko yang baik. Banyak trader profesional selalu menyarankan pemula untuk mempelajari dan menerapkan manajemen risiko yang baik. Menurut broker MIFX, manajemen risiko adalah salah satu kunci sukses trading. Kenapa? Sebab tanpa adanya penerapan manajemen risiko yang baik, cepat atau lambat Anda akan gagal meraih profit konsisten dari trading.
Baca Juga: Belajar Menjadi Trader yang Sukses Profit Konsisten
Masih ingat dengan kisah pengalaman buruk Bill Lipschutz, salah satu trader terbaik peraih penghargaan Trader Monthly Hall of Fame? Meski di awal kisah Lipschutz sukses mengembangkan dana $12 ribu menjadi $250 ribu, ia sempat lalai dalam menjaga manajemen risiko yang sudah diasahnya dan ia mengalami kerugian hingga seluruh uang tersebut hampir habis. Beruntung Lipschutz menyadari kesalahannya tersebut dan langsung kembali fokus pada pengendalian risiko. Berkat kedisiplinan trading dalam manajemen risiko, Lipschutz berhasil mengembalikan kerugian, bahkan ia juga mendapatkan profit lebih besar dari sebelumnya.
DI
|
Daftar Isi |
Beberapa Macam Manajemen Risiko Terbaik Ala MIFX
Belajar dari pengalaman loss Bill Lipschutz, dapat disimpulkan bahwa mau Anda sudah berpengalaman sekalipun, jangan pernah sekali-kali melupakan manajemen risiko bila tidak ingin bangkrut. Lantas, apa saja macam dan cara menerapkan manajemen risiko yang baik? Untuk menjawab hal tersebut, broker MIFX memiliki beberapa macam manajemen risiko terbaik, serta cara penerapan yang bisa Anda coba lakukan ketika merencanakan strategi trading. Berikut penjelasan lengkapnya:
Stop Loss atau Cut Loss
Teknik yang paling mudah dilakukan untuk menekan risiko kerugian adalah dengan Cut Loss atau Stop Loss. Sebelum melakukan transaksi dan memasangnya stop loss, tentukan dulu besaran risiko per transaksi. Batas kerugian per transaksi yang disarankan adalah 0.5% hingga 2% dari saldo akun Anda.
Lalu, bagaimana cara menutup kerugian 0.5% hingga 2% itu? Nah, ketika Anda menentukan besaran risiko tadi, jangan lupa untuk menentukan juga potensi keuntungan yang bisa didapatkan. Istilah populernya adalah Risk and Reward Ratio. Pastikan ukuran Risk and Reward Ratio (RRR) ini sebanding dengan persentase kemenangan dari strategi trading Anda.
Semisal, Anda memiliki modal $1000. Dengan batas kerugian per transaksi 1% dan RRR 1:2, maka sekali buka posisi Anda hanya boleh merugi $10, serta displin ambil profit sebesar $20 saja. Jadi, meskipun persentase kemenangan per bulan dari strategi hanya 35% dan kemungkinan loss 65%, Anda masih bisa mendapatkan hasil akhir $50 per bulan.
Setelah menghitung potensi profit maupun kerugian, Anda bisa menentukan batas kerugian dan keuntungan dengan fitur Stop Loss, serta Take Profit yang tersedia di platform Metatrader ataupun MIFX Mobile App. Dengan menggunakan fitur ini, transaksi Anda akan tertutup secara otomatis jika harga menyentuh batas Stop Loss maupun Take Profit.
Baca Juga: Awas 3 Kesalahan Fatal Memasang Stop Loss Dan Take Profit
Switching
Teknik Switching muncul dari kelebihan forex yang memiliki peluang trading dua arah. Cara kerja teknik ini adalah dengan mengubah posisi trading dari buy ke sell, ataupun sebaliknya.
Misalnya, Anda sudah membuka posisi buy, tentu yang diharapkan adalah harga akan menguat agar bisa mendapatkan profit. Namun, ternyata harga tidak bergerak naik sesuai analisa Anda, bahkan justru turun hingga 2%. Di saat hal ini terjadi, Anda harus menutup posisi buy dan membuka posisi sell sebagai kompensasi kerugian dari transaksi sebelumnya, sekaligus mengejar potensi profit yang baru.
