Cara Meminimalisir Risiko Investasi
Bagaimana cara meminimalisir risiko investasi ya min, mengingat saat ini sedang marak berita investasi bodong?
Ada banyak cara meminimalisir risiko investasi terkait investasi bodong. Berikut ini tiga diantaranya yang paling penting:
- Hanya berinvestasi pada hal yang kamu pahami. Jika kamu ingin sekali berinvestasi pada sesuatu, maka pelajarilah dulu hingga kamu benar-benar paham. Jika kamu tidak paham dan tidak mau belajar, ya janganlah berinvestasi di situ.
- Hanya berinvestasi dengan menggunakan uang dingin. Uang dingin adalah dana sisa yang tidak akan dipergunakan untuk kebutuhan dalam waktu dekat, bukan dana pinjaman, dan bukan dana cadangan darurat.
- Memahami bahwa semua investasi dan bisnis itu pasti mengandung potensi untung dan risiko kerugian. Jangan percaya pada orang yang mengklaim bisa menghasilkan "investasi pasti untung" atau "investasi anti rugi" hanya dengan setor uang saja. Tidak ada yang seenak itu. Para investor sukses saat ini, semuanya pernah mengalami masa-masa susah payah belajar dan sewaktu-waktu tetap bisa mengalami rugi.
mohon infonya min, investasi apa yang bagus dan risiko rendah untuk pemula, mengingat saat ini banyak sekali produk investasi? Trims
Reksa dana adalah investasi yang bagus dan berisiko rendah untuk pemula. Beberapa keunggulannya:
- Siapa saja bisa mulai berinvestasi reksa dana, hanya dengan mengunduh aplikasi investasi reksa dana seperti Tanamduit, Bibit, Bareksa, Ajaib, dll. Pendaftaran dan setor-tarik dana sudah online sepenuhnya.
- Kita tidak perlu repot menganalisis sendiri, karena dana akan dikelola oleh Manajer Investasi yang sudah punya ijin OJK.
- Kita bisa memantau portofolio Manajer Investasi sebagai bahan belajar, khususnya jika kelak ingin investasi saham sendiri.
- Kita bisa mulai investasi reksa dana dengan modal mulai dari Rp10 ribu saja, sehingga sangat terjangkau.
- Setor dan tarik dana bebas biaya.
- Setor dan tarik dana hanya butuh waktu singkat. Setoran biasanya masuk dalam satu hari, sedangkan pencairan dana antara 2-12 hari.
Semua jenis investasi bisa jadi bagus untuk karyawan. Yang perlu kamu perhatikan saat akan memilih investasi itu bukan profesi kamu, melainkan bagaimana toleransi risiko dan apa target investasi kamu.
Toleransi risiko itu berkaitan dengan pertanyaan: Apakah kamu siap menanggung kerugian atas seluruh dana investasi kamu?
- Jika kamu siap menanggung rugi total, berarti kamu tergolong "risk-taker". Kamu bisa coba investasi saham atau bahkan forex dan kripto. Strategi trading/investasi dapat dirancang dengan target investasi jangka pendek maupun panjang.
- Jika kamu merasa tidak siap menanggung kerugian dalam jumlah banyak, berarti kamu tergolong "safe-seeker". Kamu lebih cocok dengan investasi riil seperti properti dan emas, atau investasi keuangan berisiko rendah seperti Surat Berharga Negara dan reksa dana. Produk reksa dana pasar uang cocok untuk jangka pendek; Surat Berharga Negara cocok untuk untuk jangka menengah; sedangkan properti dan emas cocok untuk jangka panjang.
Investasi mana pun yang kelak jadi pilihanmu, kamu harus paham bahwa tidak ada kesuksesan instan. Butuh proses pembelajaran agar kamu benar-benar memahami pilihan investasimu, baru kemudian kamu bisa mulai menyetorkan modal untuk investasi. Sisihkan waktu di luar jam kerja karyawan biasa untuk belajar dan berlatih hingga mahir, serta jangan ragu untuk bertanya pada ahlinya jika ada yang tidak dipahami.
