Salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan dari investasi Bitcoin adalah risiko terjadinya Bubble Crypto. Sudahkah kalian tahu cara mengenali tanda-tandanya?
Di tengah pandemi, demam kripto tumbuh subur di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Banyak pemula yang mencoba peruntungannya di dunia Cryptocurrency setelah tahu harga Bitcoin begitu menggiurkan. Apakah Anda salah satunya?
Seperti halnya investasi pada umumnya, para pemain pemula mesti tahu seluk-beluk kripto sebelum memainkannya. Investasi kripto yang berprofit besar tentunya beriringan dengan risikonya yang besar pula. Oleh karena itu, penting untuk memahami teori "High Risk, High Return."
Salah satu risiko yang harus diwaspadai oleh investor pemula adalah Bubble Crypto. Sudah tahukah Anda mengenai Bubble Crypto? Lalu apa saja bahaya Bubble Crypto ini? Penasaran? Yuk kita simak penjelasannya berikut ini.
Apa itu Cryptocurrency Bubble?
Secara bahasa, Cryptocurrency Bubble diartikan sebagai gelembung aset mata uang kripto. Gelembung aset kripto adalah fenomena di mana harga kripto mengalami kenaikan atau lonjakan yang terlampau tinggi dalam suatu periode. Kenaikan harga ini biasanya tidak didukung oleh faktor fundamental yang semestinya, dan kemudian diikuti oleh penurunan secara drastis. Dalam dunia ekonomi, fenomena Bubble merujuk pada harga aset yang melebihi nilai intrinsiknya.
Kenapa dinamakan Bubble? Istilah ini menunjukkan bahwa gelembung mudah pecah seperti halnya dengan harga kripto yang tiba-tiba bisa ambruk. Jika kita terus menerus meniup gelembung sehingga makin besar, maka gelembung itu tidak lama pasti akan pecah. Begitulah kira-kira gambarannya. Fenomena Bubble biasanya dipicu karena adanya euforia aset di pasar.
Fenomena Bitcoin Bubble
Kemunculan Bitcoin dengan harganya yang fantastis telah menarik perhatian berbagai pihak. Namun, harga aset kripto tidak selalu stabil, termasuk Bitcoin.
Kenaikan dan penurunan harga yang drastis dalam waktu singkat telah menarik perhatian dari pemerhati ekonomi dan keuangan. Banyak ahli yang mengatakan bahwa mata uang kripto itu termasuk Bubble, yang suatu saat bisa pecah. Bahkan, di tahun 2021, beberapa koin kripto di ambang Bubble.
Di bulan November 2018, kapitalisasi pasar Bitcoin turun 80 persen. Kemudian pada bulan Desembernya, harga tersebut mencapai dasar terendahnya dengan bertengger di titik USD3,100.
Setelah menunjukkan penguatan, penurunan besar terjadi lagi di tahun 2020; sekitar bulan Maret, Bitcoin turun sebesar 30 persen. Harga lalu naik pesat di bulan Oktober hingga mencapai USD13,200, bahkan menyentuh USD19,000 pada November, dan terus meroket di atas USD60,000 pada paruh pertama 2021. Sayang, harga kemudian berangsur-angsur lengser dan hanya diperdagangkan di sekitar USD42,000 saat artikel ini ditulis.
Penurunan harga Bitcoin ini tentu saja memengaruhi koin lainnya, seperti Ethereum, Cardano, Dogecoin, dan lain sebagainya. Menurut informasinya, harga Ethereum turun hingga 38.48 persen, Cardano ambles hingga 35.83 persen, Binance Coin melemah 52.77 persen, dan Dogecoin merosot 34.71 persen.
Baca juga: 10 Jenis Mata Uang Kripto Paling Populer Selain Bitcoin
Jika dilihat, fenomena di atas termasuk dalam tanda-tanda Bubble karena nilai mata uang kripto yang melonjak dan turun secara drastis dalam waktu singkat. Harga Bitcoin saja turunnya sudah lebih dari 25% yang menandakan penurunan tajam.
