Selama ini, penggunaan blockchain dianggap tidak bisa lepas dari cryptocurrency. Benarkah kita tidak bisa menggunakan blockchain tanpa cryptocurrency sebagai pengembangannya?
Selama ini tentu kita mengetahui bahwa keberadaan teknologi blockchain tak pernah bisa dilepaskan dari yang namanya cryptocurrency atau mata uang kripto. Sejak nama Bitcoin mencuat dan populer karena harganya yang tinggi, banyak orang mulai mencari tahu bagaimana cara kerja mata uang kripto di jaringan blockchain.
Jaringan blockhain cenderung dikenal sebagai teknologi yang digunakan untuk orang bisa menciptakan dan mengembangkan cryptocurrency, sehingga muncullah mata uang kripto selain BTC, seperti ETH, Dogecoin, Solana, Polkadot, dan masih banyak lagi. Dari hal tersebut, kemudian muncul pertanyaan, apakah penggunaan blockchain hanya terbatas pada cryptocurrency saja?
Nah, untuk dapat menjawab hal tersebut, Anda harus tahu terlebih pemahaman dasar mengenai blockchain dan cryptocurrency. Oleh karena itu, artikel ini akan mengupas tuntas tentang blockchain dan bagaimana cara blockchain bekerja bila tanpa mata uang kripto.
DI
|
Daftar Isi |
Apa Itu Blockchain?
Blockchain adalah sebuah rantai blok yang dirangkai bersama dan didistribusikan di antara pengguna. Blok tersebut merupakan buku besar yang mencatat seluruh transaksi atau disebut juga dengan ledger. Oleh karena itu, blockchain dianggap sebagai teknologi baru yang dikembangkan untuk penyimpanan data digital.
Terdapat tiga elemen yang membangun blok di kripto, yakni data, hash, dan hash dari blok sebelumnya.
- Data terdiri dari seluruh informasi yang menyangkut database tertentu. Misalnya, data transaksi Bitcoin akan berisi seluruh informasi terkait transaksi, mulai dari jumlah koin pengirim dan penerima, hingga kapan terjadinya transaksi.
- Sementara itu, hash adalah data yang berupa informasi kode unik dan rahasia, seperti sidik jari atau tanda tangan. Hash ini berfungsi untuk mengidentifikasi dan menvalidasi blok serta seluruh isinya.
- Kemudian, hash dari blok sebelumnya akan mengamankan rantai Blockchain yang membawa jejak informasi sebelumnya.
Berdasarkan ketiga elemen tersebut, seluruh informasi yang tercatat tidak akan bisa diubah dan bersifat terdesentralisasi. Sifat ini membuatnya tidak bergantung pada otoritas eksternal untuk validasi transaksi dan keaslian data.
Baca Juga: Mengenal Beragam Lapisan Pada Blockchain
Apa Itu Cryptocurrency?
Cryptocurrency adalah sebutan untuk mata uang digital yang dapat digunakan untuk transaksi antarpengguna tanpa perlu melewati pihak ketiga. Jika dalam transaksi pada umumnya bank berperan sebagai pihak ketiga, dalam cryptocurrency, tidak ada yang berperan sebagai perantara.
Transaksi cryptocurrency berasal dari jaringan komputer yang menggunakan algoritma perhitungan tertentu. Perhitungan matematis ini disebut kriptografi yang menggunakan teknologi blockchain. Bitcoin adalah jenis mata uang kripto pertama dan terpopuler hingga saat ini.
Apakah Blockchain Membutuhkan Cryptocurrency Untuk Bekerja?
Pada awal kemunculannya, blockchain hanya ada satu jenis yaitu blockchain publik dengan peruntukan transaksi cryptocurrency. Kehadirannya ini mendasari lahirnya sistem DLT (distributed ledger technology), suatu protokol yang memungkinkan basis data digital terdesentralisasi. DLT dianggap berhasil memberikan alternatif transaksi dibandingkan sistem perbankan yang tersentralisasi dan memiliki banyak kekurangan.
