Di tengah kemerosotan ekonomi karena pandemi Corona, investasi SBN tidak hanya mendatangkan imbal hasil, tapi juga menjadi bentuk kontribusi Anda untuk memulihkan ekonomi negara.
Tahun 2020 merupakan tahun yang cukup sulit bagi ekonomi Indonesia. Bagaimana tidak, efek pandemi virus Corona telah membuat aktivitas ekonomi terhenti dan berdampak pada skala yang lebih luas yakni Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Sehingga, efek yang dirasakan bukan hanya dari sisi kesehatan, tapi sudah menjalar ke sosial dan ekonomi.
Menurut catatan pemerintah, pada tahun ini defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan mencapai -6.27% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Karena itu, pemerintah sangat agresif untuk menerbitkan surat utang pada tahun ini guna menambal defisit APBN. Dengan demikian, berinvestasi melalui surat utang negara (obligasi) pada saat ini tidak hanya mendatangkan imbal hasil, tapi juga sebagai wujud kontribusi dalam pemulihan pasca pandemi.
Sekilas Tentang SBN
Ada pepatah yang mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Buat Anda yang belum mengenal SBN (Surat Berharga Negara), instrumen ini pada dasarnya adalah surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah untuk membiayai anggaran negara, dan bisa menjadi aset investasi karena bisa memberikan imbal hasil (keuntungan).
Lalu, bagaimana relevansinya dengan situasi pandemi? Jadi begini, dampak yang ditimbulkan dari penyebaran COVID-19 telah membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat atau bahkan turun. Supaya ekonomi bisa berjalan lagi, stimulus dikucurkan oleh pemerintah dalam bentuk bantuan dana, yang sumbernya berasal dari penerbitan SBN itu tadi. Jika pemberian stimulus itu tepat sasaran, maka ekonomi bisa membaik dan bisa membantu penciptaan lapangan pekerjaan, mengentaskan kemiskinan, mengurangi kesenjangan sosial, dan pada akhirnya memulihkan kesejahteraan masyarakat ke level pra pandemi.
Berikut ini adalah diversifikasi instrumen SBN:
Sumber: DJPPR-Kemenkeu
Adakah Risiko Berinvestasi di SBN?
Jawabannya tentu ada. Namanya investasi pasti memiliki risiko. Untuk investasi SBN sebenarnya sama seperti risiko investasi pada umumnya. Tiga hal utama yang patut kalian ketahui tentang hal ini adalah:
- Risiko Gagal Bayar, maksudnya si penerbit dalam hal ini pemerintah Republik Indonesia (RI) tidak sanggup membayar bunga dan pokok terhutang. Namun, ini sangat jarang ditemui termasuk di Indonesia. Karena itu, investasi di obligasi negara bisa dibilang less risk atau bahkan zero risk.
- Risiko Pasar, terkait dengan perubahan suku bunga, ekonomi makro, dll.
- Risiko Likuiditas, yaitu ketika kita tidak menemukan pembeli saat kita hendak menjual obligasi. Namun untuk obligasi negara, bisa dipastikan peminatnya lebih banyak karena instrumen ini biasanya tidak hanya diincar oleh investor ritel, tapi juga korporasi atau perusahaan untuk keperluan investasi mereka.
Mekanisme Keuntungan Investasi SBN
Menurut situs finansialku[dot]com, keuntungan SBN adalah sebagai berikut:
1. Pajak yang dikenakan terbilang kecil, yakni hanya 15%.
Anda hanya akan dikenakan pajak sebesar 15% dari total bunga investasi yang Anda dapatkan. Persentase potongan pajak ini lebih rendah jika dibandingkan dengan potongan pajak di deposito, yang dikenai pajak sebesar 20%.
2. Modal cukup terjangkau.
Modal yang diperlukan untuk bisa berinvestasi di SBN cukup terjangkau. Investasi SBN bisa dimulai dari Rp1 juta saja, sehingga tidak akan mengganggu arus kas investor ritel yang ingin mencoba berinvestasi dengan modal relatif minim.
3. Mudah didapatkan.
Karena penyedia platform investasi online sudah menjamur, SBN dapat dibeli kapan saja dan di mana saja. Investor yang tertarik untuk berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi bangsa pasca pandemi Corona tidak perlu datang ke Mitra Distribusi untuk melakukan transaksi. Berbagai aplikasi online populer seperti Bareksa, Ajaib, Tanamduit, Bibit, dsb. pada umumnya turut menyediakan opsi pembelian SBN.
Untuk penjelasan lebih jelas mengenai keuntungan investasi SBN, tabel di bawah ini bisa memberikan simulasinya:
Tabel Perhitungan SBN
Sumber: DJPPR-Kemenkeu
Jika kalian melihat ilustrasi perhitungan di atas, tampak bahwa dengan berinvestasi Rp1 juta saja di SBN akan mendatangkan imbal hasil sekitar Rp5,300. Return-nya kecil? Tidak juga kalau dibandingkan dengan produk investasi semisal deposito saat ini. Hal penting yang patut kalian ingat ialah tingkat risikonya seperti apa. Semakin rendah risiko yang diterima, tentu tingkat keuntungannya juga tidak terlalu besar.
Sebagai bagian dari "penggalangan dana" masyarakat untuk membangun pemulihan negara dari efek COVID-19, pemerintah Indonesia juga menerbitkan jenis obligasi baru bertajuk Pandemic Bond. Seperti apa detailnya dan apa yang membuat instrumen ini berbeda dari surat utang lainnya? Simak di Pandemic Bond: Peluang Investasi Jangka Panjang Dari COVID-19.