Menguasai cara trading dengan trend tak akan ada gunanya jika Anda tak paham momentum. Apa itu momentum dan bagaimana cara membacanya?
Trading forex sering dikaitkan dengan permainan jual beli mata uang asing yang memerlukan tingkat ketelitian tinggi. Selain teliti, setiap pemain juga harus paham terhadap berbagai istilah yang terdapat dalam dunia trading, misalnya buy dan sell. Dua hal inilah yang paling mendasar dan perlu Anda pahami sebelum terjun langsung, terutama dalam menentukan kapan buy dan kapan sell. Jadi, jika Anda menganggap trading forex hanya berkaitan dengan untung-untungan, maka itu adalah kesalahan besar.
Sederhananya, aktivitas trading forex memang bertujuan untuk meraih profit dari pertukaran nilai mata uang asing yang naik turun. Namun, terlepas dari keuntungan yang diperoleh trader, ada risiko tersendiri yang menyebabkan seseorang jatuh miskin lantaran analisa yang buruk.
Baca juga: Hal-Hal Yang Cenderung Disembunyikan Tentang Forex Trading
Oleh karena itu, penting untuk mengerti forex secara matang terlebih dulu sebelum terjun langsung. Salah satunya, memahami tentang apa itu trend dan momentum, serta trading dengan momentum.
DI
|
Daftar Isi |
Apa Itu Trend?
Patokan penting dalam trading yang harus dipahami yaitu buy saat harga naik dan sell ketika harga turun. Tentu saja, analisa tersebut akan semakin kuat dan tepat jika disertai dengan pemahaman pendukung seperti overbought-oversold, divergence, dan lain sebagainya. Namun, sesuai pembahasan tema kali ini yaitu make it simple, kita bahas terlebih topik utama yaitu trend. Apakah trend itu?
Pada dasarnya, trend adalah pergerakan harga di suatu arah yang terjadi secara berkelanjutan pada periode tertentu. Melalui gambar di atas, dapat kita lihat adanya grafik yang menunjukkan trend naik (uptrend), trend turun (downtrend), dan trend bolak-balik pada range tertentu (sideways).
Seorang trader harus mengetahui secara pasti kondisi trend saat ini untuk mengambil posisi yang tepat. Bagaimana caranya? Yaitu dengan memperhatikan indikator-indikator, seperti Moving Average, Parabolic SAR, Trendline, dan lain-lain. Selanjutnya, mari kita bahas materi tentang momentum berikut ini.
Apa Itu Momentum?
Nah, untuk memperkuat pembahasan terkait trend, perlu dipahami pula sedikit tentang momentum. Jadi, momentum merupakan kekuatan sebuah trend. Seorang trader sebaiknya tidak hanya tahu tentang arah trend, namun juga harus memastikan seberapa kuat momentum atau kekuatan trend tersebut.
Ketika saat ini kita melihat kondisi trend sedang naik (uptrend), jangan terburu-buru memutuskan untuk buy. Sebab, bisa jadi beberapa saat kemudian trend berbalik turun sehingga menyebabkan loss. Jika Anda terlanjur open posisi sell di harga terendah ataupun buy di harga tertinggi, maka kerugian Anda akan sangat besar. Itulah mengapa, memahami momentum sangat penting untuk memperkirakan apakah trend masih kuat bertahan atau justru sedang melemah dan akan berbalik..
(Baca juga: 3 Teknik Paling Ampuh Untuk Mengukur Kekuatan Trend)
Kini, timbul pertanyaan baru yaitu bagaimana cara menentukan momentum trend. Sebenarnya, materi ini tidak berbeda dengan momentum yang telah kita peroleh pada pelajaran fisika SMP dan SMA. Lebih tepatnya, materi tentang hukum Newton 1 atau inersia yang menyatakan bahwa sebuah benda akan tetap diam atau bergerak jika tidak ada gaya luar yang memengaruhinya. Apabila benda dikenai gaya luar, maka benda akan bergerak hingga pengaruhnya hilang dan berhenti.
Hal serupa berlaku pada momentum trend harga di pasar forex. Apabila trend telah kehilangan pengaruhya, maka harga tidak langsung berbalik. Begitupula sebaliknya, harga akan terus mengikuti arah trend tapi dengan momentum yang melemah.
Pelemahan momentum perlu diwaspadai oleh trader. Pasalnya, momentum trend ini berbeda dengan arah trend yang langsung bisa dibaca melalui chart. Karena trading tanpa membaca momentum sangat berakibat fatal, maka penting bagi trader untuk mengetahui bagaimana cara membaca kekuatan trend atau momentum; apakah cukup kuat untuk terus lanjut atau sudah lemah sehingga akan ada perubahan arah.
Cara Membaca Indikator Momentum
Indikator untuk mengetahui kondisi trend sudah umum dibicarakan. Beberapa diantaranya adalah Moving Average, Parabolic SAR, Bollinger Bands, dan lain sebagainya. Namun, bagaimana dengan indikator untuk mengetahui momentum atau kekuatan trend?
Secara umum, indikator momentum digunakan untuk mempertajam analisa trader dalam memutuskan langkah selanjutnya. Analisa indikator ini tidak mematok data-data sebagai acuan seperti indikator fundamental. Akan tetapi, berupa indikator teknikal yang berusaha mengumpulkan data historis melalui pergerakan harga. Kemudian, data disajikan dalam bentuk garis atau titik.