Setiap penasihat keuangan mungkin memiliki pendapat berbeda tentang berapa persen penghasilan yang perlu disisihkan untuk investasi. Bisa jadi 10%, 20%, 30%, dan seterusnya. Namun, pada dasarnya semua itu tergantung juga pada berapa besar pendapatan dan pengeluaran kamu.
Umpama kamu punya pemasukan Rp10 juta per bulan dan pengeluaran Rp8 juta per bulan, maka cukup masuk akal untuk menyisihkan Rp2 juta untuk berinvestasi (20%).
Tapi seandainya kamu punya pemasukan Rp100 juta per bulan dan pengeluaran Rp8 juta per bulan, maka menyisihkan 20% saja (Rp20 juta) menjadi kurang masuk akal, karena akan ada dana puluhan juta yang menganggur dan tentunya tidak baik jika dipakai untuk foya-foya saja.
Jadi, sebenarnya tidak penting berapa persen penghasilan yang digunakan untuk investasi. Teknis menyisihkan dana untuk berinvestasi yang tepat adalah:
- Pertama, kamu sudah mampu memenuhi kebutuhan pokok dan melunasi pinjaman dengan penghasilan kamu.
- Kedua, kamu sudah punya persediaan dana cadangan yang memadai untuk persiapan situasi darurat (sebesar minimal 3x pengeluaran bulanan).
- Ketiga, jika ada sisa dari poin pertama dan kedua tadi, maka kamu bebas menggunakannya untuk investasi.
Lalu, bagaimana jika kita ingin segera mulai berinvestasi padahal masih belum mampu memenuhi kebutuhan pokok dan belum punya dana darurat? Ya, dalam situasi ini, tentu tidak masuk akal pula jika kamu mengalokasikan sekian persen penghasilan untuk berinvestasi. Sebaiknya coba menabung atau berinvestasi receh yang tidak akan membebani kantong kamu, misalnya mulai dari Rp10 ribu per minggu pada reksa dana.
Berikut ini beberapa investasi yang bisa dimulai dengan nominal kecil, selain reksa dana:
- Saham: Sekuritas yang merakyat seperti IPOT dan Ajaib memperbolehkan investor untuk mendaftar tanpa syarat setoran minimal. Jadi, kita bisa menyetor setara nilai satu lot saham yang ingin dibeli saja. Sedangkan ada banyak sekali saham yang nilai 1 lot-nya kurang dari Rp100 ribu, seperti saham BJTM, PWON, ELSA, dan lain-lain.
- Emas: Nabung emas di Pegadaian atau aplikasi digital lain dapat dimulai dari 0,01 gram atau Rp10 ribu.
Selain saham dan emas, trading forex juga bisa dimulai dengan investasi di bawah 100 ribu. Tapi trading forex membutuhkan ilmu tingkat lanjutan, sehingga sebaiknya hanya dipilih jika sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan di dunia keuangan.
Berikut ini beberapa investasi yang bisa dimulai dengan nominal kecil, selain reksa dana:
- Saham: Sekuritas yang merakyat seperti IPOT dan Ajaib memperbolehkan investor untuk mendaftar tanpa syarat setoran minimal. Jadi, kita bisa menyetor setara nilai satu lot saham yang ingin dibeli saja. Sedangkan ada banyak sekali saham yang nilai 1 lot-nya kurang dari Rp100 ribu, seperti saham BJTM, PWON, ELSA, dan lain-lain.
- Emas: Nabung emas di Pegadaian atau aplikasi digital lain dapat dimulai dari 0,01 gram atau Rp10 ribu.
Selain saham dan emas, trading forex juga bisa dimulai dengan investasi di bawah 100 ribu. Tapi trading forex membutuhkan ilmu tingkat lanjutan, sehingga sebaiknya hanya dipilih jika sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan di dunia keuangan.
