Masih bingung bagaimana cara menerapkan diversifikasi portofolio investasi? Berikut tips ampuh yang mudah diterapkan pemula. Yuk pelajari di sini.
Di tengah ketidakpastian ekonomi, seluruh masyarakat Indonesia dituntut untuk lebih konservatif dalam mengatur keuangan. Salah satu hal yang menjadi concern adalah pemilihan investasi yang tepat sesuai dengan profil risiko.
Investor perlu mengatur ulang portofolionya agar nilai asetnya tidak tergerus inflasi. Untuk memiliki potensi profit/risiko yang terkendali, diversifikasi portofolio investasi menjadi cara yang layak dicoba.
Mungkin bagi investor berpengalaman, istilah "diversifikasi investasi" sudah bosan mereka dengar. Namun bagaimana dengan milenial yang baru melek investasi? Meskipun cukup sering muncul di berbagai artikel edukasi keuangan, tetapi mereka kebanyakan masih bingung bagaimana cara mengimplementasikannya.
Agar mudah dipahami dan dicerna oleh orang awam sekalipun, diversifikasi portofolio investasi bisa diibaratkan seperti ini:
Misalnya kamu adalah pedagang toko kelontong yang membuka usaha jualan di dekat pasar. Tentunya pasti kamu perlu mempersiapkan berbagai produk yang ingin dijual dan menaruhnya di etalase.
Salah satu tips agar dagangan toko kelontong milikmu laris manis, kamu perlu menjual produk-produk yang memang banyak dicari oleh orang seperti gas, beras, minyak goreng, sagu, telur, dll.
Tetapi, dari semua produk yang kamu jual tersebut pasti ada 1-3 produk saja yang benar-benar menjadi sumber pendapatan toko. Sedangkan, produk-produk yang dijual lainnya diharapkan bisa menjadi backup dari menurunnya penjualan 1-3 produk utama di tokomu.
Dalam kasus ini, kamu sudah menerapkan diversifikasi dengan tidak berfokus kepada satu produk jualan saja.
Kamu bisa menerapkan diversifikasi bisnis dengan membuat persentase dari produk yang terjual lebih besar dibanding produk yang tidak memiliki permintaan terlalu besar.
Di mana, persentase dari produk yang laku terjual bisa digambarkan sebagai aset investasi utamamu, sedangkan produk-produk lainnya adalah yang kamu jual sebagai aset investasi nomor dua bila investasi utamamu mengalami penurunan penjualan.
Baca juga: Mengenal Strategi Investasi Defensif
Jadi, anggaplah bahwa investasi itu layaknya kamu sedang berbisnis karena sama-sama perlu mengeluarkan modal dan memerlukan strategi agar modal yang kamu tanamkan bisa berputar dan menghasilkan profit secara konsisten. Nah, bagaimana cara mengimplementasikan diversifikasi investasi untuk pemula? Simak tips lengkapnya di sini.
DI
|
Daftar Isi |
A. Pilih Produk Investasi
Sedikit melanjutkan ilustrasi yang sudah dijelaskan sebelumnya, kamu bisa membayangkan bahwa produk-produk yang kamu jual adalah berbagai instrumen investasi yang ditawarkan saat ini.
Perlu diketahui, instrumen investasi bukan hanya satu saja, melainkan cukup banyak dan memiliki karakteristik berbeda-beda. Kamu juga tidak bisa menyamakan portofolio investasi milikmu dengan orang lain, sebab keperluan investasi tiap investor pasti berbeda-beda.
Dari banyaknya instrumen investasi di luar sana, setidaknya ada beberapa produk investasi yang bisa kamu lirik untuk mengisi portofolio investasimu:
1. Saham
Beberapa tahun terakhir, instrumen investasi saham menjadi tren bagi investor milenial. Investasi saham memang merupakan produk yang paling menggiurkan dari sisi tingkat pengembalian dibanding aset-aset investasi lainnya. Bukan hanya menjanjikan return tinggi saja, melainkan kepemilikan saham juga bisa memberikan keuntungan dari pembagian dividen.
