Disadari maupun tidak, bursa kripto Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara lain. Lalu, bagaimana prospek ke depannya?
Sepanjang tahun 2021, gelombang euforia pasar kripto Indonesia berhasil menarik hingga 7.4 juta pemilik mata uang kripto, termasuk salah satunya adalah Bitcoin. Volume transaksinya pun tak main-main, bahkan mencapai triliunan rupiah tiap bulannya.
Sayang, trend tersebut bisa dibilang terasa stagnan karena kurangnya dukungan pemerintah terhadap adopsi teknologi blockchain dan mata uang kripto sebagai aset investasi maupun alat pertukaran.
Penasaran kan, sebenarnya sampai sejauh mana prospek pasar mata uang kripto di Indonesia ke depannya? Apakah hal ini bisa mempengaruhi peluang cuan bagi trader yang baru akan terjun ke dunia kripto saat ini?
Kenapa Pasar Kripto Miskin Inovasi di Indonesia
Dibanding pasar kripto di negara lain seperti India atau AS, adopsi teknologi blockchain di Indonesia masih tergolong lambat. Salah satu penyebab utamanya adalah regulasi atau kebijakan pemerintah Indonesia yang masih sangat terbatas.
Misalnya di AS, lembaga regulator CFTC sudah mengadopsi beberapa mata uang kripto sebagai salah satu aset berjangka, jadi investor dapat memperjualbelikan aset tersebut sebagai nilai lindung (hedging) terhadap aset kripto itu sendiri.
Sedangkan di Indonesia sendiri, Bappebti hanya meregulasi pedagang fisik aset kripto alias spot trading exchange yang melayani transaksi jual beli aset kripto konvensional.
Cek di sini: 5 Exchange Kripto Termurah yang Diregulasi Bappebti
Karena regulasi Bappebti yang hanya terbatas di perdagangan spot, tak heran bursa kripto Indonesia hanya mampu memberikan layanan standar yang terkesan sama saja dari satu bursa ke bursa lain.
Padahal minat investor Indonesia tak hanya terbatas pada jual beli koin. Mereka juga menginginkan adanya terobosan seperti futures trading, launchpad, hingga yang akhir-akhir ini lagi trending yaitu kepemilikan aset metaverse.
Simak di sini: Haruskah Anda Berinvestasi di Metaverse?
Untuk saat ini, investor Indonesia terpaksa harus mengakses bursa kripto luar negeri (seperti Binance dan sekelasnya) agar dapat menikmati akses ke produk turunan aset kripto. Namun karena bursa-bursa semacam ini tak teregulasi oleh pemerintah Indonesia, maka hak-hak konsumen tak dapat terlindungi di bawah payung hukum yang sah.
Goncangan Pasar Kripto Sepanjang Tahun 2022
Pasar kripto terkenal dengan pergerakan harganya yang sangat cepat. Tak heran jika dalam waktu relatif singkat investor kripto dapat meraup keuntungan berlipat dari modal awal. Sayangnya, masih belum banyak yang menyadari jika volatilitas perubahan tersebut juga berlaku untuk risiko kerugian.
Menjelang akhir tahun 2021, pasar kripto sempat menorehkan kenaikan harga tertinggi sepanjang sejarah. Pada saat itu, Bitcoin menjebol level Rp1 miliar per koin, sementara ETH berhasil mencatat rekor $4,880 atau sekitar Rp70 juta per koin.
Hal serupa juga terjadi pada sejumlah besar koin kripto lainnya. Jadi bisa dibayangkan, pasti banyak investor kripto panen cuan selama periode tersebut.
Seolah kehabisan momentum, memasuki tahun 2022, sejumlah besar koin kripto tak mampu meneruskan trend bullish-nya. Hanya dalam hitungan sebulan, koin mayor sekelas Bitcoin dan ETH terjun bebas hingga minus 50% dari puncak harga tertinggi masing-masing.
Simak di sini: Pasar Kripto Bearish, HODL atau Jual?
Tak sebatas penurunan tajam tadi, pasar kripto juga mengalami goncangan keras karena kondisi ekonomi global yang tak menentu. Pasca kenaikan suku bunga The Fed (bank sentral AS), koin LUNA jebol hingga minus 99%, diikuti dengan stablecoin-nya UST yang jatuh hingga di bawah 1 sen USD.
Ambruknya koin LUNA dan UST menjadi pemicu gelombang panic selling yang mengakibatkan mayoritas kripto mengalami depresiasi cukup dalam. Bitcoin dan ETH sendiri kembali mengalami penurunan hingga menyentuh level terendah sejak awal tahun 2021.
Namun yang perlu digarisbawahi, keterpurukan trend harga kripto saat ini bukanlah akhir dari keberadaan pasar kripto itu sendiri. Inovasi teknologi blockchain masih terus berlanjut, dan prospeknya juga bisa dikatakan masih menjanjikan untuk penggunaan di masa depan.
Lalu, Bagaimana Prospek Pasar Kripto di Indonesia?
Di tahun 2022, pasar kripto di Indonesia masih mencatat pertambahan jumlah pengguna dengan total pemilik aset kripto mencapai 12 juta atau kenaikan sekitar 60% dari tahun sebelumnya. Jika trend ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin pasar kripto akan kembali bangkit hingga mencapai nilai puncak terbaru. Dengan jumlah pemilik aset kripto dan volume transaksi yang terus berkembang, sudah seharusnya pemerintah Indonesia mulai mengambil sikap lebih aktif dan suportif.
Manfaatnya pun jelas; pemerintah berpotensi meraih pendapatan pajak lebih banyak dari pasar kripto jika regulasi mampu mencakup segala bentuk produk turunannya.
Lalu bagaimana dengan prospek pasar kripto bagi investor pemula di Indonesia?
Tak perlu khawatir ketinggalan kereta, kalian sebagai pemula selalu mendapat kesempatan untuk bergabung dan menikmati potensi cuan, dengan catatan kalian juga harus rajin belajar dasar-dasar pemahaman serta mengikuti perkembangan terakhirnya. Dan karena layanan di bursa kripto Indonesia masih sebatas jual/beli aset, maka kalian bisa memanfaatkannya untuk lebih fokus mempelajari strategi-strategi jual beli kripto yang menguntungkan.