Jika dijabarkan dalam kurva, Bitcoin telah mencapai puncaknya dan berada di periode bearish sebelum mengalami kenaikan berikutnya. Akan tetapi, ada pendapat yang mengatakan kripto telah berubah dari pasar bullish koheren menjadi tidak koheren, sehingga sulit untuk menganalisisnya melalui teori gelombang trend.
DeFi atau keuangan terdesentralisasi bahkan ikut berubah menjadi sesuatu yang mudah kehilangan nilainya. Padahal, DeFi tadinya digadang-gadang sebagai sistem keuangan terpadu.
Simak Juga: Kripto Berbasis DeFi, Tren Blockchain Baru
Hal ini membuktikan bahwa pergerakan Bitcoin tidak hanya mempengaruhi Altcoin tetapi juga produk blockchain lainnya. NFT pun tak bisa lepas dari dinamika ini.
Yang Harus Diwaspadai Investor
Hal utama yang harus investor pemula antisipasi adalah harga kripto yang tidak pasti, terutama jika sudah masuk siklus Bubble. Misalnya, Anda seorang investor yang menaruh sebagian besar investasi di mata uang kripto. Tidak disangka, terjadilah fenomena Bubble Crypto. Jika gelembung itu pecah dan Anda merupakan investor yang masuk di fase akhir, tentunya Anda-lah yang terdampak paling parah.
Simak Juga: 4 Siklus Pasar Kripto Yang Perlu Anda Tahu
Penyebab Bubble Crypto umumnya berasal dari berita-berita yang mempengaruhi sentimen pasar. Berikut adalah beberapa contohnya:
Cuitan Elon Musk
Beberapa waktu yang lalu, CEO Tesla, Elon Musk, memberikan pernyataan di akun Twitter-nya. Dia menyatakan bahwa Bitcoin merupakan salah satu mata uang kripto yang menjanjikan. Elon Musk bahkan membeli 1.5 miliar BTC dan berencana menerima Bitcoin sebagai metode pembayaran di jaringan perusahaannya.
Namun sekitar 2 bulan kemudian, dia membuat Tweet yang mengatakan bahwa perusahaannya tidak lagi menerima Bitcoin sebagai pembayaran karena Bitcoin dapat merusak lingkungan. Elon Musk malah memberikan isyarat untuk pindah ke Dogecoin (DOGE). Cuitannya ini sontak memicu pecahnya Bubble dan membuat nilai Bitcoin langsung anjlok.
Sikap Kontra dari Pemerintah
Banyaknya orang yang berbondong-bondong membeli kripto membuat pemerintah mengambil sikap dan mengeluarkan kebijakan terkait transaksi kripto. Mengapa demikian?
Mata uang kripto selama ini dianggap merusak sistem keuangan konvensional yang didukung bank sentral. Oleh karena itu, pemerintah pastinya berupaya keras untuk melindungi nilainya.
Negara yang melakukan pembatasan adalah Tiongkok. Untuk menolak penggunaan mata uang digital ini, pemerintah Tiongkok melarang semua bank dan layanan pembelian online menawarkan apa pun yang terkait kripto.
Selain Tiongkok, negara-negara lain seperti Turki, Bolivia, Ekuador, Nigeria, dan Aljazair juga menerapkan kebijakan serupa. Larangan ini secara tidak langsung menurunkan kepercayaan investor dan berakibat pada aksi jual yang membuat harga kripto melemah signifikan.
Risiko terjadinya Bubble dalam investasi, terutama di dunia kripto, pastinya tidak terelakkan. Sebagai investor pemula yang cerdas, kita harus cermat menilai tanda-tandanya. Dari pembahasan di atas, bisa disimpulkan bahwa aset yang mengalami kenaikan harga secara tiba-tiba perlu diwaspadai memiliki risiko Bubble. Biasanya, kenaikan ini terjadi secara masif dalam waktu singkat tanpa ada faktor penggerak yang memadai. Daftar koin kripto dengan kenaikan harian terbesar ini bisa menjadi indikator awal untuk mewaspadai aset mana saja yang kemungkinan menjadi Bubble.