Ingin coba berinvestasi tapi bingung mulai dari mana? Ikuti saja panduan cara investasi reksadana berikut sebagai referensi Anda.
Mungkin Anda sudah menyadari betapa pentingnya berinvestasi untuk keperluan masa depan, karena investasi bukanlah sekedar menabung. Karena kurangnya informasi, banyak orang-orang yang mengira bahwa investasi dilakukan ketika kita sudah mempunyai uang yang melimpah. Padahal tidak harus seperti itu juga.
Daftar Isi
Justru waktu investasi terbaik adalah dilakukan sedini mungkin agar berpeluang mendapatkan hasil yang maksimal. Jadi, jika kalian sekarang belum melakukan investasi maka sekaranglah saat yang tepat untuk berinvestasi. Lalu instrumen apa yang sebaiknya dicoba? Salah satunya yang paling ngetren hingga saat ini adalah investasi reksadana. Bagaimana caranya? Nah, pada artikel ini, penulis akan mengulas cara investasi reksadana untuk pemula mulai dari nol.
Apa Itu Investasi Reksadana?
Investasi Reksadana adalah sebuah himpunan dana masyarakat pemodal (investor) yang dikelola oleh manajer investasi dalam waktu tertentu untuk dimasukkan ke dalam beberapa instrumen investasi seperti obligasi, saham, atau deposito. Setelah mencapai batas waktu tersebut, investor reksadana akan mendapatkan imbal hasil sesuai dengan perolehan hasil pengelolaan manajer investasi dikurangi biaya penyertaan yang telah ditentukan.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Di Indonesia, produk reksadana diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Mengapa Orang Memilih Investasi di Reksadana?
Reksadana adalah pilihan populer di kalangan investor karena mereka umumnya menawarkan fitur berikut:
- Dana dikelola oleh manajer investasi yang berpengalaman
- Diversifikasi risiko. Metode ini populer dengan peribahasa "Jangan letakkan semua telur Anda dalam satu keranjang." Reksadana biasanya berinvestasi di berbagai perusahaan dan industri sehingga menurunkan risiko jika satu perusahaan gagal.
- Mudah dijangkau. Sebagian besar reksadana menetapkan jumlah nominal investasi yang relatif rendah untuk investasi awal dan pembelian selanjutnya.
- Likuiditas. Investor reksadana dapat dengan mudah menjual portofolio investasi mereka setiap saat, yang dikenal dengan istilah nilai aset bersih (NAB) saat ini ditambah biaya penebusan.
Cara Kerja Investasi Reksadana
Sebelum membahas lebih detail cara investasi reksadana, alangkah baiknya mari kita bahas cara kerja investasi reksadana. Pada prakteknya, perusahaan penerbit reksadana (manajer investasi) akan menerbitkan prospektus reksadana yang memuat rincian mengenai:
- Perizinannya
- Kebijakan investasi (kriteria pemilihan instrumen investasi)
- Rekam jejak manajer investasi
- Metode perhitungan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
- Biaya-biaya yang dikenakan, dan lain sebagainya.
Apabila calon investor menyukai rincian yang dipaparkan dalam prospektus, maka ia dapat membeli unit penyertaan pada produk reksadana tersebut.
Selama masa penyertaan, manajer investasi akan memberikan laporan berkala mengenai kinerja historis (Fund Fact Sheet). Setelah beberapa waktu berlalu, investor dapat menjual kembali unit penyertaannya untuk mencairkan dana pokok dan keuntungan investasi setelah dikurangi biaya-biaya.
Biaya penyertaan reksadana mencakup Subscription Fee (biaya pembelian unit penyertaan), Redemption Fee (biaya penjualan unit penyertaan), dan Switching Fee (biaya pengalihan jika Anda ingin mengganti produk reksadana berbeda di bawah manajer investasi yang sama). Masing-masing berkisar antara 0 hingga 5 persen, dan seharusnya sudah dijelaskan dalam prospektus. Lantas bagaimana cara investasi reksadana yang benar?
