Bitcoin dan Ethereum sekarang menjadi mata uang digital yang diincar banyak orang karena potensi kenaikan harganya. Apa beda kedua kripto tersebut? Manakah yang memiliki prospek lebih menjanjikan di masa depan?
Demam mata uang kripto telah melanda dunia, tak hanya dari kinerjanya yang positif, tapi juga berbagai kontroversinya. Ada yang beranggapan kripto haram dan dianggap judi, ada pula yang memprediksinya sebagai prospek investasi menjanjikan.
Maraknya investasi di aset kripto terutama bagi generasi milenial memang tak bisa dihindari seiring populernya Bitcoin dan Ethereum. Hingga sekarang, mata uang kripto dengan market cap terbesar diduduki oleh Bitcoin dan disusul Ethereum di posisi selanjutnya. Kini dua-duanya menjadi mata uang digital sangat berharga yang diincar hampir semua orang.
Terlebih lagi setelah Elon Musk berkicau di media sosial bahwa "Bitcoin is a good thing". Harga Bitcoin langsung melonjak signifikan merespon unggahan tersebut. Yang tahun lalu hanya berkisar di angka 50-70 juta, kini Bitcoin sudah mencapai 700-800 juta per satu keping.
Kunjungi juga: Harga Bitcoin Hari Ini
Mungkin sebagian dari Anda masih awam dengan Bitcoin atau Ethereum, atau bahkan belum paham betul bagaimana kinerja mata uang kripto sendiri. Untuk menjawab rasa penasaran Anda, mari simak artikel berikut ini.
DI
|
Daftar Isi |
Apa Itu Mata Uang Kripto?
Sebelum masuk ke debat Bitcoin vs Ethereum, ada baiknya mengenal apa itu mata uang kripto. Pada dasarnya, mata uang kripto bekerja sangat mirip dengan mata uang fiat seperti Rupiah, Dolar, Euro, Pound, Yen, Rupee, dan sebagainya. Mata uang kripto dan mata uang fiat serupa karena keduanya merupakan alat tukar. Namun, di situlah kesamaannya berakhir.
Perbedaan utama dengan mata uang fiat yang paling menonjol yakni desentralisasi mata uang kripto. Desentralisasi mata uang kripto berarti aset digital ini tidak memiliki otoritas pusat layaknya bank atau pemerintah yang mengendalikannya.
Di satu sisi, mata uang kripto menjunjung prinsip demokratis, yakni setiap perubahan yang perlu dilakukan hanya disetujui setelah mayoritas pengguna mata uang kripto menyetujuinya.
Dalam mata uang fiat, kita memiliki bank, pemberi pinjaman, pemerintah, dan sebagainya. Sementara di mata uang kripto, tidak ada keterlibatan pihak ketiga. Terlebih lagi, keamanan mata uang kripto sangat terjamin karena adanya fungsi kriptografi.
Dari semua keistimewaan mata uang kripto, yang paling menarik adalah penggunaan blockchain. Blockchain adalah buku besar terdesentralisasi dari semua transaksi di seluruh jaringan peer-to-peer. Dengan teknologi ini, pengguna dapat melakukan konfirmasi transaksi tanpa memerlukan otoritas pusat, mencakup transfer dana, jual-beli, voting, dan sebagainya.
Apa Itu Bitcoin?
Pada tahun 1999, pemenang Nobel bidang ekonomi Milton Friedman yakin bahwa internet akan menjadi salah satu kekuatan utama dalam mengurangi peran pemerintah. Dia juga berpikir suatu saat nanti akan hadir uang elektronik yang dapat diandalkan sebagai pengganti uang konvensional. Benar saja, satu dekade kemudian lahirlah Bitcoin.
Bitcoin (BTH) adalah mata uang kripto pertama yang diciptakan dan dirilis pada tahun 2009 oleh Satoshi Nakamoto. Tidak diketahui apakah Satoshi adalah individu atau sekelompok orang atau bagaimana kabarnya sekarang.
Bitcoin memungkinkan pengguna mengirim dan menerima uang secara lintas batas. Seperti disebutkan sebelumnya, transaksi menggunakan Bitcoin dilindungi oleh kriptografi sehingga identitas orang yang mengirim dan menerima uang akan terjaga secara anonim.
