Penguatan mata uang utama terutama GBP dan EUR akhir-akhir ini perlu diwaspadai karena ada 3 ancaman yang tampaknya akan berpengaruh dalam jangka panjang, yaitu: kemungkinan pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang lebih rendah akibat populasi penduduk berusia lanjut pada negara-negara maju dan berkembang yang makin cepat bertambah, pertumbuhan produksi di beberapa negara mata uang utama yang sudah mulai melambat, dan ancaman kredit macer yang sangat besar di China.
Dalam menanggapi recovery pertumbuhan ekonomi, bank-bank sentral negara-negara mata uang utama telah mulai merubah kebijakannya. Pada pergerakan nilai tukar mata uang utama, saat ini tampak seperti telah ’’kembali normal’’ dimana pengaruh data fundamental kembali berperan kuat. Jika demikian halnya tampak saat ini US Dollar sedang melemah, namun penguatan mata uang utama tersebut perlu diwaspadai karena ada 3 ancaman yang tampaknya akan mempengaruhi pergerakannya dalam jangka panjang.
Program quantitative easing telah dikurangi kecuali di Jepang, dan target-target bank sentral telah mulai diubah dan berkesan kurang serius karena hanya berfokus pada indikator fundamental tunggal seperti tingkat pengangguran, yang merupakan respon alami terhadap krisis finansial namun tampaknya sudah agak kuno. Bank-bank sentral juga masih menggunakan indikator-indikator seperti sebelum terjadinya krisis tahun 2008, ketika pertumbuhan ekonomi masih cukup tinggi dan konsisten serta inflasi yang masih relatif rendah. Indikator-indikator tersebut antara lain tingkat inflasi, produktivitas, penggunaan kapasitas (capacity utilization), angka pertumbuhan (GDP) dan juga data tenaga kerja.
Penguatan mata uang utama seperti Pound Sterling bisa berlanjut dan GBP/USD bisa saja melewati 1.7. EUR/USD juga mulai kembali menguat seiring dengan current account kawasan Euro yang mulai surplus dan fokus pada sistem keuangan yang mulai agak pudar. Sementara itu dengan tampak telah kembali normalnya pergerakan nilai tukar mata uang utama dan dibarengi dengan defisit current account Amerika Serikat yang makin besar akan membuat US Dollar sementara ini melemah. Namun demikian hal ini harus dibuktikan dengan pengaruh tapering The Fed yang direncanakan akan berlanjut.
Meski GBP dan EUR tampak menguat akhir-akhir ini, namun perlu diwaspadai 3 ancaman yang berpotensi menghentikan penguatan tersebut dalam jangka panjang:
1. Populasi penduduk berusia lanjut pada negara-negara maju dan berkembang yang makin cepat bertambah sehingga jumlah orang pensiunan hampir menyusul jumlah pekerja aktif. Hal ini mengisyaratkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang lebih rendah yang dibarengi dengan keadaan deflasi. Contoh untuk kasus ini adalah yang terjadi di Jepang.
2. Pertumbuhan produksi di beberapa negara mata uang utama sudah mulai melambat, dan untuk menambah percepatannya diperlukan semacam revoolusi dalam menggenjot produktivitas.
3. Pertumbuhan ekonomi di China yang begitu pesat selama 5 tahun terakhir telah meninggalkan bom waktu kredit macet yang jumlahnya sangat besar, belum lagi kesalahan alokasi investasi dan spekulasi yang makin merajalela. Jika bubble (gelembung) ini meledak, maka akan sangat berdampak pada perekonomian global.
Sumber : www.forexcrunch.com : The Return of Goldilocks Means a Weaker USD, but Beware the 3 Bears
by: Justin Pugsley, Markets Analyst