Dolar AS menguat cukup signifikan pada perdagangan awal pekan karena sentimen risk-off pasar sehubungan dengan lonjakan kasus COVID di China.
Indeks Dolar AS (DXY) menguat lebih dari 0.5 persen hingga menyentuh level psikologis 108.00 pada perdagangan awal pekan (21/November). Kondisi ini sebagian besar dipicu oleh risk-off pelaku pasar akibat kekhawatiran terhadap lonjakan kasus COVID-19 di China.
Otoritas China melaporkan tiga kematian baru akibat paparan COVID-19 di Beijing. Ini merupakan fatalitas pertama dalam 6 bulan terakhir di kota besar China tersebut, sehingga mendorong pemerintah setempat untuk memperpanjang himbauan pembatasan sosial kepada masyarakat.
Apabila kondisi terus memburuk, maka tidak tertutup kemungkinan pemerintah China kembali memberlakukan lockdown seperti pada bulan April-Mei lalu. Saat itu, perekonomian China merosot cukup dratis akibat pembatasan di beberapa kota utama seperti Beijing dan Shanghai.
Baca juga: Cara Investasi Di Tengah Krisis Corona
Beberapa mall terbesar dan tempat hiburan di Beijing saat ini sudah dilaporkan tutup, dan sejumlah restoran memutuskan untuk mengurangi jam waktu layanan. Selain itu, kantor-kantor di Beijing mulai menggiatkan WFH. Kondisi ini memicu munculnya keraguan terhadap efektivitas program Zero-COVID yang dicanangkan pemerintah China selama ini.
"Pandangan pasar mengenai kebijakan Zero-COVID China diyakini masih menjadi kunci volatilitas… Jika kita akhirnya benar-benar melihat beberapa langkah tambahan pada pembatasan, maka hal itu menunjukkan bahwa pejabat China masih waspada terhadap pembukaan kembali aktivitas ekonomi yang pada akhirnya pasti terjadi," kata Carol Kong, analis mata uang Commonwealth Bank of Australia.
Dolar Bullish, Ekspektasi Suku Bunga The Fed Kembali Naik
Merebaknya sentimen risk-off tidak hanya berpengaruh pada penguatan Dolar, tetapi juga menekan pasar saham dan mata uang komoditas. Pair AUD/USD diketahui ambles hingga 0.6589, begitu pula dengan Euro dan Sterling yang masing-masing merosot ke 1.0239 dan 1.1779 versus Dolar AS.
Selain sentimen risk-off, Dolar juga didukung oleh retorika beberapa pejabat The Fed yang meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga bulan Desember mendatang. Untuk itu, fokus pasar selanjutnya akan tertuju pada rilis notulen FOMC pada hari Kamis mendatang.