Selain itu, teknik Switching juga memerlukan kecepatan ekskusi yang cepat tanpa delay atau requote. Sebab kondisi requote berisiko membuat Anda tidak mendapatkan posisi Switching yang optimal. Melihat kebutuhan tersebut, broker MIFX berani menjamin bahwa kecepatan eksekusinya tidak akan mengalami requote, sehingga Anda dapat lebih nyaman dalam melakukan teknik Switching.
Baca Juga: Cara Menghindari Requote Broker Forex
Meksi demikian, teknik switching sebenarnya tidak cocok bagi pemula, sebab membutuhkan analisis yang matang dan penuh keyakinan. Jika Anda memang tidak yakin transaksi kedua akan menghasilkan profit yang bisa menutup kerugian dari transaksi pertama, cukup lakukan cut loss saja tanpa Switching.
Cost Averaging
Teknik yang terakhir adalah Cost Averaging. Teknik ini berangkat dari pendapat bahwa harga pasar tidak mungkin bergerak ke satu arah untuk selamanya. Dengan teknik Cost Averaging, Anda harus membuka posisi trading secara berkala dan konsisten hanya pada satu arah saja. Pada akhirnya, Anda akan mendapatkan peluang profit dan risiko loss rata-rata atau average.
Cost Averaging merupakan teknik yang cukup ekstrim. Kenapa disebut ekstrim? Karena pada dasarnya teknik ini mencoba untuk melawan arah pergerakan harga atau counter trend di area Support dan Resistance. Ini berbeda dengan kedua teknik sebelumnya yang termasuk following trend.
Baca Juga: Mengenal Gaya Trading Follow Trend Dan Counter Trend
Selain itu, terkadang teknik Cost Averaging juga dapat memaksa Anda order dan membuka banyak posisi transaksi, tergantung dari banyaknya area Support atau Resistance yang tertembus. Dengan trading di broker MIFX, Anda bisa menggunakan teknik Cost Averaging tanpa takut dibatasi jumlah maksimal order terbuka selama margin masih mencukupi.
Teknik ini lebih disarankan untuk trader yang memiliki dana cukup besar untuk trading, sebab teknik Cost Averaging tidak menggunakan Stop Loss. Selain itu, perhatikan dan perhitungkan margin ketika melakukan teknik ini, jangan sampai Anda kehabisan margin hingga tidak bisa membuka posisi baru lagi.
Kesimpulan
Di antara tiga macam teknik di atas, teknik Stop Loss merupakan yang paling mudah untuk diterapkan oleh trader pemula. Sedangkan teknik Switching dan Cost Averaging lebih disarankan untuk trader lebih berpengalaman, terutama Cost Averaging yang membutuhkan modal besar. Namun karena MIFX telah menyediakan ukuran lot mikro, tentu kebutuhan modal besar tersebut bisa diperkecil 10 kali lipat, dibandingkan broker lainnya yang masih menggunakan lot mini. Anda bisa mencoba ketiga teknik tersebut tanpa risiko dengan menggunakan akun demo MIFX.
Tak hanya itu, jika Anda menghidupkan fitur high leverage MIFX, trading menggunakan modal kecil bisa terasa seperti modal besar. Dengan leverage sebesar 1:500 akan membuat modal Anda memiliki kekuatan transaksi 500 kali lipat lebih besar. Semisal modal Anda adalah $100, maka fitur high leverage akan membuat $100 tersebut memiliki kekuatan transaksi seperti modal $50 ribu.
Bila Anda tidak mau repot menghitung dan menentukan risiko secara manual, broker MIFX juga telah menyediakan fitur yang dapat membantu perhitungan manajemen risiko secara otomatis, yaitu Signal Trading. Dengan informasi penentuan letak Stop Loss dan Take Profit yang dikirimkan melalui notifikasi, Anda tidak perlu repot memperhatikan dan menganalisa pasar setiap saat. Pelajari selengkapnya di artikel berjudul, "Cara Meningkatkan Peluang Cuan dengan Trading Signal MIFX".