Kita semua tahu bahwa ketika melakukan transaksi melalui bank, sejumlah fee atau service charge akan dikenakan. Lalu, apakah perlu biaya tambahan semacam admin fee ketika bertransaksi Bitcoin? Jangan khawatir, biaya transaksi Bitcoin cukup rendah, kok.
Kinerja Bitcoin juga terus berkembang pesat hingga akhirnya dipercaya oleh orang-orang sebagai alat investasi masa depan yang menguntungkan. Bitcoin juga berhasil menarik perhatian investor besar seperti Tesla, Mastercard, hingga BNY Mellon.
Untuk mendapatkan Bitcoin bisa ditempuh melalui dua cara, yaitu pembelian dan menggunakan software tertentu (penambangan). Khusus cara kedua ini Anda membutuhkan teknologi super canggih, sehingga biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang didapatkan kadang tidak sebanding.
Apa Itu Ethereum?
Ethereum dirilis pada 2015 oleh seorang peneliti dan programmer bernama Vitalik Buterin sebagai aplikasi terdistribusi dan kontrak pintar (Smart Contract). Platform ini kemudian memiliki mata uang kripto yang bernama Ether (ETH).
Kesalahpahaman umum yang melingkupi kripto ini adalah banyak orang menganggap Ethereum sebagai koin digital. Padahal, Anda tidak bisa membeli Ethereum karena Ethereum adalah jaringan, bukan koin kripto. Sebagai gantinya, Anda bisa membeli Ether untuk digunakan di jaringan Ethereum. Sama seperti Bitcoin dan kripto lainnya, Ether dapat dibeli atau ditransaksikan melalui bursa kripto.
Berbeda dari aplikasi biasa yang kode back end-nya ditempatkan di server terpusat, Ether digunakan untuk membangun dan menerapkan aplikasi terdesentralisasi yang kode back end-nya ditempatkan di jaringan peer-to-peer terdistribusi.
Sama seperti Bitcoin, Ether bisa dimanfaatkan untuk pembayaran peer-to-peer dan membayar layanan daya komputasi yang diperlukan sebelum sebuah blok dapat ditambahkan ke blockchain.
Selain itu, Ethereum dapat digunakan untuk membuat kontrak pintar. Kontrak pintar digunakan sebagai protokol yang memfasilitasi kontrak atau perjanjian antara satu pihak dengan pihak lainnya tanpa melalui pihak ketiga.
Pada awal 2021, Ethereum sempat mencapai nilai tertinggi di Rp30 juta per koin. Ini menjadi catatan yang sangat luar biasa, mengingat setahun sebelumnya harga Ethereum hanya berkisar di angka Rp2 juta.
Bitcoin Vs Ethereum
Diantara lebih dari 1,600 mata uang kripto di pasaran, kita tahu bahwa Bitcoin dan Ethereum berada di puncak tiga besar. Bitcoin telah menjadi mata uang kripto paling populer di seluruh dunia dengan kapitalisasi pasar tertinggi. Di satu sisi, Ethereum tidak memiliki efek revolusioner layaknya Bitcoin. Namun, pencipta Ethereum mengambil pelajaran dari Bitcoin untuk menambahkan fungsi-fungsi baru yang tak dimiliki Bitcoin.
Meskipun Bitcoin tampak berjaya di posisi teratas, pada tahun 2018, riset Forbes membuktikan bahwa Ethereum pernah mengambil alih takhta Bitcoin.
Bagaimana tepatnya perbedaan Ethereum dibandingkan dengan Bitcoin dalam hal fitur, penggunaan, serta sisi lainnya? Meski sama-sama digunakan sebagai mata uang kripto, keduanya memiliki perbedaan yang sangat jelas, bahkan bisa dikatakan berlawan. Apa saja? Simak ulasannya di bawah ini:
1. Perbedaan Definisi Dasar
Bitcoin merupakan bagian dari blockchain yang dijalankan secara peer-to-peer. Artinya, transaksi bisa dilakukan secara langsung antara kedua belah pihak. Di lain sisi, Ethereum lebih fokus pada operasi atau program terdesentralisasi. Salah satunya ialah program sistem pembayaran bernama Ether.