Apa itu dividen?
Dividen adalah pembagian laba perusahaan yang dibagikan kepada seluruh pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Misalnya, kamu memiliki 1000 lembar saham di perusahaan X, dan perusahaan X tersebut akan membagikan dividen sebesar Rp500/lembar saham. Maka, kamu akan memperoleh dividen sebesar Rp500 x 1,000 lembar saham = Rp 500.000.
Walaupun menjanjikan tingkat pengembalian yang besar, saham bukanlah produk investasi yang bersifat minim risiko. Belum lagi, ada sejumlah biaya transaksi yang perlu kamu tanggung sebagai investor saat melakukan jual/beli saham seperti:
- Biaya transaksi jual dan beli.
- Broker fee.
- Levy.
- PPN.
Keempat biaya itu akan dibebankan kepada kamu sebagai investor saham saat melakukan transaksi beli, sedangkan untuk transaksi jual kamu akan ditambahkan satu biaya lainnya yakni PPh. Besaran biaya-biaya ini tentunya berbeda di masing-masing perusahaan sekuritas di mana kamu melakukan transaksi saham.
Jika masih pemula, kamu bisa membeli saham-saham dengan indikator fundamental yang baik dari segi kapitalisasi pasar dan Return on Equity (ROE). Untuk mempermudah investasi saham, kamu bisa memilih perusahaan sekuritas yang bisa diakses secara online lewat aplikasi dengan info rasio investasi seperti market cap, ROE, dll. agar mudah dimengerti dan dipahami.
(Baca juga: Panduan Memilih Sekuritas Untuk Pemula)
2. Reksadana
Kekhawatiran yang sering dirasakan oleh investor pemula saat baru pertama kali berinvestasi adalah mengalami kerugian besar. Umumnya, kerugian besar datang dari investasi di produk yang berisiko tinggi seperti saham.
Investasi memang tidak selalu menguntungkan, tapi bagaimana bila kamu belum bisa menerima kerugian besar saat berinvestasi? Di sini, kamu bisa memilih jenis instrumen investasi yang minim risiko seperti reksadana.
Apa itu reksadana?
Reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola oleh Manajer Investasi (MI) untuk ditempatkan dananya di berbagai jenis instrumen investasi seperti obligasi, deposito, saham, dll.
Membeli reksadana bisa kamu ibaratkan seperti membeli parsel. Mengapa? Karena di dalam satu produknya memiliki beragam aset investasi seperti halnya parsel yang diisi berbagai jenis produk dari beragam brand.
Instrumen investasi reksadana bukan hanya menawarkan risiko minim bagi pihak investor, melainkan juga biaya-biaya yang terjangkau.
Sebagai perbandingan, bila kamu ingin membeli saham, kamu perlu melakukan deposit uang terlebih dahulu untuk membuat rekening efek, setelahnya kamu baru bisa membeli saham minimal 1 lot = 100 lembar saham. Tetapi jika kamu berinvestasi di reksadana, kamu bisa berinvestasi mulai dari Rp10,000 saja lewat aplikasi.
Jadi, dibandingkan dengan saham, investasi reksadana ini memang lebih diperuntukkan bagi kalangan anak muda yang masih memiliki kendala dari besaran dana investasi.
Jenis reksadana pun beragam mulai dari reksadana saham, pasar uang, pendapatan tetap, hingga campuran. Ketika kamu berinvestasi reksadana, seluruh dana yang kamu tempatkan di produk reksadana akan dikelola oleh Manajer Investasi (MI).
Sehingga, kamu tidak perlu repot-repot untuk terus memantau pergerakan grafik harga yang tentunya tidak semua orang paham akan hal itu. Akan tetapi, hal ini membuat keuntungan investasi reksadana sangat bergantung pada seberapa hebatnya Manajer Investasi (MI) dalam mengelola dana investor.
