Memiliki rumah sendiri menjadi impian banyak orang, termasuk kaum milineal. Namun, banyak sekali kendala untuk mewujudkan hal tersebut.
Kaum milenial memang dikenal sebagai sosok yang memiliki biaya pengeluaran tinggi untuk konsumsi. Apalagi, jika hal tersebut berhubungan dengan hal-hal yang bisa menambah pengalaman hidup mereka seperti kegiatan travelling.
Suka atau tidak suka generasi milenial saat ini harus dihadapkan kepada kenyataan bahwa mereka sulit untuk memiliki rumah. Bukan hanya lantaran karena mereka sering dianggap boros saja. Ternyata juga terdapat faktor-faktor lainnya yang membuat mereka sulit untuk memiliki sebuah rumah, seperti kenaikan upah yang terbilang rendah hingga suku bunga yang tinggi menjadi salah satu faktornya.
Belum lagi, wilayah di mana kamu ingin membeli rumah tersebut. Jika mungkin pilihan rumah itu berada di pedesaan, harganya pasti jauh lebih murah ketimbang harga rumah yang berada di kota-kota besar atau perkotaan. Jadi, benarkah jika ada anggapan bahwa milenial akan sulit untuk memiliki sebuah rumah? Berikut penjelasannya.
Suku Bunga Pinjaman Tinggi
Memang benar sih, jika kamu ingin memiliki sebuah rumah, kamu bisa meminjam uang di bank atau lembaga keuangan lainnya. Namun, yang menjadi kendala adalah syarat untuk mengajukan pinjaman uang tersebut ke pihak bank atau lembaga keuangan lainnya. Karena, pihak lembaga keuangan juga memiliki syarat minimal gaji bulanan yang kamu terima setiap bulannya sebagai syarat untuk bisa mendapatkan pinjaman uang.
Hal ini tidak terlepas dari kesanggupan kamu juga untuk melunasi atau membayar utang-utangmu tersebut nanti. Suku bunga pinjaman juga tergolong tinggi bisa mencapai 12% per tahun.
Sulit Mendapatkan Pinjaman Bank
Ketika kamu mengajukan pinjaman ke bank, tentu saja kamu perlu memenuhi semua dokumen dan persyaratan dalam pengajuan pinjaman uangmu. Salah satu dokumen yang dibutuhkan adalah slip gaji, di mana kamu perlu melampirkannya. Namun, saat ini yang menjadi masalah atau kendala yakni kebanyakan dari generasi milenial merupakan pekerja di industri kreatif seperti freelancer.
Seorang freelancer seringkali tidak memiliki slip gaji. Hal ini menjadi faktor yang membuat kamu sulit untuk mendapatkan pinjaman uang di bank untuk membeli sebuah rumah.
Harga Properti Tinggi
Harga properti memang selalu cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada 2020 saja, harga properti diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar 6-9% dibanding tahun lalu. Salah satu metode pembelian rumah yang digandrungi oleh kaum milenial yang sedang tren dalam kurun waktu 2 tahun terakhir adalah KPR syariah. Yang mana, cicilan rumah setiap bulannya bersifat tetap alias fixed rate.
Selain itu, harga properti yang cenderung naik ini juga tidak sebanding dengan besaran kenaikan UMR setiap tahunnya, jika mempertimbangkan kenaikan tingkat inflasi.
Terlalu Konsumtif
Budaya konsumstif sering ditunjukkan oleh generasi milenial saat ini atau disebut “hedonisme”, yang memiliki arti pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari sebanyak mungkin kebahagiaan.
Selain itu, “hidup cuma sekali” juga masih menjadi mindset dari mereka. Di mana, kaum milenial menghabiskan rata-rata lebih dari 50% biaya pengeluarannya untuk hal-hal yang tidak produktif dan bukan untuk berinvestasi.
Tidak Memiliki Komitmen
Bagi kaum milenial, memutuskan untuk membeli rumah merupakan suatu komitmen keuangan terbesar dalam hidup. Mengapa? Karena, ini merupakan tujuan finansial dalam jangka panjang dan bisa memakan waktu hingga lebih dari 20 tahun ke depan. Belum lagi, jika ditambah dengan biaya pendidikan anak-anakmu yang semakin hari semakin tinggi saja. Oleh karena itu, perencanaan keuangan menjadi hal penting untuk dilakukan mulai dari sekarang jika memang kamu benar-benar berkomitmen untuk membeli sebuah rumah.
Tak Semua Milenial Susah Punya Rumah
Walaupun dirasa sulit karena membutuhkan sebuah komitmen finansial yang besar bagi kaum milenial, kamu perlu bertanya kepada diri kamu dan pasangan seputar kemampuan finansial, lokasi rumah, uang muka, hingga mempertimbangkan KPR yang ingin dipilih serta rincian cicilan per bulannya. Karena, jika rumah tersebut sudah menjadi hak milik, tentunya rumah itu bukan hanya milik kamu seorang, melainkan pasanganmu juga punya hak atas rumah tersebut. Tak terkecuali, anak-anakmu kelak.