Peer to Peer Lending (P2P Lending) jadi salah satu jenis investasi yang lagi hits di kalangan milenial. Apa saja alasan yang mendasarinya?
Generasi milenial saat ini sudah mulai sadar untuk mulai berinvestasi. Apalagi, perkembangan teknologi dan meningkatnya literasi finansial di masyarakat menjadikan investasi sebagai satu hal penting untuk membantu mencapai financial goals di masa depan. Nah, bagaimana dengan Anda?
Bicara soal investasi, tidak melulu berbentuk saham, reksadana, obligasi, dan emas lho. Salah satu jenis investasi yang lagi hits dan naik daun di kalangan milenial belakangan ini yaitu Peer to Peer Lending (P2P Lending).
DI
|
Daftar Isi |
Apa Itu Investasi P2P?
Tentunya, milenial sudah tidak asing lagi dengan suatu platform yang mempertemukan penjual dan pembeli yang disebut marketplace. Nah, seperti itulah gambaran mekanisme dari investasi P2P lending. Peer to Peer lending merupakan suatu platform yang memungkinkan para pencari dana bisa bertemu dengan para pemberi pinjaman secara online.
Simak Juga: Untung Rugi Bisnis Peer to Peer (P2P) Lending
P2P lending merupakan solusi bagi investor yang memiliki modal, namun tidak tahu harus menyalurkannya kemana. Selain itu, bagi pencari modal yang kesulitan mengakses sumber pendanaan seperti bank, P2P lending hadir memberikan jalan keluar.
Platform ini bertindak sebagai penengah antara investor dan peminjam, dimana transaksi antara keduanya dilakukan secara online melalui platform digital yang disediakan oleh perusahaan P2P lending.
Cara Kerja Peer-to-Peer Lending
Dalam investasi ini, orang-orang yang terlibat didalamnya biasa disebut sebagai lender dan borrower. Lender merujuk pada seseorang yang menginvestasikan sebagian uangnya untuk disalurkan pada peminjam atau lebih gampang sebagai orang-orang yang memberikan pinjaman. Sementara, borrower merupakan mereka yang sedang mencari dana pinjaman.
Seluruh aktivitas yang berkaitan dengan meminjamkan dan mengajukan pinjaman ini berada di bawah payung platform online bernama Peer to Peer lending. Anda bisa sign up sebagai lender atau borrower sesuai keperluan. Pastikan seluruh persyaratan dan prosedur administrasi yang dilakukan secara online tersebut terpenuhi semua ya!
Saat bergabung dalam investasi P2P lending, pasti Anda bertanya-tanya, apakah seluruh aktivitas di dalamnya terjamin aman? Hal ini tergantung dari platform yang Anda pilih.
Setiap transaksi di P2P lending sudah diatur dan diawasi oleh OJK, asalkan platform Peer to Peer yang Ada pilih memang sudah terdaftar dan berizin. Platform ini juga bisa mempertemukan lender dan borrower sesuai dengan tingkat risikonya.
Simak Juga: Daftar P2P Syariah Terbaik Dan Terdaftar Di OJK
Misalnya, Anda sebagai lender hanya ingin memberikan pinjaman bagi borrower yang berstatus sebagai pelaku usaha mikro. Nah, Anda bisa pilih borrower dengan kriteria tersebut di P2P lending.
Selain sebagai wadah yang mempertemukan penjual dan pembeli, peran perusahaan fintech seperti Peer to Peer lending sangat penting untuk mengkurasi, menganalisis, dan menyetujui pinjaman yang diajukan oleh borrower.
Cara Menjadi Peminjam di P2P Lending
Berikut ini beberapa mekanisme yang harus dilakukan oleh peminjam (borrower):
- Peminjam (borrower) mengajukan pinjaman dan melengkapi informasi yang diperlukan melalui aplikasi pinjaman.
- Pihak perusahaan P2P lending akan menganalisis pengajuan peminjam dan menyetujui atau tidak menyetujuinya, lalu menawarkannya pada calon investor.
