PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan penjualan bersih sebesar Rp10.07 triliun, turun 4.95% YoY, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -10%, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) -2.16%, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) -1.77%, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.33% ke 7,151, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR) mengungkapkan proyeksi pertumbuhan pendapatan sebesar 51% untuk tahun 2024, 1 jam lalu, #Saham Indonesia

Apakah PayLater Riba Atau Tidak?

Nandini 19 May 2021
Dibaca Normal 5 Menit
bisnis > fintech >   #paylater
Berbelanja online kini makin mudah dengan adanya fitur PayLater. Pasalnya, Anda bisa membeli barang yang diinginkan saat ini juga, tetapi bayarnya nanti. Namun, bagaimanakah hukumnya dalam Islam?

Di era digital saat ini, sistem pembayaran online bukanlah hal baru. Pasalnya, masyarakat mulai terbiasa berbelanja online melalui beberapa marketplace ternama seperti Shopee, Bukalapak, Traveloka, dan sejenisnya. Yang terbaru, mereka bahkan menawarkan fitur bernama PayLater. Seperti apa sih sistemnya? Bagaimana pula hukum PayLater jika dilihat dari kacamata agama? Simak penjelasannya berikut ini.

PayLater

 

Apa Itu PayLater?

Secara harfiah, PayLater dapat diartikan sebagai "bayar nanti". Dengan memanfaatkan fitur ini, Anda bisa membeli barang atau jasa tanpa harus membayarnya secara langsung pada hari itu. Sebaliknya, pembayaran Anda akan "dicatat" dulu untuk kemudian dibayar pada waktu yang sudah ditentukan. Adapun beberapa produk PayLater yangsudah marak di masyarakat antara lain OVO PayLater, Gojek PayLater, Shopee PayLater, Traveloka PayLater, dan lain sebagainya. Nah, di antara beberapa produk tersebut, mana yang sering Anda gunakan?

Berbicara mengenai keuntungannya, PayLater bisa menjadi solusi manakala Anda sering kekurangan saldo untuk membayar barang-barang dalam keranjang belanja Anda. Selain itu, beberapa keuntungan yang bisa Anda rasakan dari PayLater antara lain:

  • bisa digunakan sewaktu-waktu oleh konsumen;
  • bunga yang diberikan pun terbilang lunak dan tidak mencekik;
  • masa tenornya lama.

Kendati demikian, jangan sampai Anda terlena dengan keuntungan di atas. Memang adanya PayLater ini tampak sangat menguntungkan, tetapi bukan berarti tidak ada kerugiannya. Sebab, kemudahan checkout dengan metode ini akan menimbulkan gaya hidup konsumtif, bahkan boros. Jika Anda termasuk orang yang doyan shopping, PayLater ini justru akan membuat Anda kalang kabut nantinya. Jadi, pintar-pintarlah mengatur pengeluaran ya!

Bijak Gunakan PayLater(Baca Juga: Tips Bijak Gunakan PayLater pada Dompet Digital)

 

PayLater Riba Atau Tidak?

Memang sudah menjadi hak pribadi untuk menggunakan PayLater atau tidak. Namun bagi seorang muslim yang ingin tahu hukum PayLater, tidak ada salahnya untuk menyimak penjelasan berikut.

Secara umum, memang konsep PayLater sama seperti kartu kredit, begitu pula hukumnya. Menurut beberapa pakar, berikut adalah pandangan-pandangan mengenai hukum PayLater:

 

1. PayLater Bisa Jadi Riba

Kenapa PayLater bisa dikatakan sebagai riba? Nah, saat Anda memesan suatu barang, lalu membayarnya dengan PayLater, itu artinya ada pihak atau perusahaan yang membayarkan uangnya sejumlah harga barang yang Anda beli. Dengan demikian, Anda sebagai konsumen memiliki utang terhadap perusahaan tersebut, misalnya ke Grab, Traveloka, atau Shopee.

Biasanya, perusahaan yang memiliki fasilitas PayLater ini membebankan sejumlah bunga sebagai "keuntungan" dari utang yang diberikan. Salah satu contohnya adalah Traveloka PayLater yang menawarkan bunga 2.14%-4.78% per bulan. Nah, adanya bunga itulah yang membuat PayLater ini disebut sebagai riba.

Seperti yang sudah Anda ketahui, hukum asal dari utang adalah mengembalikan harta atau uang yang dipinjam sesuai pokoknya. Namun bila Anda harus mengembalikan pokok beserta bunganya, bisa dikatakan bahwa PayLater termasuk riba.

