Mulai dari Moving Averages hingga Ichimoku Cloud, apa saja indikator untuk analisa cryptocurrency yang patut jadi pertimbangan Anda? Bagaimana penggunaannya?
Bertambahnya jumlah pilihan koin dan token kripto serta meroketnya harga Bitcoin membuat cryptocurrency semakin digemari oleh para trader. Namun cepatnya pergerakan harga kripto dapat membuat banyak trader mengalami kerugian.
Sebagian trader tersebut juga mengatakan bahwa volatilitas kripto membuatnya susah diprediksi menggunakan indikator teknikal pada umumnya. Hal ini menjadikan sebagian trader kripto tak tahu harus apa ketika hendak entry.
(Baca Juga: 5 Indikator Bitcoin Terbaik Versi Para Pakar)
Mau trading forex, saham, ataupun kripto, semuanya tetap perlu perhitungan atau analisa teknikal. Lalu, apa saja indikator cryptocurrency yang bisa digunakan? Artikel ini akan membahas beberapa indikator terbaik untuk trading cryptocurrency, beserta cara sederhana menggunakannya. Berikut adalah indikator yang sering digunakan saat trading kripto:
DI
|
Daftar Isi |
1. Moving Average (MA)
Karena kemampuannya dalam menunjukkan arah pergerakan harga, indikator Moving Average menjadi salah satu indikator favorit para trader. Dengan metode pembacaan yang sederhana dan mudah, indikator ini kerap dinilai sebagai indikator terbaik untuk kripto.
Berdasarkan perhitungan harga rata-rata pada periode tertentu, Moving Average mampu mengukur ke mana arah tren bergerak. Misalnya saja dengan memanfaatkan Moving Average berperiode 5 dan 10 seperti pada grafik di atas, Anda bisa bersiap membuka posisi ketika terjadi persilangan di antara kedua garis MA.
2. Relative Strength Index (RSI)
Indikator ini mampu mengidentifikasi titik entry secara lebih akurat. Meski memiliki formula yang cukup rumit, Relative Strength Index dapat merumuskan apakah aset kripto telah oversold (menembus di bawah 30) atau justru overbought (menembus di atas 70).
Saat garis RSI menembus di atas garis 30, maka merupakan pertanda munculnya sinyal bullish. Begitupun sebaliknya jika terjadi penembusan level 70 ke arah bawah.
RSI juga bisa digabungkan dengan indikator tren seperti Moving Average, karena RSI memiliki pola closing chart yang bisa memberi sinyal reversal. RSI juga diklaim sebagai indikator yang sangat cocok dalam menemukan momentum terbaik untuk membeli atau menjual aset kripto.
3. Moving Average Convergence Divergence (MACD)
Sebagai indikator momentum pasar, MACD digunakan untuk mengukur kekuatan tren yang terjadi, sekaligus menunjukkan kondisi divergensi (penyebaran) bullish atau bearish. Hal ini membuat para investor maupun trader kripto memanfaatkan MACD untuk menemukan tren yang saat ini atau di masa mendatang.
Baca Juga: 5 Cara Trading Bitcoin Dengan MACD
Pada dasarnya, MACD hampir sama dengan MA tapi lebih fokus pada data harga. Kelebihan ini akan membantu trader melakukan open posisi secara lebih cepat. Selain itu, MACD dapat menampilkan crossing (perpotongan) sinyal dan chart histogram untuk mengukur kekuatan tren (momentum).
Garis MACD yang memotong garis sinyal bagian bawah mengindikasikan sinyal jual. Begitu juga saat memotong garis atas, maka akan menunjukkan sinyal beli. Dengan melihat cara kerja indikator ini, maka pengguna MACD bisa menentukan berapa lama tren dan momentum yang sedang terjadi akan bertahan.
4. Bollinger Bands (BB)
Bollinger Bands ialah salah satu indikator populer untuk mengukur volatilitas dan melihat tren arah pergerakan harga. Selain itu, Bollinger Bands juga bisa mengidentifikasi keadaan pasar apakah overbought atau oversold.
Indikator ini memanfaatkan Moving Average dan dua band atau pita (di atas dan bawah MA). Kedua pita tersebut ditentukan berdasarkan penambahan dan pengurangan nilai MA dengan standar deviasi yang mengukur volatilitas. Melihat perumusan tersebut, maka BB akan bergerak sesuai dengan kondisi pasar.
Penggunaan BB paling akurat dalam memprediksi uptrend dan downtrend yang kuat adalah Double Bollinger Bands. Caranya, buatlah BB menggunakan Simple Moving Average (SMA) 20-hari plus standar deviasi 1, kemudian gabungkan dengan BB Exponential Moving Average (EMA) standar deviasi 2.
Double Bollinger Bands ini memberikan gambaran lebih jelas saat akan terjadi uptrend. Jika posisi harga berada di atas Bollinger Bands, baik yang pertama maupun yang kedua, maka itu sinyal harga ketika bersiap untuk uptrend. Begitu pula sebaliknya.
Entry order kripto saat terjadi tren kuat akan lebih menguntungkan dan meminimalisir risiko, karena tren kuat jarang sekali terkoreksi ketika pergerakan masih berlangsung. Meski Bollinger Bands sangat fleksibel dan cukup akurat, strategi ini tidak cocok digunakan ketika harga sideways.