- Apabila pinjaman disetujui, borrower akan mendapatkan modal. Selanjutnya, pihak peminjam wajib membayar bunga pinjaman sekaligus pokok sesuai jadwal yang sudah ditentukan kepada pihak lender (investor).
Cara Menjadi Investor di P2P Lending
- Calon investor menelusuri deretan borrower yang ada di aplikasi P2P lending.
- Calon investor harus menganalisis informasi pinjaman yang diajukan borrower dari fact sheet yang ada.
- Apabila merasa cocok, maka investor (lender) menentukan jumlah pendanaan tawaran pinjaman yang dipilih.
Investor akan menerima pengembalian dana pinjaman dengan bunga yang sudah disepakati kedua belah pihak.
Baca juga: Aplikasi P2P Lending Terbaik dan Terpercaya di Indonesia
Apakah P2P Lending Cocok Buat Milenial?
Kehadiran P2P lending menjadi tren positif dalam dunia investasi. Tidak hanya menyasar kalangan investor besar saja, P2P lending justru banyak diminati oleh kaum milenial. Bisa dibilang, perkembangan fintech P2P lending di Indonesia sangat mengagumkan.
Menurut Deputi Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan Fintech OJK, Munawar Kasan, fintech pembiayaan mampu meningkatkan pertumbuhan perbankan hingga 0.8 persen dan 0.6 persen untuk perusahaan pembiayaan. Data tersebut diperoleh pada akhir 2018.
Keuntungan P2P Lending
Ada banyak pertimbangan mengapa P2P lending dianggap efektif dan cocok untuk investasi milenial. Tidak hanya dari segi sistemnya yang lebih mudah, ada beragam keuntungan lain di antaranya:
Modal Awal P2P Lending Relatif Kecil
P2P lending menyediakan layanan pinjaman mulai dari nominal kecil. Di platform P2P lending seperti Danamart dan Indodana, milenial bisa menjadi lender dengan modal cuma Rp100 ribu saja.
Eko Endarto, seorang perencana keuangan, mengatakan bahwa kaum milenial dengan income Rp8 juta per bulan ke bawah dapat menjadi lender di fintech P2P lending. Pas banget bukan, bagi Anda yang ingin berinvestasi namun memiliki gaji pas-pasan?
Kunjungi juga: Kalkulator P2P Lending
Risiko Investasi di P2P Lending Lebih Rendah
Risiko menjadi salah satu faktor yang sangat penting Anda pertimbangkan sebelum mulai berinvestasi. Lalu, bagaimana dengan risiko investasi P2P lending?
Bisa dikatakan, investasi P2P lending untuk milenial memiliki resiko rugi yang kecil. Di Indodana, dana Anda terlindungi oleh Asuransi Simasnet tanpa biaya tambahan, sehingga meminimalisir risiko dari borrower yang galbay (gagal bayar).
Begini mekanismenya: Anda sebagai lender memberikan pinjaman kepada borrower dengan ketentuan bunga dan dana pokok yang harus dibayar sesuai kesepakatan. Namun, borrower tersebut tidak membayar cicilan selama 90 hari atau gagal bayar.
Nah, Asuransi Simasnet akan menyalurkan dana proteksi pada Indodana. Kemudian, Indodana akan mencairkan dana proteksi tersebut kepada lender. Dana Anda akan kembali sebesar 95 persen.
Contohnya: Anda menjadi lender dengan setoran uang sebesar Rp10 juta selama 1 bulan dengan imbal hasil 10% per tahun. Berdasarkan data historis, pinjaman gagal bayar sebesar 1%, sehingga dari Rp10 juta yang tersalurkan, dana gagal bayarnya Rp100 ribu.
Perhitungan dana yang akan Anda terima kembali yaitu:
[(Rp10,000,000-Rp100,000)] + [(Rp10,000,000-Rp100,000)x10%/12] + (Rp100,000x95%) = Rp9,900,000+Rp82,500+Rp95,000 = Rp10,077,500.
