Dolar AS turun di tengah menguatnya sentimen risiko pasar yang dipicu oleh rencana China untuk mencabut pembatasan COVID secara bertahap.
Indeks Dolar AS (DXY) melemah hingga mendekati support psikologis 104.00 setelah pengumuman China terkait aturan penanganan COVID kembali menghidupkan selera risiko pasar. Selain itu, Dolar tertekan oleh perlambatan inflasi AS yang menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed.
Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan akan membatalkan aturan wajib karantina bagi pendatang terhitung sejak 8 Januari 2023. Di samping itu, otoritas Beijing berencana menurunkan regulasi penanganan COVID dari kategori A menjadi kategori B. Hal ini menjadi katalis positif yang mendongkrak sentimen risiko pasar karena menandai langkah awal China untuk melonggarkan pembatasan secara bertahap hingga tahun depan.
"Kami melihat pemerintah China tidak menurunkan laju pelonggaran pembatasan COVID padahal masih terdapat lonjakan kasus di sejumlah kawasan. Ini menunjukkan bahwa pembuat kebijakan China bertekad untuk membuka pembatasan sepenuhnya secara bertahap," kata analis mata uang OCBC, Christopher Wong.
Sentimen risiko yang tinggi membantu penguatan Dolar Komoditas versus Dolar AS. Pair AUD/USD menguat 0.25 persen menjadi 0.6740-an, sementara Dolar New Zealand melonjak 0.65 persen hingga kisaran 0.6311. Dolar Kanada pun berhasil menekan Dolar AS hingga 0.30 persen di area 1.3540.
Selain ditekan oleh sentimen risk on, Dolar AS juga dibayangi oleh proyeksi penurunan laju kenaikan suku bunga The Fed. Pasalnya, rilis data fundamental AS terbaru mengisyaratkan jika tekanan inflasi terus melandai.
Terlepas dari faktor minat risiko dan ekspektasi suku bunga The Fed, Francesco Pesole dari ING mencatat bahwa Dolar AS memang cenderung melemah secara musiman di bulan Desember. Hal ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.