Mengenal Jenis - Jenis Reksadana
Cara investasi reksadana berikutnya adalah dengan memahami jenis-jenisnya. Pada dasarnya reksadana berbeda dengan saham dan reksadana juga dibagi menjadi beberapa jenis kategori yang mewakili jenis efek yang diinvestasikan oleh Manajer Investasi, antara lain:
1. Reksadana Pendapatan Tetap
Reksadana pendapatan tetap fokus pada investasi yang memberikan tingkat imbal hasil tetap, seperti surat utang negara (Government Bonds), obligasi korporasi (Corporate Bonds), atau instrumen utang lainnya. Secara sederhana, reksadana pendapatan tetap adalah portofolio dana yang menghasilkan pendapatan bunga dan pendapatan tersebut dapat diteruskan kepada pemegang reksadana.
2. Reksadana Saham
Reksadana saham fokus pada investasi di bursa saham dan memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, juga reksadana pasar uang. Reksadana tersebut bertujuan untuk memberikan pertumbuhan modal jangka panjang bagi pemegang reksadana. Investasi pada reksadana saham cocok bagi investor dengan profil risk taker, sehingga tidak cocok bagi investor dengan profil risk adverse.
3. Reksadana Pasar Uang
Reksadana pasar uang berkaitan dengan investasi secara menyeluruh pada instrumen pasar uang, antara lain obligasi yang jatuh tempo kurang dari satu tahun, deposito, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Invstasi pada reksadana pasar uang memiliki risiko paling rendah di antara semua jenis reksadana, baik itu reksadana saham, campuran, ataupun reksadana pendapatan tetap.
4. Reksadana Campuran
Reksadana campuran adalah jenis investasi yang menggabungkan komponen saham, obligasi, dan pasar uang dalam satu portofolio. Secara umum, model hibrida ini berpegang pada campuran saham dan obligasi yang relatif tetap, sehingga mencerminkan orientasi komponen yang konservatif. Investasi pada reksadana campuran cocok bagi investor dengan profil risk adverse.
Cara Investasi Reksadana Sesuai Profil Risiko
Cara investasi reksadana untuk pemula yang salah adalah mengabaikan profil risiko diri sendiri. Padahal, mengetahui profil risiko sebelum berinvestasi sangatlah penting agar bisa menentukan jenis reksadana yang cocok, sesuai dengan return yang diharapkan, serta tingkat risiko yang bisa ditoleransi. Secara garis besar, terdapat tiga jenis profil risiko, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Termasuk yang manakah Anda? Selengkapnya simak penjelasan di bawah ini.
1. Profil Risiko Konservatif
Jika profil risiko Anda adalah konservatif, berarti Anda masuk kategori profil risiko rendah, yang mana Anda sangat menghindari jenis investasi yang berisiko mengalami kerugian besar. Pilihan investasi reksadana yang cocok, yaitu reksadana pasar uang dengan skema investasi jangka panjang. Reksadana jenis ini memiliki tingkat return yang tidak telalu besar namun stabil untuk memaksimalkan hasil investasi Anda.
Sementara itu, reksadana pendapatan tetap juga bisa menjadi opsi terbaik untuk profil risiko konservatif. Dengan skema investasi jangka menengah hingga jangka panjang, Anda bisa mendapatkan hasil investasi yang lebih tinggi.
2. Profil Risiko Moderat
Investor dengan profil risiko moderat mencari keseimbangan dari segi return dan risiko kerugian reksadana yang bisa ditanggung. Jenis reksadana yang cocok adalah reksadana campuran dan reksadana saham dengan skema jangka menengah dan jangka panjang.
Salah satu hal yang mencolok dari profil risiko moderat, yaitu mereka cenderung memilih jenis instrumen investasi yang memberikan tingkat return yang stabil.
3. Profil Risiko Agresif
Jenis investasi reksadana yang sesuai dengan profil risiko agresif adalah reksadana saham. Reksadana saham diketahui merupakan jenis reksadana yang memiliki tingkat return paling tinggi dibanding dengan jenis reksadana lainnya. Selain itu, risiko kerugian dari berinvestasi reksadana saham juga cukup tinggi. Ini merupakan kecenderungan yang akan dipilih oleh calon investor yang memiliki profil risiko agresif.