Dari penjelasan tersebut bisa dikatakan bahwa Bitcoin lebih spesifik sebagai mata uang peer-to-peer, sedangkan Ethereum berfungsi menjalankan berbagai macam software dan program sehingga bisa juga digunakan untuk transaksi pembayaran.
2. Tujuan Diciptakan
Bitcoin digunakan untuk melindungi transaksi keuangan yang dilakukan melalui jaringan internet. Bitcoin akan memangkas adanya pihak ketiga yang bisa saja merugikan, supaya proses transaksi akan aman antara dua belah pihak.
Sementara itu, Ethereum mengamankan sistem atau program yang dijalankan pada setiap sistem digital, sehingga pada gilirannya, Ether juga banyak digunakan sebagai mata uang digital.
Bagaimana dengan kecepatan transaksi keduanya? Proses transaksi Bitcoin maupun Ethereum memiliki durasi yang sangat cepat, hanya dalam hitungan menit.
3. Bitcoin Vs Ethereum Dalam Angka
Hingga kini, jumlah Bitcoin yang berhasil ditambang berjumlah 17 juta koin, sedangkan ketersediaan Ethereum sudah mencapai 101 juta Ether. Meskipun Ethereum telah melewati angka 100 juta, kapitalisasi pasarnya masih kalah dibandingkan Bitcoin. Bitcoin mencatatkan market cap sebesar $110 miliar, jauh di atas Ethereum yang baru mencapai $28 miliar.
Mengenai perbedaan jumlah volume transaksi, 219,000 transaksi Bitcoin terjadi setiap harinya, sementara ada 659,000 transaksi Ethereum dalam sehari. Adapun jumlah blok yang telah dibuat adalah 537,000 untuk Bitcoin dan 6 juta blok untuk Ethereum.
Perbedaan signifikan ini berkaitan dengan fakta bahwa dibutuhkan lebih sedikit waktu menambahkan satu blok ke Ethereum daripada Bitcoin. Bitcoin mempunyai 628.286 kilobyte, jauh lebih besar ketimbang ukuran Ethereum yang hanya 25.134 kilobyte.
4. Konsep Transaksi
Bitcoin bertindak sebagai pengganti mata uang fiat yang memungkinkan transaksi peer-to-peer. Oleh karenanya, Anda tidak perlu membayar biaya transaksi karena tidak ada otoritas terpusat yang mengatur cara kerja Bitcoin.
Ethereum tak hanya memungkinkan transaksi peer-to-peer, tetapi juga menyediakan platform pembuatan kontrak pintar dan aplikasi terdistribusi. Fitur kontrak pintar ini memungkinkan pengguna untuk transaksi aset apa pun, misalnya saham, uang, properti, dan lain-lain.
Agar dapat memahami konsep kontrak pintar, mari kita bayangkan seperti pembelian sebatang cokelat dari mesin penjual otomatis.
Untuk mendapatkan cokelat yang diinginkan, pembeli memasukkan koin pada mesin penjual otomatis lalu menekan tombol yang dipilih. Tombol tersebut, yang dipetakan ke slot tertentu, mengaktifkan tuas di mesin untuk mengeluarkan sebungkus cokelat pilihan Anda. Transaksi tersebut terjadi tanpa membutuhkan kasir atau petugas.
Nah, kontrak pintar mirip dengan mesin penjual otomatis karena menghilangkan kebutuhan akan perantara. Dalam hal ini, mesin penjual otomatis menghapus posisi penjual dan memungkinkan konsumen melakukan pembelian tanpa perantara.
5. Biaya Transaksi
Biaya transaksi dalam Bitcoin sepenuhnya ditentukan oleh Anda. Anda boleh membayar lebih banyak uang kepada penambang agar ia memberikan perhatian khusus pada transaksi Anda; namun, apabila Anda tidak membayar satu sen pun, transaksi akan tetap berjalan sesuai protokol.
Di sisi lain, Anda harus menyediakan sejumlah Ether agar transaksi berhasil di Ethereum. Ether yang Anda tawarkan akan diubah menjadi unit yang disebut Gas. Gas ini nantinya mendorong komputasi agar transaksi Anda ditambahkan ke blockchain.
