Layaknya Junk Food, Junk Bond sesuai istilahnya memiliki manfaat yang kurang sehat. Namun, ternyata ada peluang yang bisa dimanfaatkan dari Junk Bond.
Selama ini, mayoritas pelaku pasar setuju bahwa instrumen investasi memiliki dua sisi, yakni return (imbal hasil) dan risk (risiko). Namun jika kita mempelajari karakteristik dari masing-masing instrumen investasi tersebut, maka kita akan memiliki peluang untuk mengais keuntungan yang lebih besar dengan ruang risiko terbatas.
Kali ini, kita membahas jenis instrumen obligasi, yakni junk bond atau obligasi yang tergolong memiliki risiko tinggi. Namun sebelum itu, sudahkah kalian tahu jika obligasi memiliki rating? Ibaratnya di toko elektronik, rating ini sebagai stempel barang yang membedakan mana barang mudah rusak dan tahan lama. Bedanya, rating obligasi membedakan mana yang mampu membayar bunga dan pokok obligasi dan mana yang tidak mampu.
Obligasi dibedakan menjadi dua kategori rating, yakni Investment Grade (Positif) dan Non-Investment Grade (Negatif). Secara detail, rating tersebut kemudian diklasifikan lagi menjadi beberapa kategori yang diwakili oleh dua sampai tiga huruf yang disertai tanda atau angka, tergantung dari perusahaan pemeringkat yang mengeluarkan rating. Tentu hal ini menjadi informasi tambahan bagi seorang investor yang sangat berguna jika ingin 'berbelanja' obligasi.
Perbedaan Rating Investment Grade dan Non-Investment Grade
Sumber: Fidelity Investment
Agar memudahkan cara membacanya, Moody’s dan Standard & Poor’s memberikan penjelasan singkat sebagai berikut:
- AAA artinya bagus sekali (excellent).
- AA artinya sangat bagus (very good).
- A atinya baik (good).
- BBB artinya memadai (adequate).
Obligasi di luar Investment Grade disebut obligasi yang memiliki risiko tinggi atau spekulatif. Sebagai catatan, pandemi corona yang mengguncang ekonomi di awal tahun 2020 telah membuat junk bond dijual secara besar-besaran oleh para investor dan manajer investasi seluruh dunia. Hal ini sebagai akibat dari runtuhnya ekonomi dan ketidakpastian ekonomi ke depannya. Kejadian tersebut menjadi bagian dari keuntungan dan kerugian junk bond yang bisa kamu lihat di bawah ini:
Keutungan
- Dapat meningkatkan hasil secara keseluruhan dalam portfolio investasi dan menghindari volatilitas yang lebih tinggi dari saham.
- Menawarkan imbal hasil yang tinggi dibandingkan dengan obligasi peringkat investasi.
- Memiliki peluang menghasilkan kinerja yang lebih baik ketika kondisi ekonomi dan bisnis membaik.
- Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka pemegang obligasi lebih diutamakan pembayarannya dibandingkan pemegang saham.
Kerugian
- Jika penerbit obligasi bangkrut, maka investor terancam kehilangan dana investasinya 100%. Untuk menghindari kerugian tersebut, investor harus menganalisis risiko kredit pada masing-masing perusahaan sebelum memutuskan untuk membeli junk bond,
- Sangat rentan dengan kondisi naik turunnya ekonomi dan bisnis, serta perubahan tingkat suku bunga.
Bagi kalian yang sudah mengikuti tulisan penulis sebelumnya terkait Pandemic Bond, di situ sudah ada penjelasan penting akan risiko-risiko yang mempengaruhi harga obligasi. Namun untuk mempermudah pemahaman di artikel ini, penulis akan menyebutkannya kembali.
Risiko Obligasi
- Risiko Gagal Bayar, yakni ketika si penerbit tidak dapat memenuhi kewajibannya,
- Risiko Likuditas, kerena obligasi dapat diperjualbelikan antar investor, ada kemungkinan tidak ada penjual dan pembeli obligasi di harga yang tepat,
- Risiko Ekonomi, yakni dari sisi pertumbuhan ekonomi, suku bunga, dan inflasi.
Strategi Investasi Junk Bond
Pada dasarnya, ketika kita mulai melakukan investasi, kita memerlukan sebuah strategi. Seorang investor obligasi akan dihadapkan oleh jadwal pembayaran kupon/bunga, dan jangka waktu tenor yang berbeda-beda. Hal ini harus disejajarkan dengan arus kas masing-masing investor, karena dengan obligasi yang memberikan pilihan kupon serta jangka waktu yang berbeda, seharusnya bisa memberikan manfaat yang sejalan dengan penghasilan yang stabil jika kita sebagai investor mampu mengembangkan strategi yang tepat.
Seorang investor harus melakukan diversifikasi, dan itu adalah KUNCINYA. Sekalipun Anda tertarik pada obligasi junk bond, Anda harus melakukan diversifikasi dengan baik berdasarkan tanggal jatuh tempo. Jika Anda memegang terlalu banyak obligasi dengan jatuh tempo pada saat yang sama, maka Anda akan menghadapi risiko suku bunga yang (bisa saja) rendah. Ingat bahwa harga obligasi bergerak berlawanan dengan yield-nya.
Mengingat junk bond digolongkan sebagai obligasi yang cukup berisiko, maka sebaiknya alokasi aset investasi seperti junk bond memiliki komposisi yang tidak terlalu besar pada portofolio investasi Anda, terutama dengan kondisi ekonomi dan bisnis yang kurang mendukung saat ini. Bahkan, junk bond direkomendasikan untuk benar-benar dihindari dulu. Namun jika aktivitas ekonomi dan bisnis mulai pulih, perubahan alokasi investasi bisa mulai Anda lakukan dengan mengatur alokasi aset secara tepat, yang pada akhirnya akan mengamankan modal serta performa investasi Anda setelahnya.
Bagaimana Dengan Investasi Junk Bond Di Indonesia?
Melalui penelusuran penulis, berdasarkan pemberitaan media mengenai junk bond, instrumen obligasi berperingkat di luar Investment Grade tergolong minim di Indonesia. Hal ini akibat risiko instrumen tersebut yang terlampau tinggi kendati dikompensasikan di atas rata-rata. Di sisi lain, porsi outstanding junk bond tak lebih dari 1% dari total outstanding di pasar obligasi korporasi di Indonesia.
Alternatif selain junk bond untuk aset dengan risiko lebih tinggi dari obligasi adalah forex. Dalam trading forex tidak ada kupon dan jatuh tempo karena trader bisa mengatur sendiri posisi entry dan exit yang menentukan besar profit dan loss-nya. Karena pasar forex jauh lebih likuid daripada obligasi, mayoritas posisi trading juga bisa tereksekusi secara real-time. Simak info selengkapnya di Panduan Trading Forex Untuk Pemula.