Pilihan investasi dengan "high gain high risk" seperti saham memang selalu menjadi suatu daya tarik dari profil risiko ini dengan skema investasi jangka panjang, yaitu lebih dari 5 tahun.
Mau Belajar Cara Investasi Reksadana, Butuh Modal Berapa?
Pertanyaan seperti ini kerap kali dilontarkan pemula saat awal-awal belajar cara investasi reksadana, dan hal ini sangatlah lumrah. Fakta menariknya, kunci sukses belajar cara berinvestasi di reksadana adalah dengan segera memulainya. Sehingga di sini, modal juga diperlukan untuk menunjang kebutuhan tersebut. Secara umum terdapat tiga jenis biaya yang ada dalam Reksadana yang diklasifikasikan oleh siapa yang membayarnya. Biaya yang dibayar oleh Investor, Reksadana dan juga Perusahaan Aset Manajemen.
(Baca juga: Jenis-Jenis Biaya Dalam Investasi Reksadana)
Namun jangan khawatir, investasi reksadana masih bisa Anda jangkau dengan modal yang sangat kecil. Mengenai nominal modal yang dibutuhkan, kini Anda sudah bisa membeli reksada di marketplace dengan harga murah, cukup dengan 50 ribu bahkan 10 ribu saja. Namun tidak semua marketpalce menyediakan reksadana dengan range harga tersebut.
Rekomendasi Marketplace Reksadana Terbaik
Cara investasi reksadana untuk pemula tahap berikutnya adalah memilih marketplace paling sesuai. Marketplace reksadana berbentuk APERD (Agen Penjual Efek Reksa Dana), sehingga fungsinya hanya menjual produk reksadana milik manajer investasi. Bila Anda membeli reksadana dari marketplace, dana akan ditempatkan dalam Portofolio Efek yang dikelola oleh Manajer Investasi. Berikut 5 marketplace reksadana yang sudah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang bisa jadi pertimbanganmu:
1. Bareksa
Bareksa adalah marketplace reksadana online terintegrasi pertama di Indonesia yang berada pada kendali PT Bareksa Portal Investasi. Marketplace ini didirikan pada Februari 2013 silam. Bareksa menjadi perusahaan teknologi pertama yang mendapat lisensi sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APRD) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2016.
Selain menyediakan platform untuk melakukan jual-beli reksadana secara online, Bareksa juga memberikan data market, tools untuk memudahkan investor menganalisa kondisi pasar, berita, analisa, forum untuk berdiskusi. Marketplace ini juga menawarkan Bareksa Umroh. Pada fitur itu, investor bisa memilih nabung reksadana syariah untuk dikumpulkan demi berangkat umrah. Ada paket-paket yang bisa dipilih investor yang dibedakan berdasarkan harga dan durasi umrah. Modal awal investasi di Bareksa hanya sebesar Rp 50 ribu.
2. Bibit
Bibit diperkenalkan kembali pada 2019 dan telah mendapat izin dari OJK. Platform ini cocok untuk investor pemula yang baru menanamkan uangnya di reksadana. Investor tidak perlu memilih produk reksa dana yang harus dibeli, tetapi semua itu akan dilakukan oleh robot pintar yang terdapat di aplikasi Bibit. Yang lebih menarik lagi, modal awal investasi reksadana di Bibit hanya sebesar Rp 10 ribu. Ringan sekali, bukan?
Dalam situs resminya, Bibit menyatakan teknologi yang digunakan sesuai dengan Teori Modern Portfolio yang diperkenalkan oleh ekonom Harry Markowitz. Teknologi itu terbukti mampu memaksimalkan keuntungan, meminimalisasi risiko lewat diversifikasi. Beberapa kelebihan bibit diantaranya adalah mudah digunakan karena tampilan interface yang user friendly, gratis konsultasi dengan ahli, pembayaran dapat menggunakan Go-Pay, dan dilengkapi dengan Robo Advisor.