Namun, karena blockchain publik hanya berfokus pada transaksi cryptocurrency saja, maka mulai berkembanglah beberapa jenis blockchain yang bisa disesuaikan kebutuhan pengguna tanpa harus menggunakan cryptocurrency dalam kinerja, yaitu blockchain tipe privat, konsorsium, dan hybrid. Dengan demikian, blockchain publik merupakan satu-satunya bentuk blockchain yang membutuhkan cryptocurrency untuk bekerja.
Lalu Bagaimana Cara Menggunakan Blockchain Tanpa Cryptocurrency?
Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, konsep dasar blockchain adalah buku besar terdistribusi yang digunakan untuk menyimpan data. Dengan demikian, teknologi blockchain tidak hanya digunakan untuk pencatatan transaksi cryptocurrency saja, melainkan juga dapat digunakan untuk menyimpan data terkait Non-Fungible Token (NFT), Metaverse, sistem penilaian reputasi, layanan publik pemerintah, Internet of Things (IoT), layanan keamanan data, dan banyak lagi.
Itu semua bisa terjadi karena adanya smart contract, yaitu protokol komputer yang bertujuan untuk memfasilitasi atau mengeksekusi kinerja suatu kontrak secara digital. Keberadaan smart contract memungkinkan kinerja penyimpanan data yang bisa dipercaya secara otomatis tanpa menggunakan pihak ketiga. Penyimpanan ini hanya dapat dilacak, namun tidak dapat diubah.
Smart contract dibuat menggunakan persyaratan terkomputersiasi dalam bentuk kode yang didistribusikan secara merata ke dalam jaringan atau blockchain. Asalkan seluruh syarat yang dibuat atau kode bisa terpenuhi, maka kontrak akan dieksekusi. Pada umumnya, kode ini tidak bisa dihancurkan kecuali jika si pembuat menyisipkan kode self destruction pada salah satu fungsi. Kode tersebut juga mencatat segala perubahan yang terjadi, dan dapat diakses oleh publik (untuk blockchain publik) atau siapapun pemilik akses (untuk blockchain privat, konsorsium, dan hybrid).
Oleh karena itu, teknologi blockchain tidak hanya relevan dengan cryptocurrency saja. Bagaimanapun, teknologi blockhain berkaitan dengan penyimpanan informasi yang terdesentralisasi dan konsensus aset digital tertentu, yang bisa berupa cryptocurrency maupun tidak.
Berdasarkan hal tersebut, sebuah blockchain tanpa cryptocurrency mengacu pada buku besar terdistribusi yang melacak status database bersama di banyak pengguna. Basis data bisa mencakup riwayat transaksi mata uang kripto atau data pemungutan suara rahasia terkait pemilu, misalnya, yang tidak dapat diperbarui atau dihapus setelah ditambahkan.
Kesimpulan
Meski secara umum teknologi blockchain diketahui sangat dekat kaitannya dengan cryptocurrency, namun pengembangan blockchain sudah melampaui itu. Tak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan data transaksi mata uang kripto saja, namun blockchain juga dapat difungsikan untuk penyimpanan database yang tidak membutuhkan cryptocurrency. Dengan demikian, pengembangan blockchain tanpa cryptocurrency dapat mencakup seluruh aktivitas pencatatan dan penyimpanan data secara akurat tanpa adanya manipulasi.
Melihat kesuksesan dan kepopuleran cryptocurrency atau mata uang kripto, membuat sebagian bank sentral dunia ingin membuat mata uang digitalnya sendiri menggunakan teknologi blockchain. Salah satu bank sentral yang paling getol mempromosikan pembuatan mata uang digitalnya adalah European Central Bank (ECB). Mereka mengklaim bahwa Euro Digital akan lebih baik dibandingkan mata uang kripto. Benarkah demikian? Simak ulasan lengkapnya di artikel berjudul, "Mengenal Euro Digital: Benarkah Lebih Baik dari Kripto?"