Harga minyak menguat setelah muncul kabar bahwa OPEC siap melakukan berbagai cara termasuk dengan memangkas output agar harga minyak tidak melemah lebih jauh.
Harga minyak memantul naik pada perdagangan awal pekan karena sejumlah faktor. Pada saat berita ini diturunkan, minyak Brent telah menguat dua hari beruntun dan mencapai $97.20 per barel. Sementara itu, minyak mentah AS meninggalkan level penutupan pekan lalu di $90.37 dan saat ini menguat di $92.25 per barel.
Harga minyak yang berbalik menguat diawali dengan pernyataan Arab Saudi mengenai kemampuan OPEC untuk menyesuaikan produksi apabila harga minyak terus melemah. Sebagai informasi, baik minyak Brent maupun WTI memang terus-menerus merosot sejak awal bulan Juni lalu.
Dilansir dari kantor berita Saudi SPA, Pangeran Abdul Aziz bin Salman selaku Menteri Perminyakan Arab Saudi mengatakan bahwa Organisasi Negara Produsen Minyak berserta mitra (OPEC+) mempunyai berbagai cara dan sarana untuk meredam kejatuhan harga minyak.
Ia juga menambahkan bahwa pasar berjangka minyak telah jatuh dan masuk dalam lingkaran likuidasi yang sangat tipis meski volatilitas terpantau ekstrem. Kondisi ini menurutnya telah memicu pembengkakan biaya lindung nilai dan pengelolaan risiko yang lebih besar oleh pelaku pasar.
Baca juga: Harga Minyak Hari Ini
Setelah pernyataan di atas, harga minyak kemudian didukung oleh kabar kerusakan pipa pengiriman minyak dan gas dari Kazakhstan. Pasokan dari negara pecahan Uni Soviet ini rencananya akan membantu mengurangi krisis migas di benua Biru. Namun, pipa yang melewati wilayah Rusia itu dikabarkan tidak berfungsi sehingga menambah kecemasan krisis energi di kawasan Eropa.
Terhambatnya upaya Uni Eropa untuk memicu kembali kesepakatan nuklir AS-Iran juga menopang harga minyak. Kabar terbaru menyebutkan bahwa Iran menuduh AS sengaja mengulur waktu untuk menunda tercapainya kesepakatan. Namun, tudingan Iran itu dibantah oleh Gedung Putih yang mengatakan bahwa upaya mencapai kesepakatan nuklir sudah semakin maju dibandingkan minggu sebelumnya.