Indikator teknikal dibagi lagi menjadi dua yaitu Oscillator (terletak di bawah chart) dan Overlay ( menumpuk pada chart). Nah, momentum adalah salah satu indikator Oscillator yang paling lawas. Meski demikian, masih banyak trader yang mengaplikasikan indikator ini dalam permainan trading-nya.
Fungsi indikator momentum sebenarnya mengukur kecepatan dan mengetahui besarnya perubahan harga yang terjadi pada rentang waktu tertentu. Secara umum, indikator momentum akan naik ketika trend sedang kuat, sebaliknya akan turun ketika tren melemah.
Baca juga: Teknik Trading Forex Sesuai Arah Trend
Indikator momentum kerap disebut sebagai rate of change (RoC) yang bertujuan mengukur persentase harga saat ini dengan periode sebelumnya. Secara default, indikator momentum yang digunakan adalah 14. Jika dirumuskan akan menjadi seperti berikut.
Momentum periode n = (harga penutupan saat ini/harga penutupan periode n) x 100
Dalam menggunakan Oscillator sebagai indikator momentum, ada perbandingan antara grafik indikator dan pergerakan harga yang perlu diperhatikan. Jika keduanya mengalami divergence atau perbedaan arah gerak, maka kekuatan trend yang diikuti sedang melemah. Perhatikan contoh grafik trend disertai indikator momentum berikut ini.
Grafik di atas menunjukkan bahwa trend chart menunjukkan arah menanjak. Akan tetapi, jika diperhatikan lagi pada indikator momentum justru mengalami penurunan. Artinya, kekuatan uptrend yang sedang terjadi sedang melemah dan akan berbalik downtrend.
Jika Anda menggunakan analisa divergence, tunggulah sampai ada konfirmasi pola harga yang menunjukkan tanda pembalikan harga. Sebab, beberapa trader sering melakukan kesalahan dengan masuk terlalu awal tanpa menunggu konfirmasi.
Indikator momentum sebagai trend following indicator.
Pada penggunaan indikator momentum di platform MetaTrader, indikator momentum menggunakan level 100 sebagai acuan. Perhatikan chart bagian bawah, apabila kurva memototong level 100 dari bawah ke atas, maka akan terjadi perubahan harga ke arah bullish.
Sebaliknya, jika kurva memotong level 100 dari atas ke bawah, maka harga akan berubah menjadi bearish. Untuk lebih memperkuat momentum entry dengan peluang keuntungan yang tinggi, gunakan juga indikator pendukung seperti SMA (Simple Moving Average).
Indikator momentum sebagai sinyal pembalikan trend.
Selain menentukan arah trend, indikator momentum juga berfungsi untuk menunjukkan sinyal pembalikan trend. Seperti halnya RSI atau Stochastic, indikator momentum dapat menentukan level overbought dan oversold. Hanya saja, zona-zona tersebut tidak bisa ditentukan secara pasti. Oleh karena itu, trader harus benar-benar cermat kapan kondisi tersebut akan terjadi dengan asumsi sebagai berikut:
Apabila indikator momentum mencapai level tertinggi atau terendah pada saat tertentu, dengan berbagai pertimbangan, asumsikan apakah arah trend akan tetap berlanjut seperti sebelumnya atau berbalik arah.
Misalnya, saat ini indikator teknikal momentum berada pada level tertinggi lalu turun dan Anda berasumsi harga masih akan naik. Apabila harga benar-benar turun, Anda dapat melakukan entry sell. Untuk memperkuat keputusan tersebut dengan probabilitas tinggi, konfirmasi dengan indikator lain berupa Moving Average.
Indikator momentum sebagai leading indicator.
Manfaat indikator momentum lainnya yaitu sebagai leading indicator. Dalam hal ini, indikator momentum bertujuan untuk mengenali divergensi bullish dan divergensi bearish. Ketika chart menunjukkan divergensi bullish, trader harus mengambil langkah buy. Sebaliknya, jika chart menunjukkan divergensi bearish, maka trader harus segera mengambil posisi sell.
Divergensi bullish memberikan pertanda jika terjadi pembalikan arah trend dari bearish ke bullish yang ditunjukkan dengan pergerakan harga menurun, sedangkan indikator momentum justru menunjukkan kenaikan.
Sebaliknya, divergensi bearish menunjukkan adanya pembalikan arah trend dari bullish ke bearish yang ditunjukkan dengan pergerakan harga sedang menguat sementara sementara sinyal indikator justru melemah.
Ketiga penggunaan indikator momentum di atas masih relatif untuk penentuan beberapa hal, seperti kondisi overbought dan oversold. Untuk itu, diperlukan indikator lain untuk memperkuat sinyal. Beberapa diantaranya seperti RSI, Stochastics atau CCI. Lebih lanjut, divergensi harus diperiksa pada setiap indikator. Sebab, divergensi pada satu indikator, belum tentu terjadi pada indikator oscillator yang lain dalam waktu bersamaan.
Akhir Kata
Bagi pemula, forex trading mungkin terdengar sangat rumit dan banyak yang perlu dipelajari. Terlepas dari profesionalitas sebagai trader, jangan sampai kegiatan ini menimbulkan dampak psikologis. Pastikan Anda trading dengan pengambilan setiap langkah yang penuh pertimbangan dan jangan lupakan pentingnya kepercayaan diri.
Sedangkan untuk profit yang ditargetkan tentu sebaiknya tidak melulu tinggi. Jangan berfokus pada profil trader lain yang lebih tinggi. Jangan sampai keinginan mendapatkan profit tinggi diikuti dengan pinjal modal sebelum benar-benar pro trading. Sebab, piutang dan trading adalah dua hal yang tidak semestinya dikaitkan.