Indikator MACD cukup bagus untuk digunakan dalam day trading karena berjenis oscillator momentum. Dalam market trending, indikator ini menunjukkan peluang entry dengan potensi risk/reward yang bagus.
Dalam analisa teknikal, banyak pilihan indikator yang bisa Anda pakai. Mulai dari indikator berjenis trend, volume, momentum, sampai oscillator.
Salah satu indikator yang menjadi salah satu pilihan terbaik bagi para trader dan investor adalah MACD, karena indikator ini mudah dan fleksibel. Pada artikel ini, kami akan bahas tuntas dari pengertian sampai cara menggunakan indikator MACD untuk day trading secara detail.
DI
|
Daftar Isi |
Apa Itu Indikator MACD
MACD adalah singkatan dari Moving Average Convergence Divergence, indikator yang diperkenalkan oleh Gerald Appel pada tahun 1979. MACD awalnya mempunyai tampilan hanya 2 buah garis, namun pada tahun 1986, Thomas Aspray menambahkan fitur histogram sebagai cara mengantisipasi persilangan garis MACD terhadap garis signal.
Pada dasarnya, indikator ini berjenis oscillator momentum. Namun para trader dan investor juga sering menganggap indikator ini berjenis trend karena MACD menghitung momentum berdasarkan dua Exponential Moving Average (EMA).
Simak Juga: Strategi Trading Dengan Indikator EMA 200 Untuk Trader Harian
Sejak akhir tahun 1970-an, kemudahan dan fleksibilitas MACD menjadi favorit banyak orang. Para investor dan trader menggunakan indikator ini untuk keperluan analisa berbagai macam aset seperti saham, obligasi, komoditas, forex, dan kripto. Di berbagai platfom trading pun, indikator ini selalu menjadi indikator bawaan.
Tampilan Indikator MACD
Indikator MACD mempunyai 3 komponen, yaitu garis MACD, garis signal, dan histogram MACD. Garis MACD berwarna biru, garis signal berwarna orange, dan histogram MACD berwarna hijau dan merah. Pengaturan bawaan indikator ini adalah periode 12, 26 dan 9.
Walaupun berjenis oscillator, namun indikator ini tidak digunakan untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli (overbought) dan jenuh jual (oversold).
Baca juga: Apa Fungsi Overbought Dan Oversold Dalam Trading Forex?
Cara Membaca Indikator MACD
Cara trading menggunakan indikator MACD terbagi menjadi dua, yaitu MACD sebagai indikator tunggal dan MACD sebagai indikator pelengkap.
MACD Sebagai Indikator Tunggal
MACD sebagai indikator tunggal artinya indikator ini akan menjadi satu-satunya parameter untuk entry posisi di market. Menggunakan MACD sebagai indikator tunggal terbagi menjadi 4 cara yaitu persilangan garis signal (signal line crossover), histogram, persilangan garis nol (zero line crossover), dan divergence.
Persilangan Garis Signal dengan Garis MACD
Persilangan antara garis signal dengan garis MACD menunjukkan adanya perlambatan momentum harga dan potensi pembalikan arah.
- Peluang buy apabila terjadi persilangan garis MACD terhadap garis signal dari bawah ke atas
- Peluang sell apabila terjadi persilangan garis MACD terhadap garis signal dari bawah ke atas
Cara trading seperti ini efektif pada kondisi market trending, namun kurang efektif pada market sideways. Alasannya, indikator MACD banyak memberikan signal palsu dan harga hanya bolak balik dalam range sempit pada kondisi market sideways.
Dalam kondisi market trending, sebaiknya entry posisi hanya searah dengan trend. Hal ini akan meningkatkan peluang berhasil dengan mengurangi entry yang terjebak pada koreksi.
Baca juga: Jebakan Paling Berbahaya dalam Trading
Sebagai contoh, pada kondisi trend naik, entry hanya posisi buy dengan menunggu persilangan garis MACD terhadap garis signal dari bawah ke atas. Sebaliknya, dalam kondisi trend turun, hanya entry sell ketika ada persilangan garis MACD dengan garis signal dari bawah ke atas.
Histogram
Histogram mempunyai 2 fungsi yaitu untuk melihat potensi pembalikan arah dan mengukur kekuatan trend. Dalam melihat histogram MACD untuk potensi pembalikan arah, yang Anda perhatikan adalah perubahan angka dan warna histogram.
- Apabila histogram mulai naik dari angka negatif (merah) menuju nol dan menjadi angka positif (hijau), hal ini menunjukkan potensi perubahan arah dari turun menjadi naik.
- Apabila histogram mulai turun dari positif (hijau) menuju nol dan menjadi negatif (merah), hal ini menunjukkan potensi perubahan arah dari naik menjadi turun.
Adapun cara membaca histogram untuk mengukur kekuatan trend adalah dengan melihat kenaikan angka dan batang histogram.
- Semakin tinggi batang histogram menunjukkan kekuatan bullish yang meningkat.
- Semakin rendah batang histogram menunjukkan kekuatan bearish semakin meningkat.
Untuk membaca indikator MACD dengan benar, Anda tidak bisa memisahkan antara garis MACD dan signal dengan histogram. Histogram ada untuk melengkapi MACD sehingga mudah mengidentifikasi potensi pembalikan arah.
Baca juga: Mengupas 3 Strategi Trading Forex Dengan Trend Reversal
Persilangan Garis Nol dengan Garis MACD
Persilangan garis MACD terhadap garis nol menunjukkan adanya perubahan kekuatan bullish dan bearish.