3. Tanamduit
tanamduit adalah platform investasi yang berada dibawah naungan PT Star Mercato Capitale. tanamduit diluncurkan pada Februari 2018 dan telah terdaftar di OJK. Produk yang ditawarkan diantaranya adalah reksadana, asuransi, dan Surat Berharga Negara (SBN). Kamu sudah bisa mulai investasi reksadana mulai Rp 10 ribu.
tanamduit sangat mudah digunakan oleh investor pemula karena dalam pemilihan produk reksadana akan disesuaikan dengan profil risiko investor masing-masing. Keamanan aplikasi juga menjadi nilai plus karena login bisa menggunakan sidik jari sehingga pengguna tidak perlu menggunakan user dan password.
4. Ipotfund
IPOTFUND adalah produk PT Indo Premier Sekuritas yang merupakan salah satu broker terkemuka di Indonesia dan teregulasi oleh OJK. Berdiri pada 2014, IPOTFUND sebagai supermarket reksadana online memiliki 253 reksadana dan 40 manajer investasi.
Beberapa keunggulan yang dimiliki IPOTFUND di antaranya adalah gratis biaya transaksi, fasilitas auto-investment, tidak ada minimum setoran, memiliki tool data dan analisa komprehensif gratis. Minimun pembelian reksadana di IPOTFUND adalah senilai Rp 100 ribu.
5. Ajaib
Platform reksadana Ajaib berada di bawah naungan PT Takjub Teknologi Indonesia. Marketplace ini telah bekerjasama dengan beberapa manajer investasi seperti Kresna, RHB, dan Syailendra.
Ajaib nampaknya memang didesain untuk investor pemula. Hal ini terlihat dari fitur Investasi Bertema yang ditawarkan, yakni mengganti nama produk reksadana rekomendasi dengan deskripsi singkat yang menarik dan informatif, seperti Saham Terbaik Pilihan Para Ahli, Dana Kas Terbaik Pilihan Para Ahli, dan lain-lain.
Meskipun produk reksadana Ajaib tidak terlalu banyak namun produknya sudah cukup populer. Nilai investasi minimal yang diberlakukan Ajaib sebesar Rp 10 ribu. Selain itu Ajaib sudah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jenis-Jenis Risiko Yang Dihadapi Investor Reksadana
Kemudian tahap berikutnya cara investasi reksadana mulai dari nol adalah mengenali jenis-jenis risikonya. Reksadana bisa menjadi pintu masuk investor pemula yang ingin belajar dunia pasar modal. Reksadana kerap diminati newbie karena lebih terkontrol risikonya serta tidak membutuhkan banyak analisa seperti saham.
(Baca Juga: Tips Hindari Kerugian Dalam Investasi Reksadana)
Meski terbilang relatif aman, instrumen investasi reksadana juga memiliki risiko. Sebagai investor, Anda perlu mengenal beberapa risiko-risiko yang patut Anda waspadai berikut.
1. Nilai Aktivasi Bersih (NAB) Turun
NAB adalah jumlah total dana investasi Anda yang dikelola manajer investasi. NAB yang naik mengindikasikan profit dan sebaliknya. NAB bisa turun atau berkurang karena adanya penurunan harga aset dalam suatu portofolio reksadana karena banyak faktor. Di antaranya adalah kinerja emiten, situasi ekonomi nasional maupun global, kondisi politik yang tidak stabil, hingga terjadi bencana alam yang mengganggu aktivitas ekonomi.
2. Risiko Cidera Janji
Investor reksadana juga menghadapi risiko cidera janji. Risiko ini timbul karena salah satu pihak yang terlibat dalam suatu transaksi reksadana gagal memenuhi kewajiban. Akibat mangkir dari kewajiban, dana yang ditanamkan oleh investor bisa hilang dari nilai investasi.
Oleh karena itu penting bagi investor mengenal dan mempelajari profil Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang akan mengelola produk reksadana Anda.
3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas muncul akibat Manajer Investasi gagal melakukan pembayaran hasil penjualan unit penyertaan reksadana. Dengan begitu bisa dikatakan bahwa reksadana tidak likuid alias sulit dicairkan. Sulit bukan berarti tidak bisa, tapi hanya tertunda saja. Hal ini tentu mengganggu cash flow investor yang membutuhkan dana mendesak.