Imbal Hasil Investasi Lebih Tinggi
Tujuan utama investasi yaitu untuk memperoleh sejumlah profit. Hal yang sama juga berlaku di investasi P2P lending bagi para milenial. Berbeda dengan bank yang hanya menawarkan imbal hasil investasi sekitar 6%-8% per tahun pada produk investasi yang mereka tawarkan, P2P lending berani memberikan tingkat pengembalian lebih tinggi.
Produk investasi satu ini menjanjikan suku bunga hingga 15%-20% per tahun, tergantung perusahaan fintech yang dipilih. Dengan pengembalian setinggi itu, tentu saja investor sangat tertarik untuk bergabung. Apalagi, milenial cenderung berani mengambil risiko dengan potensi keuntungan lebih tinggi.
Simak Juga: Perbandingan Bunga P2P Lending
Leluasa dalam Menentukan Tenor
Keuntungan investasi P2P lending selanjutnya yaitu fleksibel menentukan tenor atau jangka waktu pinjaman. Bisa dalam jangka waktu 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, atau bahkan selama 2 tahun tergantung Anda.
Mau cepat atau lambat pengembalian dana pinjamannya, dapat Anda putuskan secara leluasa untuk memaksimalkan keuntungan yang akan diperoleh. Dengan tenor yang Anda tentukan sendiri, pastinya Anda akan lebih mudah menyusun rencana investasi berikutnya.
Dapat Memilih Lebih dari Satu Peminjam
Keuntungan lain dari milenial investasi P2P lending ini yaitu lender (investor) dapat memilih sendiri peminjamnya, bahkan lebih dari satu peminjam. Dalam praktiknya, perusahaan fintech P2P lending akan mengirim profil calon peminjam yang memerlukan dana kepada Anda. Selanjutnya, Anda bebas memilih siapa peminjam yang akan menerima dana pinjaman dilihat dari berbagai pertimbangan.
Jika memungkinkan, Anda juga bisa memilih lebih dari satu peminjam. Hal ini tentunya akan membuat investasi jauh lebih aman. Sebab, apabila terjadi kredit macet atau gagal bayar pada salah satu peminjam, Anda masih bisa menerima keuntungan dari peminjam lain.
Memungkinkan Diversifikasi Investasi
Pembiayaan P2P lending telah menarik perhatian para pemilik bisnis dan investor. Di sini, sebagian besar investor akan mendapatkan tawaran berupa instrumen investasi. Investor sekaligus lender yang membiayai usaha kecil berkualitas akan mendapatkan return investasi yang tinggi dalam periodik yang sudah ditetapkan.
Selain itu, keunggulan tambahan seperti hambatan masuk yang rendah dan fleksibilitas menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Mereka dapat memilih perusahaan dan bisnis mana yang akan diinvestasikan dengan bebas, serta berapa banyak yang ingin mereka investasikan.
Mekanisme investasi seperti ini akan menyebarkan risiko yang ada terhadap banyak investor, di mana akan sangat bagus sebagai pembelajaran bagi investor tentang pentingnya diversifikasi.
Investor dapat memperluas portofolio investasi dengan menyebarkan atau mendistribusikan dana kepada peminjam. Tentunya, hal ini akan mengurangi risiko kerugian apabila ada peminjam yang gagal bayar.
Simak Juga: Belajar Diversifikasi Bisnis P2P Lending Untuk Meminimalisir Risiko
Penyaluran Dana Cepat
Di investasi P2P lending lainnya, proses pengajuan pinjaman tergolong mudah dan cepat karena semuanya dilakukan secara online. Peminjam (borrower) tidak perlu datang ke kantor cabang P2P lending. Cukup kunjungi situs web resmi atau unduh aplikasinya, lalu ikuti mekanisme pengajuan pinjaman yang ada.