- Indikasi bullish atau penguatan harga apabila garis MACD menyilang naik dari negatif ke positif.
- Indikasi bearish atau pelemahan harga apabila garis MACD menyilang turun dari positif ke negatif.
Potensi bullish dan bearish dari persilangan garis MACD juga bisa dipertimbangkan sebagai alasan masuk market. Namun, sensitifitas cara ini tidak lebih baik dibandingkan persilangan garis MACD terhadap garis signal.
Oleh karena itu, apabila Anda ingin menggunakan cara ini sebagai aturan entry market, pastikan masuk satu arah dengan trend dan kondisi trendingnya kuat. Kalau harga dalam keadaan trending lemah apalagi sideways, maka peluang entry Anda merugi semakin besar.
Baca juga: Menghindari Kerugian dalam Forex Trading
Divergence Garis MACD
Divergence merupakan perbedaan antara harga dengan garis MACD. Divergence terbagi ataa 2 jenis yaitu reguler divergence dan hidden divergence.
Reguler divergence merupakan terjadinya perbedaan antara garis MACD dengan low/high harga dan menandakan adanya pembalikan arah trend.
Ada 2 jenis reguler divergence yaitu bullish reguler divergence dan bearish reguler divergence.
- Bullish reguler divergence ditandai adanya harga yang membentuk lower low sedangkan garis MACD membentuk higher low. Kondisi ini menunjukkan potensi harga berubah arah dari trend turun menjadi trend naik.
- Bearish reguler divergence ditandai adanya harga yang membentuk higher high namun garis MACD membentuk lower high. Kondisi ini menunjukkan potensi harga berubah arah dari trend turun menjadi naik.
Baca juga: Divergensi Indikator Teknikal
Jenis divergence kedua adalah hidden divergence yang menandakan potensi harga melanjutkan trend. Hidden divergence juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu bullish hidden divergence dan bearish hidden divergence.
- Bullish hidden divergence adalah terbentuknya harga higher low sedangkan garis MACD membentuk lower low. Kondisi ini menunjukkan potensi harga melanjutkan trend naik.
- Bearish hidden divergence adalah terbentuknya harga lower high namun garis MACD membentuk higher high. Kondisi ini menunjukkan potensi harga melanjutkan trend turun.
MACD Sebagai Indikator Pelengkap
Jika indikator MACD digunakan sebagai pelengkap, maka ada indikator atau parameter lainnya dalam proses memilih pair sampai entry market.
Parameter yang bisa ditambahkan cukup beragam untuk memenuhi syarat entry market:
- Parameter untuk menentukan struktur market misalnya price action (high dan low), indikator MA, indikator ichimoku, dst.
- Parameter untuk menentukan level penting, misalnya support/resisten, supply/demand, Fibonacci Retracement, Pivot Point, indikator RSI, dst.
- Parameter untuk menentukan signal entry market, contohnya pola candle/pola grafik, indikator stochastic, persilangan garis MA, dst.
Dari banyaknya kombinasi yang bisa Anda gunakan untuk trading, saya berikan contoh gabungan indikator MACD dengan price action. Parameter untuk struktur market kita akan menggunakan price action dengan melihat high dan low. Sementara itu, parameter untuk menentukan level penting dan signal entry market adalah indikator MACD.
Pertama, kita melihat struktur market yang sedang terjadi dari high dan low baru yang terbentuk. Struktur market yang bisa Anda gunakan untuk strategi ini adalah trending. Jangan masuk pada market yang sedang sideways.
Selanjutnya kita langsung mengecek potensi entry market dengan menggunakan indikator MACD.
- Hanya masuk posisi buy apabila struktur harga trend naik, lalu terjadi persilangan garis MACD dengan garis signal dari bawah ke atas.
- Hanya masuk posisi sell apabila struktur harga trend turun, kemudian terjadi persilangan garis MACD dengan garis signal dari atas ke bawah.
Contoh Day Trading Menggunakan MACD
Sekarang kita masuk ke grafik contoh menggunakan indikator MACD pada day trading. Contoh pertama akan menggunakan indikator MACD sebagai parameter tunggal entry posisi. Aturannya sederhana: Cari arah trend di time frame besar yaitu H1 atau H4 sebagai acuan untuk entry di TF kecil (M15 atau M5).
Baca juga: Scalping Dengan MA Dan MACD
Pada grafik H1 di bawah, terlihat harga yang sedang dalam kondisi trend naik; histogram berwarna hijau (positif) dan garis MACD berada di atas garis signal.
Terjadi persilangan garis MACD dengan garis signal dari bawah ke atas yang menandakan peluang buy. Untuk entry ini, stop loss bisa ditargetkan di bawah support.
Harga terus naik dan berhasil mencapai take profit.
Contoh kedua kita akan menggunakan indikator MACD sebagai parameter pelengkap bersama price action.
Awalnya kita mencari pair dengan struktur harga trending yang membentuk lower low atau higher high pada time frame H1. Pada grafik H1 di bawah ini, kondisi harga sedang trend turun karena terbentuk lower high dan lower low yang baru.
Dengan demikian, posisi sell tinggal menunggu persilangan garis MACD terhadap garis signal pada time frame M15.
Harga terus melemah hingga mencapai take profit, skema sell berhasil.
Dengan entry pada market trending, maka peluang entry berhasil mencapai take profit menjadi lebih besar atau lebih akurat. Hal ini juga meningkatkan peluang dengan rasio risk/reward yang lebih besar. Semoga artikel ini bisa membantu Anda memahami penggunaan indikator MACD untuk day trading.