(Baca juga: Waspada Jebakan Bodong, Ini Trik Memilih Manajer Investasi)
3. Obligasi
Obligasi adalah sebuah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan swasta, BUMN, maupun negara. Jenis investasi satu ini benar-benar aman apalagi jika kamu berinvestasi di obligasi negara yang dijamin 100% oleh pemerintah.
Dalam praktiknya, investasi obligasi bisa dibayangkan seperti temanmu sedang membutuhkan uang dan ingin meminjam uang kepada kamu. Untuk menyakinkan kamu bahwa utangnya akan dibayar, ia akan menjaminkan surat-surat berharganya seperti sertifikat rumah misalnya untuk kamu pegang.
Dalam perjanjian ini, kamu sebagai pemberi pinjaman akan mendapatkan pembayaran bunga pinjaman dan utang pokok.
Selain aman, obligasi juga minim risiko dan memiliki biaya investasi yang relatif terjangkau bagi milenial zaman now. Kamu bisa membeli obligasi negara mulai dari Rp1,000,000 dengan tenor pinjaman di bawah 3 tahun.
4. Emas
Jenis investasi satu ini mungkin sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu sebagai suatu komoditas berharga dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Namun di dalam dunia investasi, pergerakan harga emas cenderung sangat lambat.
(Baca juga: 7 Cara Investasi Emas, Terbukti Aman Dan Menguntungkan)
Satu hal yang tidak bisa dibantah oleh investor profesional di luar sana adalah emas sangat tahan akan inflasi. Sehingga, emas banyak dijadikan sebagai investasi untuk menjaga dan meningkatkan nilai uang yang dimiliki.
Tercatat sejak Maret hingga Agustus 2020, pergerakan harga emas mengalami lonjakan hingga lebih dari 30%. Kenaikan ini menjadikan emas sebagai salah satu instrumen investasi paling menguntungkan di tahun 2020.
5. Forex
Forex adalah singkatan dari foreign exchange atau pertukaran valuta asing. Bursa forex sama halnya dengan bursa saham yang pergerakan harganya fluktuatif. Namun, forex ini sangat populer bagi kalangan investor yang menyukai kemudahan perdagangan dengan likuiditas tinggi.
Forex bisa dikatakan layaknya money changer online gegara adanya perpindahan valas dari satu ke orang lainnya. Meskipun demikian, investasi forex tidak melibatkan valas secara fisik.
Instrumen investasi ini merupakan produk investasi berisiko, namun memiliki biaya investasi yang rendah karena ketika kamu trading tidak ada clearing fee, exchange fee, dan lainnya.
Sehingga, kamu bisa memperoleh return yang lebih maksimal. Kamu juga bisa mendapatkan pembelajaran yang mudah karena saat ini ada banyak pusat informasi belajar forex yang memandu para pemula secara online.
B. Kenali Tujuan Investasi Kamu
Setiap investor yang berinvestasi pasti memiliki tujuan. Tujuan investasi ini wajib kamu tentukan agar dana yang dialokasikan untuk berinvestasi tidak terganggu oleh penggunaan untuk keperluan keuangan lainnya.
1. Mempersiapkan Dana Pensiun
Jika melihat jangka waktunya, dana pensiun ini merupakan investasi jangka panjang. Lantaran, kamu butuh waktu setidaknya lebih dari 5 tahun untuk mempersiapkan dana pensiun.
Misalnya kamu baru aktif bekerja saat ini, kemungkinan besar kamu memiliki waktu yang panjang antara 20-30 tahun ke depan. Dari jangka waktu inilah kamu bisa menentukan jenis instrumen investasi mana yang cocok dengan tujuan investasimu.
Kamu bisa memilih emas, reksadana saham, saham, dan properti. Untuk properti memang kekurangannya kamu perlu memiliki modal yang besar hingga ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Namun untuk emas, reksadana saham, dan saham, kamu bisa membelinya secara akumulasi maupun dengan metode Dollar Cost Averaging (DCA).
Pembelian dengan metode ini membuat kamu tidak perlu mengkhawatirkan harganya berada di posisi top maupun bottom, karena investasimu bertujuan untuk menambah nilai aset yang kamu simpan dan bersifat jangka panjang.