6. Waktu Transaksi
Jumlah rata-rata waktu yang diperlukan untuk menambahkan blok ke blockchain dalam Bitcoin dibutuhkan 10 menit. Durasi rata-rata pemindahan blok Bitcoin sebenarnya tergantung pada apakah total hash power jaringan Bitcoin kuat atau lemah. Sehingga, apabila Anda ingin memindahkan 6 blok saja, bisa memakan waktu sekitar 1 jam.
Proses pembuatan blok (atau penambangan) bersifat acak dan setiap blok bisa memakan waktu lebih lama atau hanya sebentar. Namun di Ethereum, pembuatan blok hanya membutuhkan sekitar 12 hingga 15 detik.
7. Keamanan
Pemerintah melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Indonesia (Bappebti) pada Februari 2019 lalu telah mengatur soal perdagangan mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ethereum sebagai komoditas atau aset legal di Indonesia. Walaupun demikian, masih banyak pihak yang mempertanyakan bagaimana tingkat keamanan kedua mata uang tersebut.
Dilihat dari sisi keamanan, keduanya merupakan teknologi berbasis blockchain dengan tingkat keamanan sangat tinggi. Antara Bitcoin dan Ethereum, tidak ada perbedaan sama sekali dari sisi keamanan; sistem desentralisasi yang digunakan keduanya memiliki keamanan yang sama-sama ketat.
Namun perlu diperhatikan bahwa meskipun tingkat keamanan kripto cukup tinggi, bukan berarti pasar ini mustahil untuk diretas. Faktanya, beberapa kasus penyalahgunaan sempat terjadi dan membuat beberapa startup kewalahan.
Baca Juga: 5 Kasus Penyalahgunaan Kripto Yang Menggegerkan Dunia
8. Algoritme Hashing
Algoritme hashing adalah sistem untuk menjaga privasi pengguna kripto dan memastikan keamanan ketika tengah melakukan transaksi. Algoritme hash bekerja memetakan data dari yang bersifat acak menjadi data ukuran tetap. Bitcoin menggunakan algoritme hashing bernama SHA-256, sedangkan Ethereum menggunakan algoritma kriptografi yang disebut Ethash.
9. Cara Menambang
Semua mata uang kripto pada umumnya bisa didapatkan dengan cara menambang. Cara pertama menggunakan sistem Proof of Work (PoW) yang melakukan penambangan dengan mengolah sebuah kode sampai mampu dipecahkan.
Sistem PoW membutuhkan komputer super canggih yang pastinya sangat mahal. PoW dipakai jika Anda ingin menambang Bitcoin dan Ethereum. Dengan PoW, penambang di seluruh dunia mencoba memecahkan teka-teki matematika yang rumit untuk menjadi yang pertama menambahkan blok ke blockchain.
Namun demikian, penambangan Ethereum juga bisa menggunakan teknologi lain berupa Proof of Stake (PoS). Sistem ini lebih ringan dan bisa ditambang menggunakan komputer biasa.
Baca Juga: 4 Koin Kripto Ini Bisa Ditambang Dengan Komputer Biasa
Dengan PoS, seseorang dapat menambang atau memvalidasi transaksi dalam satu blok berdasarkan berapa banyak koin yang dimilikinya. Semakin banyak koin yang dipegang seseorang, semakin banyak kekuatan penambangan yang dimiliki.
Antara PoW dan PoS sebenarnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tinggal bagaimana Anda memilih mana yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan tujuan penambangan.
Di Bitcoin, setiap kali penambang menambahkan blok ke blockchain, ia diberi hadiah 12.5 Bitcoin. Hadiah ini akan dibagi dua setiap 210,000 blok. Kali berikutnya, hadiah ini bisa dipotong lagi setengahnya.
Di Ethereum, seorang penambang atau validator menerima 3 Ether setiap kali sebuah blok ditambahkan ke blockchain, dan hadiahnya tidak akan pernah dibagi dua.
10. Jumlah Ketersediaan Supply
Ketersediaan Bitcoin seperti sudah diketahui memang terbatas pada 21 juta koin. Berbeda dengan Ethereum yang jumlahnya tidak terbatas dan bisa terus bertambah.
