Mulai dari MACD, RoC, hingga ADX, berikut adalah indikator momentum terbaik yang bisa digunakan trader. Seperti apa saja sinyalnya dan bagaimana cara menggunakan indikator-indikator tersebut?
Dalam dunia trading, mampu memahami pergerakan harga merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, banyak trader menggunakan berbagai macam indikator teknikal untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan trading. Salah satu jenis indikator teknikal yang sering digunakan adalah indikator momentum. Indikator ini mengukur kecepatan perubahan harga dalam suatu periode sehingga dapat membantu trader memperkirakan arah pergerakan selanjutnya dengan lebih akurat.
Namun perlu dipahami, setiap indikator memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga penting untuk memahami karakteristiknya sebelum digunakan dalam trading. Pada ulasan kali ini, penulis akan membahas 5 indikator momentum terbaik untuk mengidentifikasi trend pasar dan potensi perubahan arah pergerakan harga. Namun sebelum itu, mari mengenal lebih dalam tentang indikator momentum terlebih dulu.
Apa Itu Indikator Momentum?
Singkatnya, indikator momentum adalah tools atau alat teknis yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan kecepatan pergerakan harga. Indikator momentum membantu trader menentukan apakah trend harga akan berlanjut atau akan mengalami pembalikan. Indikator ini lazim digunakan pada berbagai jenis pasar, seperti saham, forex, komoditas, dan kripto.
Indikator momentum akan menghitung perubahan harga dalam periode waktu tertentu dan menunjukkan kekuatan beli atau jual di pasar. Jika indikator momentum menunjukkan ada kekuatan beli yang kuat, harga berpotensi terus naik. Sebaliknya, kekuatan jual yang lebih kuat cenderung memproyeksikan penurunan harga.
Salah satu keuntungan menggunakan indikator momentum adalah dapat membantu trader mengidentifikasi perubahan harga yang signifikan sebelum terjadi. Dengan indikator momentum, trader dapat melihat apakah harga sedang mengalami pembalikan atau hanya mengalami koreksi sementara. Hal ini dapat membantu trader untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam melakukan trading.
Baca juga: Tips Pintar Menggunakan Indikator Momentum
Bagaimana Cara Trading dengan Indikator Momentum?
Indikator momentum lazimnya dapat digunakan untuk mencari sinyal trading. Tetapi, akan jauh lebih baik jika indikator ini digunakan untuk mengkonfirmasi validitas trading berdasarkan price action seperti breakout ataupun pullback.
Dalam praktiknya, ada beberapa cara yang dapat dimanfaatkan trader dalam memperoleh sinyal dari indikator momentum, antara lain:
1. Sinyal Crossover
Sinyal crossover adalah sebuah sinyal trading yang terjadi ketika dua garis indikator yang berbeda periode saling memotong satu sama lain. Sinyal crossover sering digunakan untuk mengidentifikasi perubahan arah pergerakan harga dan memberikan sinyal Buy atau Sell.
Misalnya, pada saat trader menggunakan Moving Average Convergence Divergence (MACD ), sinyal Buy atau Sell dihasilkan ketika garis MA berperiode rendah pada indikator MACD melintasi garis MA berperiode tinggi dari atas atau bawah.
2. Divergensi
Divergensi dalam trading forex mengacu pada situasi di mana pergerakan harga suatu mata uang tidak sejalan dengan indikator teknikal. Dalam hal ini, trader mencari perbedaan antara arah pergerakan harga dan indikator momentum sebagai sinyal potensial untuk menentukan entry.
Ada dua jenis divergensi yang bisa menjadi acuan, yaitu divergensi bullish dan divergensi bearish. Divergensi bullish terjadi ketika harga pasangan mata uang turun, tetapi indikator momentum menunjukkan kecenderungan naik. Sebaliknya, divergensi bearish terjadi ketika harga pasangan mata uang naik, tetapi indikator momentum terindikasi turun.
Apa Saja Indikator Momentum Terbaik?
Berikut adalah beberapa indikator momentum populer yang bisa membantu trader dalam mengukur kecepatan harga:
1. MACD
Moving Average Convergence Divergence (MACD) adalah indikator momentum terbaik untuk mengukur kekuatan, arah, dan momentum pergerakan harga suatu pasangan mata uang. MACD terdiri dari garis MACD, garis sinyal, serta sebuah histogram.
Garis MACD adalah selisih antara dua Moving Average eksponensial (EMA ) dengan periode yang berbeda, yaitu EMA periode 12 dan EMA periode 26. Ketika garis MACD memotong garis sinyal dari bawah ke atas, ini menunjukkan sinyal Buy. Sedangkan ketika garis MACD memotong garis sinyal dari atas ke bawah, ini menunjukkan sinyal Sell.
Baca juga: Cara Membaca Indikator MACD Berdasarkan 4 Macam Fungsinya
Histogram MACD menunjukkan perbedaan antara garis MACD dan garis sinyal. Ketika histogram di atas garis nol, ini menunjukkan bahwa harga sedang naik dengan momentum yang kuat. Sementara, histogram di bawah garis nol menunjukkan momentum penurunan harga. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat gambar di bawah ini.