Setelah pengajuan pinjaman selesai, borrower hanya perlu menunggu dalam kurun waktu seminggu atau lebih sedikit untuk kelanjutannya. Artinya, tidak perlu sampai menunggu berbulan-bulan untuk mengetahui keputusan pihak fintech.
Apabila pengajuan pinjaman borrower diterima, maka mereka bisa langsung mendapatkan dana yang dibutuhkan dalam waktu cepat. Pencairan akan langsung masuk ke rekening peminjam sehingga bisa langsung digunakan sesuai kebutuhan.
Peran Peer-to-Peer Lending di Indonesia
Tak dapat dipungkiri, layanan ini berfungsi sebagai wadah bagi para peminjam dan pemberi pinjaman yang bertransaksi dalam kegiatan pinjam-meminjam uang untuk suatu kebutuhan. Siapapun dapat berperan sebagai peminjam dan pemberi pinjaman tanpa ada batasan status sosial, tingkat pendidikan, hingga tempat tinggalnya.
Layanan ini memanfaatkan perkembangan teknologi digital yang menghubungkan antara borrower dan lender, sehingga setiap transaksi dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja. Lalu, apa peran dari kehadiran layanan peer-to-peer di Indonesia? Yuk, cari tahu jawabannya pada ulasan berikut!
Baca juga: Bisnis Peer To Peer Vs Crowdfunding, Mana Yang Menguntungkan?
Membantu Meningkatkan Potensi Ekonomi Indonesia
Salah satu hal yang diperlukan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu kesetaraan akses dalam hal permodalan karena berperan penting sebagai efek pengganda. Nah, pemanfaatan kredit menjadi satu elemen kunci yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi secara efektif, terutama untuk modal usaha agar dapat mempercepat kemampuan produksi.
Pemanfaatan teknologi digital seperti P2P lending ini sangat membantu pihak yang belum terjangkau bank, sehingga meningkatkan PDB Indonesia hingga 2%-3%.
Ketahuilah, potensi peningkatan ekonomi nasional berasal dari kalangan UMKM dan menengah ke bawah. Berdasarkan data statistik saat ini, terdapat 186 juta individu usia produktif yang termasuk dalam segmen pengeluaran per kapita menengah ke bawah. Dari sekitar 63 juta bisnis UMKM, mayoritas belum memiliki akses kredit. Artinya, ada peluang besar bagi pelaku fintech lending untuk membantu mereka memperoleh akses permodalan.
Ada beberapa metode pencairan dan pembayaran yang bisa diakses. Salah satu yang paling banyak digunakan yaitu model marketplace, dimana marketplace lending bertindak sebagai penghubung. Selain itu, ada juga pinjaman yang berbentuk non tunai, seperti memberikan bahan baku untuk menjalankan bisnis UMKM.
Pada tahun 2018, tercipta AFPI (Asosiasi Fintech Pendanaan bersama Indonesia) yang menjadi pusat kolaborasi antara pemain dengan regulator, sehingga terbentuk pendekatan yang lebih kolaboratif terhadap inovasi dan perlindungan pelanggan.
Memberi Akses pada Individu dan UMKM yang Kurang Terlayani
Peran investasi P2P lending lainnya bagi Indonesia adalah membuka peluang yang sama bagi siapapun. Setiap pelaku UMKM pastinya diharapkan bisa tumbuh dan berkembang di negerinya sendiri. Apalagi, adanya dukungan platform marketing yang kian berkembang semakin memudahkan pelaku UMKM untuk memasarkan produknya.
Semakin banyak produk yang dijual, semakin besar pula modal yang diperlukan. Nah, adanya P2P lending menjadi solusi bagi UMKM untuk mendapatkan modal usaha supaya bisnisnya semakin maju.
Menariknya lagi, persentase gagal bayar yang terjadi dalam P2P lending ini terbilang kecil, yaitu rata-rata 2.4%. Angka tersebut masih bisa diantisipasi dengan berbagai cara, seperti mengharuskan pelaku UMKM untuk mengikuti asuransi saat meminjam menggunakan layanan P2P lending, melakukan credit scoring secara akurat, serta melakukan invoice financing.