Kedua hal yang berbeda ini tentunya memiliki masing-masing keunggulan jika dikaitkan dengan penawaran. Bisa jadi, terbatasnya ketersediaan Bitcoin justru membuat permintaan akan token digital tersebut meningkat, sekaligus membuat harga Bitcoin meroket tinggi.
Kelangkaan dari Bitcoin ini tentunya menjadi senjata investasi yang sangat besar. Karena faktor inilah Ethereum masih belum berhasil mendepat Bitcoin dari posisi teratas. Meski demikian, prospek Ethereum cukup menjanjikan dengan semakin mendekatnya Ether di angka Rp30 juta.
11. Teknologi
Seperti sudah dibahas sebelumnya, Ethereum memiliki teknologi lebih canggih dibanding Bitcoin. Sistem yang dibangun Ethereum terus diperbarui sehingga mampu berkembang pesat. Vendor yang tertarik bekerja sama pun terus meningkat sehingga Ethereum selalu memperbaiki kinerjanya.
Meski begitu, posisi Bitcoin sebagai mata uang kripto tertua dan pioner mata uang digital berbasis blockchain tetap tidak bisa tergantikan.
Bitcoin vs Ethereum, Mana Yang Akan Dipilih Investor?
Dari semua perbandingan di atas, akan timbul pertanyaan mengenai mana yang lebih baik dimiliki. Apakah Bitcoin atau Ethereum? Pertanyaan ini muncul akibat semakin tingginya nilai Ethereum mendekati Bitcoin. Artinya, orang-orang sudah memprediksi bahwa Ethereum nantinya bisa bersaing melawan Bitcoin.
Hal tersebut semakin terlihat di awal 2021 ini, saat harga Ethereum melampaui Rp30 juta dan diperkirakan terus menguat. Meski selisihnya masih sangat jauh, sedikit demi sedikit Bitcoin bisa saja terkejar suatu hari nanti.
Investasi selalu berisiko, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa mata uang kripto adalah salah satu pilihan investasi dengan risiko sangat tinggi. Investasi kripto ini semata-mata adalah spekulasi murni, karena tidak berwujud dan belum ada framework undang-undang yang menjaminnya secara global.
Akan tetapi, tak bisa ditampik bahwa mata uang digital merupakan aset populer bagi milenial saat ini. Dalam 12 bulan terakhir, Bitcoin meningkat lebih dari enam kali lipat disusul Ethereum yang meroket hampir 16 kali lipat.
Para analis mata uang kripto memprediksi market cap Bitcoin masih sulit terkalahkan di masa mendatang. Namun, banyak orang juga memproyeksikan suatu hari Ethereum bisa saja menggantikan posisi Bitcoin di urutan pertama, karena sebenarnya Ethereum jauh lebih unggul dari sisi teknologi dan kegunaan. Selain itu, Ethereum memiliki banyak fungsi bermanfaat khususnya dalam pengembangan aplikasi.
Meskipun Bitcoin dan Ethereum mempunyai perbedaan signifikan, dua-duanya berpotensi menjadi investasi menguntungkan di masa depan.
(Baca Juga: Siapkan 5 Hal Ini Sebelum Investasi Kripto)
Terus, mana yang sebaiknya dipilih? Bitcoin? Ethereum?
Untuk menjawab pertanyaan ini tentunya harus dilihat dari berbagai sisi. Dari segi investasi, nilai Bitcoin masih lebih tinggi dan supply akan terus menipis seiring naiknya permintaan.
Namun dari sisi teknologi, Ethereum lebih diunggulkan karena banyaknya developer mengandalkan sistem kerja Ethereum untuk mengembangkan program aplikasi. Di sisi lain, Bitcoin hanya digunakan sebagai mata uang digital peer-to-peer.
Setelah memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing, kini silahkan memilih investasi mata uang kripto manakah yang sesuai kondisi dan keinginan Anda. Bitcoin bekerja lebih baik sebagai sistem transaksi peer-to-peer, sedangkan Ethereum berguna apabila Anda perlu menciptakan aplikasi terdistribusi dan kontrak pintar. Jadi bisa disimpulkan bahwa dalam jangka panjang, Ethereum memiliki potensi mengungguli Bitcoin. Namun dalam jangka pendek, Bitcoin masih menawarkan peluang investasi yang jauh lebih menjanjikan dibanding Ethereum.