Semua jenis investasi dapat ditujukan untuk jangka panjang. Bahkan, "investasi" itu sendiri sejatinya merupakan aktivitas menanamkan modal dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka panjang. Jika hanya menginginkan untung jangka pendek, itu bukanlah "investasi" melainkan "trading".
Istilah "jangka panjang" dan "jangka pendek" itu sendiri bersifat relatif. Apa yang "panjang" bagi sebagian orang, bisa jadi "pendek" bagi yang lain. Karenanya, kita semestinya mengukur jangka waktu investasi bukan berdasarkan standar waktu yang abstrak seperti itu, melainkan berdasarkan pada berapa lama persisnya kita ingin mempertahankan suatu aset investasi.
Berikut ini prakiraan rentang waktu investasi bagi beberapa jenis investasi hingga menghasilkan profit:
- Reksa dana pasar uang: sekitar 1 tahun
- Deposito, valas, kripto: sekitar 1 tahun
- Reksa dana pendapatan tetap: antara 1-5 tahun
- Reksa dana saham: di atas 5 tahun
- Saham: di atas 5 tahun
- Emas: di atas 5 tahun
- Properti: di atas 10 tahun
- Obligasi: tergantung jangka waktu hingga maturitas, terdapat obligasi 1 tahun, 3 tahun, 25 tahun, dan masih banyak lagi.
Dari pemaparan kakak diatas berarti untuk Forex sendiri bukan termasuk kategori investasi ya kak? Atau sebenarnya masuk? Berarti beda dong ya antara trading dengan investasi, dan yang lebih beresiko antara investasi dan Forex itu sendiri lebih risky mana kak? Sedangkan banyak juga yang bilang saham beresiko juga.
@Lala:
Lho, kata siapa forex tidak termasuk investasi?
Trading pada forex, kripto, saham, dll itu juga termasuk suatu bentuk investasi. Namanya, "investasi jangka pendek".
Semua investasi (termasuk trading) punya risiko masing-masing. Hanya saja, tingkat risikonya berbeda-beda.
Deposito itu merupakan investasi berisiko sangat rendah. Kenapa dibilang sangat rendah? Karena deposito terjamin oleh perbankan dan LPS. Uang kita dalam deposito hampir tidak mungkin hilang, melainkan akan terus berbunga. Seandainya bank kolaps sekalipun, uang kita akan diganti oleh LPS.
Bagaimana dengan saham? Saham termasuk investasi berisiko tinggi, tetapi ada aset yang mendasarinya.
Aset apa yang mendasari saham? Ya, aset milik perusahaan emitennya. Seandainya perusahaan bangkrut sekalipun, investor saham mungkin bisa memperoleh lagi sejumlah kecil dananya dari sisa penjualan aset perusahaan (apabila ada sisa).
Bagaimana dengan forex? Risiko forex itu lebih besar daripada saham, karena trading forex biasanya menggunakan leverage.
Ketika kamu trading forex dengan leverage, kamu menggunakan dana lebih besar daripada uang yang sebenarnya kamu punya. Jadi, ketika kamu loss dalam forex, semua uangmu bakal ludes. Tidak ada kemungkinan uang kembali sepeserpun.
Lala: Klu menurut saya sndiri, Forex itu lebih ke trading daripada investasi. Jadi, lu ngambil untung dari pergerakan harga mata uang dalam waktu singkat. Beda banget sama investasi yang fokusnya jangka panjang buat pertumbuhan modal.
Forex trading itu seringkali dianggap lebih berisiko. Pasar forex sering kali volatile dan harga bisa berubah cepat. Plus, ada leverage yang bisa bikin keuntungan gede, tapi juga risiko rugi lebih besar.
Tapi, di sisi lain, bila menaganggap Forex sbagai investasi juga ga salah karena trading Forex bsa dengan cara jangka panjang jga, maka bisa disebut sebagai investasi daripada Trading.