Cara Menghitung Profit Atau Loss Reksadana
Cara investasi reksadana untuk pemula berikutnya adalah memahami dasar menghitung profit atau loss investasi Anda. Pada dasarnya, nilai investasi tergantung pada NAB/NAV. Saat membeli reksadana, artinya Anda membeli unit penyertaan yaitu satuan yang menunjukkan kepemilikan di reksadana tersebut. Unit penyertaan ini dihargai dengan NAB (Nilai Aktiva Bersih) atau NAV (Net Asset Value).
Teknisnya seperti apa? Langkah pertama cara investasi reksadana pemula adalah pilih produk dan manajer investasi. Anda bisa membeli marketplace atau di bank sebagai agen penjual reksadana. Setelah membeli reksadana, Anda akan mendapatkan informasi tentang berapa NAB dari produk investasi reksadana yang dibeli. Saat NAB naik tersebut naik, bisa dijual dan Anda akan dapat untung. Begitupun sebaliknya. Agar lebih jelas, silahkan lihat contoh perhitungan di bawah ini.
Contoh:
Anda melakukan transaksi jual beli reksadana dengan detail sebagai berikut:
- Transaksi Beli
- Tanggal beli: 30 Mei 2012
- Nama produk: Reksadana Schroders Istimewa
- Nominal: Rp5,000.000 NAB: Rp2,000
- Maka unit penyertaan yang Anda miliki adalah 5,000,000/2,000 = 2,500 unit penyertaan.
Transaksi Jual:
- Tanggal jual: 10 April 2013
- NAB/unit: Rp3,000
- Maka total investasi yang saya dapatkan adalah 3,000 x 2,500 = Rp7,500,000
Kesimpulan:
Investasi untung Rp7,500,000-Rp5,000,000 = Rp2,000,000 atau return on investment-nya adalah 50 persen.
Bagaimana mengetahui investasi reksadana kita menguntungkan? Apa saja yang harus diperhatikan? Dalam melakukan investasi reksadana, Anda perlu mempertimbangkan beberapa faktor berikut ini:
1. NAB Per Unit
NAB per unit ini ibarat ‘harga’ dari reksadana yang Anda miliki. Nilainya berubah setiap hari sesuai dengan kinerja Reksadana. Transaksi jual atau beli reksadana perlu mempertimbangkan ini karena merupakan indikator utama untung atau rugi dari investasi reksadana Anda.
2. Unit Penyertaan
Saat transaksi beli reksadana, otomatis Anda akan mendapatkan info berapa unit penyertaan yang diperoleh yang terkait dengan NAB di atas. Informasi unit penyertaan ini juga akan diinformasikan oleh Manajer Investasi Anda secara berkala, bisa melalui email atau metode lainnya. Jumlah unit penyertaan yang naik artinya nilai investasi Anda bertambah, begitu pun sebaliknya.
Cara Mudah Cek Untung Rugi Investasi Reksadana
Cara perhitungan untung rugi reksadana paling mudah menggunakan fasilitas platform reksadana online. Melalui reksadana online semua data yang Anda butuhkan termasuk NAB dan Unit Penyertaan tersedia secara online dan bisa diakses dari mana saja.
Bagi investor pemula, ikuti langkah-langkah sederhana berikut untuk membuat keputusan cerdas tentang berinvestasi reksadana.
- Investasikan 15 persen dari penghasilan Anda. Membangun kekayaan membutuhkan kerja keras dan disiplin.
- Diversifikasikan portofolio investasi Anda. Anda bisa memilih empat jenis reksa dana dan menyebarkan investasi Anda secara merata di setiap jenis reksadana.
- Jangan mengejar return investasi di luar kewajaran alias serakah.
"Investasi bukan tentang seberapa besar imbal balik yang akan Anda terima, tapi pastikan Anda bisa menerima kondisi seberapa besar uang Anda akan hilang (rugi). Dengan demikian Anda akan bijak dalam berinvestasi."