5. Ichimoku Cloud (Ichimoku Kinko Hyo)
Ichimoku Kinko Hyo berfungsi untuk mengindentifikasi arah tren, mengukur momentum, serta memberikan sinyal pembalikan arah atau reversal. Indikator ini sebenarnya mirip dengan indikator Moving Average, namun pada Ichimoku terdapat tambahan komponen seperti Cloud atau Kumo, Tenkan Sen, Kijun Sen, dan Chikou Span.
Karena tambahan komponen-komponen tersebut, Ichimoku Kinko Hyo memberikan perhitungan yang lebih akurat dibandingkan Moving Average. Inilah penjelasan dari komponen-komponennya:
- Cloud atau Kumo adalah komponen yang penting dalam indikator Ichimoku karena ia dapat menunjukkan area Support atau Resistance. Kumo sendiri dibatasi oleh garis yang bernama Senkou Span A dan Senkou Span B. Ketebalan dan bentuk Kumo atau Awan ini bisa berubah-ubah sesuai dengan perubahan harga yang terjadi di pasar. Awan yang tebal menandakan volatilitas pasar semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Ini umumnya terjadi ketika tren sudah mulai melemah.
- Tenkan Sen adalah kurva berwarna biru yang berfungsi sebagai level Support atau Resistance untuk menunjukkan arah tren. Sedangkan Kijun Sen adalah kurva berwarna merah yang berperan sebagai konfirmator arah tren.
- Chikou Span adalah kurva berwarna kuning yang berguna memberikan konfirmasi lebih lanjut tentang posisi tren saat ini.
Ichimoku Cloud bisa Anda gunakan untuk mengetahui sinyal bullish dan bearish yang terjadi di pasar. Sinyal bullish kuat dapat dilihat apabila posisi awan berada di bawah harga, lalu Tenkan Sen berada di atas Kijun Sen, dan begitu juga pada Chikou Span yang berada di atas harga. Sementara sinyal bullish lemah dapat dilihat jika awan berada di atas harga, Tenkan Sen di atas Kijun Sen tapi di bawah awan, dan Chikou Span berada di atas harga.
Sinyal bearish kuat dapat ditandai oleh posisi awan yang berada di atas harga, Tenkan Sen berada di bawah Kijun Sen, dan Chikou Span berada di bawah harga. Sementara sinyal bearish lemah tampak bila awan berada di bawah harga, Tenkan Sen di bawah Kijun Sen namun di atas awan, dan Chikou Span berada di bawah harga.
Bagaimana Cara Menggunakan Indikator Cryptocurrency yang Tepat?
Seperti apa yang sudah dijelaskan di atas, tak ada jaminan 100% suatu indikator bisa selalu berhasil. Ketika membicarakan perolehan profit dan loss, sebenarnya itu ditentukan oleh cara Anda sendiri dalam eksekusi.
Meski demikian, menjadi investor atau trader sukses menggunakan indikator cryptocurrency bukanlah hal yang mustahil. Ada beberapa hal yang perlu Anda ingat agar bisa menghasilkan profit, di antaranya:
1. Money Management
Manajemen keuangan atau money management adalah hal yang penting untuk dipelajari. Dengan memahami hal ini, Anda akan terbantu dalam menentukan kapan harus entry dan exit serta berapa ukuran trading yang sebaiknya digunakan. Hitung dan terapkan toleransi risiko kurang lebih 1% hingga 5% dari total ekuitas, dan jangan lupa untuk menetapkan rasio risk and reward.
2. Tentukan Take Profit dan Stop Loss
Menetapkan take profit dan stop loss sangat berkaitan dengan manajemen keuangan. Mengingat bahwa volatilitas kripto tergolong sangat tinggi, penggunaan dua hal ini merupakan langkah antisipasi agar tidak melewatkan kesempatan profit dan risiko kehilangan seluruh aset. Ada 3 cara menentukan take profit, yaitu menggunakan limit order, trailing stop loss, dan ongoing price action.
3. Tetap Belajar Analisa Fundamental
Penggunaan indikator cryptocurrency saja tak cukup, analisa fundamental kripto tetap penting untuk mengetahui sentimen pasar yang sedang terjadi. Misalnya saja, indikator Moving Average cenderung memberikan informasi harga dari masa lampau, sehingga otomatis Anda mendapat sinyal lebih lambat dari harga real-time. Oleh karenanya, selalu cari tahu perkembangan berita, proyek atau road map dari aset kripto yang sedang ditradingkan.
4. Perpaduan Indikator
Penggunaan indikator lebih dari satu untuk konfirmasi sinyal dapat meningkatkan akurasi trading Anda, lho. Namun perlu diingat juga, jangan terlalu banyak menggunakan indikator karena nanti Anda bisa bingung.
Contoh perpaduan indikator yang bisa dipakai untuk trading kripto adalah Bollinger Bands dengan Stochastics. Bollinger Bands tetap sebagai indikator utama, sedangkan Stochastics sebagai konfirmasi sinyalnya.
Selain Bollinger Bands dengan Stochastics, masih ada beberapa contoh kombinasi indikator seperti Inside Bar dan MACD, Candlestick Reversal Pattern dengan RSI, serta Three White Soldiers dan Black Crows dengan Bollinger Bands.
Selain kelima indikator di atas, Anda bisa memanfaatkan 3 indikator pasar kripto yang tak kalah penting yaitu suplai, volume, dan kapitalisasi pasar untuk meningkatkan performa trading.