2. Rate of Change
Indikator momentum terbaik berikutnya adalah Rate of Change (RoC) yang lazim digunakan untuk mengukur perubahan persentase harga pasangan mata uang dalam jangka waktu tertentu. RoC menghitung persentase perubahan harga saat ini dibandingkan dengan harga beberapa periode sebelumnya. Hal ini membantu trader untuk mengidentifikasi trend dan momentum pasar, serta memberikan sinyal potensial untuk membeli atau menjual pasangan mata uang.
Baca juga: Strategi Trading dengan Indikator RoC (Rate of Change)
RoC dihitung dengan cara membandingkan harga saat ini terhadap harga beberapa periode sebelumnya, kemudian hasilnya dibagi dengan harga periode sebelumnya, dan dikalikan dengan 100 untuk mendapatkan persentase perubahan. RoC sering menggunakan periode 12 sebagai acuan standar, tetapi dapat disesuaikan dengan preferensi dan strategi trading masing-masing trader.
Ketika nilai ROC positif, ini menunjukkan bahwa harga sedang naik dan diindikasikan sebagai sinyal Buy. Sedangkan ketika nilai ROC negatif, ini menunjukkan bahwa harga sedang turun dan menjadi sinyal Sell. Contoh penggunaannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
3. Stochastic Oscillator
Stochastic Oscillator merupakan indikator momentum terbaik berikutnya untuk mengukur kecepatan dan momentum pergerakan harga suatu pasangan mata uang. Indikator ini membandingkan harga penutupan terakhir dengan kisaran harga tertinggi dan terendah dalam jangka waktu tertentu.
Stochastic Oscillator terdiri dari dua garis, yaitu %K dan %D. Garis %K adalah garis cepat yang dihitung berdasarkan perbandingan antara harga penutupan terakhir dengan kisaran harga terendah dan tertinggi dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu, %D adalah garis lambat yang merupakan Moving Average dari %K.
Stochastic Oscillator biasanya menggunakan periode 14 sebagai acuan standar. Ketika garis %K memotong garis %D dari bawah ke atas, ini menunjukkan sinyal Buy. Sedangkan ketika garis %K memotong garis %D dari atas ke bawah, ini menunjukkan sinyal Sell.
Stochastic Oscillator juga menggunakan level overbought dan oversold sebagai acuan. Level overbought biasanya ditetapkan pada angka 80 yang menunjukkan bahwa pasar sudah jenuh beli. Di sisi lain, level oversold biasanya ditetapkan pada angka 20 sebagai penanda pasar sudah jenuh jual. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
Baca juga: Cara Membaca Indikator Stochastic Menurut 3 Macam Fungsinya
4. Relative Strength Index
RSI menjadi salah satu indikator momentum terbaik karena dapat mengukur kekuatan relatif dari sebuah pasangan mata uang dalam jangka waktu tertentu. RSI dihitung dengan membandingkan rata-rata kenaikan harga dalam jangka waktu tertentu terhadap rata-rata penurunan harga dalam jangka waktu yang sama. RSI menggunakan skala 0-100, di mana nilai 70 atau di atasnya menunjukkan overbought, sedangkan di bawah 30 menunjukkan oversold.
Ketika RSI mencapai level overbought, ini menunjukkan bahwa harga telah naik terlalu tinggi dan mungkin akan mengalami koreksi atau pembalikan harga. Sebaliknya, ketika RSI mencapai level oversold, ini menunjukkan bahwa harga telah turun terlalu rendah sehingga berpotensi memantul naik.
RSI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi divergensi, yaitu ketika harga dan trend RSI bergerak secara berlawanan. Divergensi bullish terjadi ketika harga melemah tetapi RSI justru menguat, sedangkan divergensi bearish terjadi ketika harga naik tetapi RSI malah bergerak turun.
Baca juga: 3 Tips Trading Dengan Indikator RSI
5. Average Directional Index
Indikator momentum terbaik yang terakhir adalah ADX. Indikator ini dapat membantu trader mengidentifikasi apakah pasar sedang dalam trend kuat atau lemah.
ADX dihitung dengan menggunakan selisih antara indikator Directional Movement Indicator (DMI) positif dan negatif, kemudian divalidasi dengan Moving Average. Indikator ADX biasanya diukur dalam skala 0-100. Nilai di atas 25 menunjukkan pasar sedang dalam trend kuat, sementara ADX di bawah 25 menunjukkan pasar dalam trend lemah atau berkonsolidasi. ADX juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kondisi divergensi.
Kesimpulan
Pada dasarnya, kelima indikator di atas dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi perubahan momentum dan arah harga dengan lebih baik. Sehingga, trader dapat mengidentifikasi peluang trading yang menguntungkan dengan lebih mudah dan akurat. Namun, penting untuk diingat bahwa indikator momentum harus digunakan secara hati-hati. Guna mendapatkan sinyal trading yang lebih akurat, trader juga dapat mengkombinasikannya dengan analisa fundamental ataupun price action ataupun fundamental. Bahkan, beberapa indikator di atas juga dapat digabungkan satu sama lain. Salah satu contohnya adalah strategi menggabungkan MACD dan Stochastic untuk entry.