Memilih Manajer Investasi Reksadana Unggulan
Tahap terakhir cara investasi reksadana untuk pemula adalah memimilh manajer investasi. Manajer Investasi ini memegang peran penting dalam kesuksesan investor. Oleh karena itu, calon investor wajib jeli memilih dan mempelajari profil tiap manajer investasi sebelum mengalokasikan dananya. Nah, berikut adalah rekomendasi 5 Manajer Investasi yang bisa Anda pertimbangkan sebagai mitra Anda:
1. PT Danareksa Investment Management (DIM)
PT Danareksa Investment Management (DIM) telah mendapatkan izin dari OJK (dulu Bapepam) pada 1992. DIM merupakan pionir produk reksadana di Indonesia, tepatnya mulai Juli 1996. Bagi investor lama, tentu mengenal produk reksadana legendaris Danareksa Melati, Danareksa Anggrek, dan Danareksa Mawar.
Hingga kini, DIM sudah mengelola lebih dari 30 reksadana dengan total dana kelolaan (AUM) reksadana senilai Rp 19.16 triliun di 2018. Tak salah jika DIM punya reputasi baik di bidang investasi reksadana.
2. PT Schroder Investment Management Indonesia
Schroder Investment Management Indonesia berdiri pada 1991 dan 99 persen sahamnya dimiliki oleh Schroder Plc. Schroder mendapatkan izin dari OJK pada 1997. Manajer investasi ini sukses meraup dana kelolaan reksadana sebesar Rp 46.29 triliun pada 2018 lalu dengan beberapa produk unggulan yang cukup populer di mata investor reksadana. Di antaranya adalah Schroder Dana Prestasi, Schroder Dana Prestasi Plus dan Schroder Syariah Balanced Fund.
3. PT Mandiri Manajemen Indonesia (MMI)
Mandiri Manajemen Investasi (MMI) berdiri sejak 2008 sejak memisahkan diri dari PT Mandiri Sekuritas. Perusahaan ini merupakan manajer investasi nasional terbesar yang sudah terdaftar resmi di OJK.
Periode emas MMI yaitu pada 2008 saat sukses membukukan dana kelolaan reksadana sebesar Rp 42.03 triliun. Produk unggulan MMI seperti Mandiri Investasi Cerdas Bangsa (MICB), Mandiri Pasar Uang Syariah (MPUS), Mandiri Pasar Uang Syariah (MPUS) dan Mandiri Investa Dana Utama (MIDU).
4. PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM)
PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen berdiri sejak 1996 dan sukses membukukan total dana kelolaan sebesar Rp40,34 triliun. BPAM menawarkan beberapa produk unggulan seperti Batavia Dana Kas Maxima, Batavia Dana Obligasi Ultima, Batavia Dana Saham Syariah. Salah satu produknya yang cukup populer yaitu Batavia Dana Obligasi Ultima, yang termasuk kategori reksadana pendapatan tetap. BPAM mengklaim produk tersebut bisa memberi keuntungan 163,67% sejak peluncurannya di Februari 2007.
5. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI)
Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) berdiri sejak 1996 dan mengantongi izin operasional dari OJK mulai 1997. MAMI memperoleh izin sebagai penasihat investasi pada 2018 setelah sukses membukukan total dana kelolaan MAMI sebesar Rp27,79 triliun dengan 24 produk reksadana. Beberapa produk unggulan di antaranya adalah Manulife Dana Saham (MDS), Manulife Pendapatan Bulanan (MPB) II dan Manulife Dana Kas Syariah (MDKS).
Mudah sekali, bukan!? Nah itu lah tadi panduan cara investasi reksadana untuk pemula mulai dari nol yang bisa Anda ikuti. Tidak perlu modal besar, cukup beli reksadana dengan menyisihkan dana tertentu dari pendapatan bulanan secara rutin. Kelak, Anda dapat mencairkan atau menjualnya kembali, kemudian memanfaatkan dana pokok dan keuntungannya untuk naik haji, membayar sekolah anak, atau memenuhi cita-cita lain.