Pinjaman Bebas Riba(Baca Juga: Ingin Dapat Pinjaman Tanpa Takut Riba? Ini Caranya)

 

2. PayLater Tidak Riba Bila...

Pendapat lain mengatakan bahwa PayLater ini tidak riba atau dihukumi Ijarah. Ijarah adalah hukum fiqih yang terdapat di dalam produk perbankan atas penyewaan suatu barang atau jasa. Nah, imbalan yang diterima oleh pihak bank atau penyedia layanan ini tidaklah riba.

Dalam sistem PayLater, tidak mungkin 'kan jika Anda meminjam uang kepada si penyedia layanana secara langsung? Oleh karena itu, mereka membuat alat atau perantara untuk memudahkan konsumen meminjam jasa mereka, dengan menyertakan sejumlah jasa perantara alias biaya admin.

Sebagai contoh ialah saat Anda mentransfer uang yang dikenakan biaya admin. Jasa perantara PayLater yang dibayarkan biasanya sekitar Rp2,000,- saja. Nah nominal ini tidak bisa disebut riba; artinya boleh dalam hukum agama.

 

3. Dihukumi Sebagai Akad Bai' Tawarruq

PayLater bisa disebut sebagai akad bai' tawarruq atau bai' bi al-Wafa'. Akad ini menekankan pada praktek jual beli di mana seseorang memiliki hajat dan harus dilakukan, sehingga ia perlu seorang provider atau perantara untuk memenuhinya. Akad bai' tawwaruq ini boleh dilakukan.

 

4. Dihukumi Akad Ju'alah

Pernahkah Anda berkata ke teman atau saudara Anda seperti ini?

"Duh aku lagi perlu banget nih sama barang ini, tapi uangku kurang/tidak ada. Bisa bayarkan atau carikan pinjaman dulu nggak? Nanti aku kasih 10%, tapi aku bayarnya tempo setahun ya"

Nah ucapan yang demikian bisa disebut sebagai akad ju'alah atau akad sayembara. Jika dihitung-hitung, 10% dari suatu nominal itu bukanlah angka yang kecil. Coba saja hitung 10% dari 2 juta, maka nominalnya ketemu 200,000. Jika provider mampu memberikan pinjaman sebesar 2 juta rupiah, maka pihak provider berhak menerima dana sebesar Rp200,000 dari si peminjam. PayLater yang dihukumi akad ju'alah ini bukanlah riba dan boleh dilakukan.

Risiko Bunga PayLater dengan CC(Baca Juga: Hati-Hati, Risiko Bunga PayLater Sama Dengan Kartu Kredit)

 

Kesimpulan

Itulah beberapa pendapat mengenai hukum penggunaan PayLater. Mengenai perbedaan hukum ini, Anda boleh memilih salah satu sesuai apa yang Anda percayai. Jika memang harus menggunakan PayLater, mungkin Anda bisa mengikuti pendapat yang memperbolehkannya. Apabila tidak darurat, sebaiknya tidak menggunakan aplikasi tersebut mengingat ada hukum yang mengatakan riba.

Terkait Lainnya
 
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan penjualan bersih sebesar Rp10.07 triliun, turun 4.95% YoY, 1 jam lalu, #Saham Indonesia

Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -10%, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) -2.16%, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) -1.77%, 1 jam lalu, #Saham Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.33% ke 7,151, 1 jam lalu, #Saham Indonesia

PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR) mengungkapkan proyeksi pertumbuhan pendapatan sebesar 51% untuk tahun 2024, 1 jam lalu, #Saham Indonesia

EUR/USD berusaha keras untuk melanjutkan kenaikan hari Selasa, 19 jam lalu, #Forex Teknikal

Pound Sterling pertahankan penguatan di tengah membaiknya prospek ekonomi, 19 jam lalu, #Forex Teknikal

Indeks sentimen bisnis IFO Jerman lebih jauh membaik ke level 89.4 di April Dibandingkan Prakiraan 88.9, 19 jam lalu, #Forex Fundamental

Dolar AS mengkonsolidasi penurunan menjelang data tingkat menengah, 19 jam lalu, #Forex Teknikal

PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) berencana akan membagikan dividen sebesar Rp8.06 triliun atau setara Rp69.3 per saham dari laba bersih tahun buku 2023, 1 hari, #Saham Indonesia

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) akan membagikan dividen final sebesar Rp 165 per saham untuk tahun buku 2023. , 1 hari, #Saham Indonesia

Top gainers LQ45 pagi ini adalah: PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) 3.28%, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) 2.75%, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 2.15%, 1 hari, #Saham Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pagi ini sebesar 0.64% ke 7,156, 1 hari, #Saham Indonesia



Kirim Komentar Baru