Kenaikan harga jual minyak Saudi gagal mendorong harga minyak Brent dan WTI hari ini karena keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi.
Harga minyak mentah global melemah saat memasuki sesi Eropa hari Senin (06/Juni). Pelemahan disebabkan oleh keputusan OPEC+ yang berencana menggenjot output harian pada bulan Juli dan Agustus mendatang. Hal ini membuat kenaikan harga jual yang ditetapkan Arab Saudi tak berimbas pada pergerakan harga minyak.
Minyak Brent saat ini bergerak pada kisaran $122.82 per barel, sementara minyak WTI diperdagangkan pada $120.63 per barel.
Sebelumnya, Saudi mengumumkan kenaikan harga jual minyak pada bulan Juli. Harga jual resmi (OSP) minyak ditingkatkan dari level $4.4 premium menjadi $6.5 premium untuk pengiriman bulan depan. Namun investor tampak lebih mencerna keputusan OPEC+ ketimbang Arab Saudi. Pasalnya, OPEC+ berencana meningkatkan produksi harian menjadi 648 ribu barel per hari (bph) pada Juli dan Agustus. Angka ini 50 persen lebih banyak dari penambahan output harian pada bulan-bulan sebelumnya. Bahkan, Irak mengatakan bahwa pihaknya akan menaikkan produksi menjadi 4.58 juta bph per awal bulan depan.
Keputusan para anggota OPEC+ untuk menggenjot produksi sebenarnya tidak terlepas dari upaya mengisi kekosongan pasokan minyak Rusia yang terkena sanksi Barat.
Baca juga: Prospek Pasokan Kian Ketat, Harga Minyak di Level Tertinggi 2 Bulan
Harga Minyak Tetap Diproyeksi Bullish
Di tengah pelemahan harga minyak siang ini, beberapa analis memperkirakan prospek harga minyak ke depannya tetap bullish. Menurut manajer komoditas Philip Futures, Avtar Sandu, efek intervensi OPEC+ tidak akan bertahan lama atau bersifat sementara.
Pasalnya, pelonggaran lockdown COVID-19 di China dan konsumen AS yang tengah bersiap menyambut liburan musim panas membuat prospek harga minyak tetap tinggi. Langkah OPEC+ dalam meningkatkan penambahan produksi harian tidak akan mampu memenuhi lonjakan permintaan, terutama dari AS dan China yang merupakan dua negara konsumen minyak terbesar dunia.