2. Dana Pendidikan
Selain dana pensiun, mempersiapkan dana pendidikan anak juga tidak kalah penting. Lantaran, biaya pendidikan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Kamu bisa memilih reksadana saham, emas, dan saham sebagai investasi dana pendidikan anak.
Pasalnya, investasi di aset-aset tersebut memiliki tingkat pengembalian per tahun yang lebih tinggi dibanding rata-rata kenaikan biaya pendidikan per tahun.
Rata-rata kenaikan biaya pendidikan sekolah di Indonesia adalah sekitar 10%. Sementara itu, trend kenaikan harga emas bisa mencapai 20% per tahunnya, saham sebesar 30% per tahun, dan reksadana saham mencapai 20% per tahun.
Sehingga, bila kamu menyimpan danamu di emas, saham, dan reksadana saham, kamu sudah bisa menutupi kenaikan biaya pendidikan di Indonesia yang mencapai rata-rata 10% per tahun.
C. Expected Return
Saat kamu sudah menentukan tujuan investasi, hal yang perlu kamu pertimbangkan adalah perubahan nilai inflasi setiap tahunnya. Boleh dikatakan salah satu alasan mengapa kamu berinvestasi adalah agar uang yang kamu miliki tidak tergerus oleh tingkat inflasi.
Dalam dunia investasi, hal ini biasanya disebut expected return, atau keuntungan yang ingin kamu capai berdasarkan hitung-hitungan modal dibandingkan dengan risiko kerugian yang mungkin terjadi. Cara menghitung expected return ini sangat mudah.
Bila saat ini kamu melihat kinerja investasimu dan memperoleh tingkat pengembalian 10%, namun kamu tidak percaya diri dengan nilai investasimu di masa depan dan hanya memprediksi akan memperoleh 60% dari return tahun sebelumya, maka tingkat pengembalian yang kamu harapkan (expected return):
Expected return = peluang x tingkat keuntungan
60% x 10% = 6%
Tingkat pengembalian yang diharapkan ini sangat bergantung kepada jenis instrumen investasi mana yang kamu tempatkan dananya. Bila kamu memilih jenis instrumen bersifat high risk high return, tentunya persentase dari expected return jauh lebih besar dibanding instrumen investasi low risk low return.
Sehingga, ketika kamu ingin mengatur portofolio investasi, kamu perlu mengkombinasikan kedua hal tersebut. Ini adalah salah satu tips diversifikasi investasi yang baik bagi seorang investor.
D. Portofolio Investasi
Portofolio investasi adalah porsi atau persentase dari 100% aset investasi yang kamu miliki. Umumnya, penyusunan portofolio investasi paling besar diisi oleh jenis instrumen investasi dengan tingkat pengembalian yang kamu harapkan paling besar dibanding aset-aset investasi lainnya.
(Baca juga: Belajar Menjadi Investor Cerdas Dari 5 Tokoh Legendaris)
Misalnya, kamu bisa menyusun portofolio investasi 60% saham dan 40% lainnya adalah produk derivatif. Tetapi, bila kamu takut salah pilih, kamu bisa memanfaatkan aplikasi untuk mengetahui portofolio investasi yang saat ini sudah cukup banyak dikembangkan oleh perusahaan sekuritas.
Portofolio investasi bisa kamu bayangkan seperti adanya beberapa orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yang sama. Tiap-tiap individu tersebut pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga akan tercipta suatu kerjasama yang saling melengkapi.
Seperti itulah diversifikasi portofolio investasi yang baik; aset-aset yang terkumpul di dalamnya bisa saling melengkapi satu sama lain sehingga bisa menghasilkan return yang cenderung konsisten.
Jika performa suatu aset yang diharapkan sedang mengalami penurunan, maka diharapkan aset lainnya yang memiliki karakteristik berbeda akan mengalami kenaikan.
