Ketika ada "sentimen negatif", itu berarti terdapat perubahan situasi pasar yang mengakibatkan para trader cenderung bearish pada suatu mata uang/saham/kripto/instrumen investasi lain.
Contohnya:
China melarang bitcoin, maka banyak trader mungkin harus menjual bitcoin, sehingga itu menjadi sentimen negatif bagi bitcoin.
Perusahaan mengumumkan pendapatan lebih rendah daripada tahun lalu, maka banyak investor mungkin menjual koleksi sahamnya, sehingga itu menjadi sentimen negatif bagi sahamnya.
Bank sentral Eropa mengurangi suku bunga, maka banyak trader mungkin menukar euro dengan mata uang lain yang berbunga lebih tinggi, sehingga itu menjadi sentimen negatif bagi mata uang euro.
Demikian pula, "sentimen positif" itu berarti ada perubahan situasi pasar yang mengakibatkan para trader cenderung bullish pada suatu mata uang/saham/kripto/instrumen investasi lain.
El Salvador dan Afrika Tengah mengadopsi bitcoin sebagai mata uang resmi, sehingga pemerintah mereka dan warganya membeli bitcoin, maka itu menjadi sentimen positif bagi bitcoin.
Perusahaan mengumumkan pendapatan lebih tinggi daripada tahun lalu, maka mungkin banyak investor ingin mengoleksi sahamnya demi mendapat dividen lebih banyak, sehingga itu menjadi sentimen negatif bagi sahamnya.
Bank sentral AS menaikkan suku bunga, maka banyak trader mungkin menukar euro (yang suku bunga turun) dengan USD, sehingga itu menjadi sentimen negatif bagi pair EUR/USD.
Jadi, apa yang mendasari sentimen bisa jadi negatif atau positif? Semua itu tergantung pada opini dan sikap para trader dan investor terhadap situasi pasar, makroekonomi, fundamental, dan teknikal yang memengaruhi instrumen investasi yang dimaksud.