Dolar Australia terpantau menguat versus Dolar AS pasca rilis data GDP yang melambat. Analis masih optimis jika kondisi fundamental Australia positif.
AUD/USD menguat 0.14 persen di 0.718. Sejauh ini, Dolar Australia memang diuntungkan atas pelemahan Dolar AS yang terjadi di tengah berkembangnya spekulasi penundaan suku bunga The Fed. Namun penguatan AUD ternyata cukup tangguh dalam menghadapi rilis GDP Australia yang dilaporkan melambat.
Pada hari Rabu (01/Juni), data GDP kuartal pertama 2022 dirilis melambat dari 3.6 persen ke 0.8 persen. Sementara dalam perhitungan tahunan (YoY), pertumbuhan ekonomi Australia turun dari 4.2 persen ke 3.3 persen. Kabar baiknya, kedua jenis data tersebut sama-sama lebih baik dari ekspektasi. Ekonom sebelumnya memperkirakan rilis GDP hanya mencapai 0.5 persen dalam basis kuartalan, dan memprediksi pertumbuhan 2.5 persen untuk data YoY.
Belanja rumah tangga punya kontribusi terbesar terhadap data GDP Australia. Tercatat, sektor ini mengalami kenaikan 0.8 persen di sepanjang periode Januari-Maret 2022. Namun beberapa pakar melihat akselerasi pertumbuhan GDP cenderung melempem. Pasalnya, muncul beberapa hambatan seperti gangguan cuaca buruk dan produk impor yang membanjiri pasar domestik.
Analis: Ekonomi Australia Masih Dukung Rate Hike RBA
Terlepas dari pencapaian GDP yang mencerminkan penurunan, para analis juga melihat bahwa kondisi fundamental Australia akan "tahan banting" menghadapi trend suku bunga tinggi. Kondisi ini secara tidak langsung meningkatkan prospek suku bunga RBA. Pasar memperkirakan jika bank sentral akan kembali melakukan rate hike pada pertemuan kebijakan pada bulan ini.
"Menurut riset yang kami lakukan, ekonomi Australia akan tetap bertahan di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga RBA dan penurunan pendapatan riil yang lebih cepat dibandingkan perkiraan sebelumnya. Jika hambatan saat ini mereda, maka ekonomi Australia dapat meningkat hingga 1.5 persen pada kuartal mendatang," kata Marcel Thieliant, ekonom senior Capital Economics.