E. Hal Penting Dalam Menyusun Diversifikasi Portofolio
1. Pahami Risiko Toleransi
Profil risiko investasi berguna untuk menunjukkan batas risiko toleransi yang bisa kamu tanggung selama berinvestasi. Ada tiga profil risiko investasi yang bisa disematkan kepada investor yakni konservatif, moderat, dan agresif.
Investor berprofil risiko konservatif biasanya enggan menempatkan dananya di instrumen investasi berisiko. Sedangkan, profil risiko moderat berada di tengah-tengah antara tipe investor konservatif dan agresif. Terakhir, investor agresif umumnya sangat menyukai instrumen investasi yang sangat berisiko seperti saham dan forex.
Investor konservatif biasanya mengincar penambahan nilai dalam jangka panjang dan investasi yang relatif stabil dari risiko guncangan-guncangan pasar. Di sisi lain, investor agresif menargetkan keuntungan tinggi dan siap menanggung risiko yang besar pula.
2. Tentukan Target Aset yang Siap Diinvestasikan
Bila kamu sudah memiliki gambaran produk investasi yang cocok dan sesuai dengan profil risiko investasi milikmu, kini kamu tinggal menyiapkan dana untuk ditempatkan di instrumen investasi tersebut.
Namun, jangan lupa untuk melakukan diversifikasi investasi. Untuk memaksimalkan keuntungan dari diversifikasi yang dilakukan, kamu perlu berinvestasi di sejumlah instrumen yang tidak ada hubungannya sama sekali.
Intinya, kamu bisa mengikuti profil risikomu, bila kamu investor agresif, mayoritas portofolio investasi akan lebih banyak diisi oleh instrumen investasi berisiko.
3. Rutin Melakukan Rebalancing
Rebalancing adalah strategi menyesuaikan kembali alokasi portofolio investasi berdasarkan tujuan investasi. Ketika kamu memiliki portofolio investasi yang berasal dari berbagai instrumen, tentunya tingkat pengembalian dari aset-aset investasi tersebut pasti berbeda-beda.
(Baca juga: Pilihan Investasi Menguntungkan Saat New Normal)
Agar tetap bisa on the track atau berjalan ke arah yang benar sesuai tujuan, kamu perlu mengatur ulang portofolio investasi secara berkala; setiap 6 bulan maupun 1 tahun sekali. Salah satu tanda kamu harus melakukan rebalancing adalah ketika tingkat pengembalian yang kamu harapkan tidak tercapai berdasarkan jangka waktu yang sudah ditentukan.
4. Pahami Kapasitas Risiko
Ketika kamu sedang berada di jalan yang benar sesuai dengan tujuan investasimu, hal ini bisa diibaratkan seperti mengendarai mobil di jalan tol. Jadi ketika kamu melihat adanya rambu-rambu untuk memperlambat kecepatanmu, tentunya kamu perlu memperlambat laju mobilmu tersebut agar tidak terjadi kecelakaan.
Hal yang sama juga berlaku untuk aktivitas investasimu. Tanda-tanda untuk menarik rem dari kendaraan investasimu bisa ditentukan dengan menentukan cut loss dan manajemen risiko.
Untuk cut loss, umumnya investor memiliki besaran risiko kerugian sebesar 10% dari balance. Jika total kerugian mencapai di atas batas risiko tersebut, maka investor akan menjual aset ataupun melakukan pengalihan alokasi sebagai upaya diversifikasi investasi.
Itulah tips-tips diversifikasi portofolio investasi yang bisa kamu lakukan saat ingin memaksimalkan keuntungan dari investasi yang dilakukan.
Dari pembahasan artikel ini, setidaknya kita sebagai investor perlu memahami karakteristik dari produk investasi, menentukan tujuan investasi, menghitung risiko dan imbal hasil, menyusun portofolio investasi, dan melakukan diversifikasi investasi dengan cara rebalancing secara berkala.
Yang tak kalah penting, kamu juga perlu cermat memilih layanan investasi agar tak terjebak produk bodong. Tipsnya bisa kamu simak di Stop Investasi Bodong! Ikuti 5 Langkah Ini.