Minat generasi milenial investasi P2P lending cukup tinggi, ditunjukkan oleh banyaknya pemberi pinjaman sebanyak 78% berusia di bawah 30 tahun. Adanya keseimbangan antara permintaan pinjaman dari borrower dengan banyak investor (pemberi pinjaman) menjadikan layanan peer-to-peer lending bisa berjalan dengan sangat baik dan saling memberi manfaat.
Simak Juga: Jenis Akad dalam P2P Lending
Menjadi Sumber Pembiayaan yang Kuat melalui Kolaborasi dengan Lembaga Keuangan
Seiring berjalannya waktu, layanan fintech lending bisa jadi tidak terbatas pada P2P lending, namun berkembang menuju ke model Institutional to peer. Alasannya, perlu sumber dana berkelanjutan untuk memenuhi permintaan pinjaman fintech yang semakin tinggi.
Nah, untuk mewujudkannya, perlu kerjasama antara fintech lending dengan institusi seperti lembaga keuangan dan perusahaan investasi. Tidak hanya itu, harus ada manajemen risiko yang lebih bijaksana supaya kolaborasi dapat terjalin dengan erat dan mudah. Penyesuaian model bisnis dari kedua belah pihak juga tidak kalah penting untuk dapat menemukan satu titik temu.
Menciptakan "Unicorn" Baru dengan Kemudahan Pinjaman Modal Usaha
Kehadiran investasi P2P lending sudah mendapat sambutan baik dari masyarakat, terutama di kalangan milenial. Optimisme industri ini pun kian terlihat dari adanya demand pasar dari seluruh Indonesia. Bahkan, masih ada permintaan yang belum terpenuhi untuk pinjaman karena terbatasnya akses pembiayaan di Indonesia.
Maka dari itu, masih sangat diperlukan dukungan investor dalam industri fintech lending. Pada tahun 2018, terbentuk kesepakatan investasi ke industri ini dengan nilai Rp1.4 triliun.
Melihat jumlahnya yang begitu besar tentunya tidak terlepas dari kacamata investor pada potensi fintech lending yang begitu menjanjikan. Mereka juga percaya bahwa setiap pemain harus bisa mengambil pendekatan manajemen risiko yang sesuai.
Bisa disimpulkan, investasi P2P lending membuat investor lebih peduli terhadap kualitas pinjaman. Perkembangan fintech lending yang begitu signifikan, menuntut setiap pemain memiliki pendekatan yang lebih baik dalam mengelola kualitas pinjamannya. Tujuannya untuk mencapai potensi pasar di Indonesia yang sejalan dengan tujuan terciptanya "unicorn” baru dalam industri ini.
Mencapai Inklusi Keuangan dengan Mendukung Inovasi
Investasi P2P lending menciptakan dampak positif bagi masyarakat Indonesia. Hal ini karena pembiayaan dari fintech lending mampu menggerakkan roda perekonomian Indonesia melalui peningkatan akses kredit bagi setiap individu maupun UMKM, mengundang investor lebih banyak, dan membantu perluasan peluang kerja.
Hal tersebut sangat sejalan dengan kontribusi dalam agenda inklusi keuangan. Nyatanya, model bisnis inovatif seperti ini dapat memberikan kontribusi terhadap inisiatif inklusi keuangan dengan cara memperluas jangkauan pasar. Bahkan, dukungan dari pemerintah juga diperoleh melalui pembuatan regulasi yang melindungi pelanggan sekaligus memungkinkan setiap pemain bisa berinovasi.
Kehadiran milenial di investasi P2P lending ternyata berdampak luas pada berbagai sektor, dan menjadi salah satu upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Kendati demikian, setiap investasi pasti ada risiko, sehingga milenial juga perlu waspada terhadap penipuan P2P lending.