Kebijakan Bank Sentral Eropa dilatarbelakangi oleh tujuan pengaturan inflasi dan stabilitas EUR. Seperti apa itu? Simak di sini!
Pernahkah Anda mendengar tentang Bank Sentral Eropa? Bagi Anda yang sudah lama terjun dalam dunia trading, tentu sudah tak asing lagi dengan bank satu ini. Para trader yang sudah lama terjun dalam bidang tersebut, pasti lebih mengenalnya dengan sebutan European Central Bank atau ECB.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh ECB sering dianggap penting oleh para trader. Pasalnya, satu kebijakan yang dikeluarkan bisa memengaruhi seluruh pergerakan nilai tukar mata uang lainnya. Bagaimana bisa begitu? Tak perlu bingung, bagi Anda yang masih baru mempelajari trading, berikut ini adalah penjelasan lengkap tentang Bank Sentral Eropa dan kebijakannya yang sangat krusial dalam pasar forex.
Apa Itu Bank Sentral Eropa?
Bank Sentral Eropa atau yang biasa dikenal dengan European Central Bank (ECB) adalah bank sentral negara salah satu mata uang paling berpengaruh di dunia. Bank yang terbentuk pada tahun 1998 setelah Perjanjian Amsterdam ini mengatur stabilitas mata uang Euro di seluruh negara yang menggunakannya. Pada mulanya, negara-negara tersebut melakukan kesepakatan untuk mengelola kebijakan moneternya secara masif. Inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya Bank Sentral Eropa (ECB) yang berlokasi di Frankfurt, Jerman tersebut.
Melansir dari laman resmi ECB, satu hal yang menjadi pusat perhatian ECB adalah kestabilan harga, yang sangat berkaitan dengan tingkat inflasi. Maka dari itu, fungsi utama ECB adalah untuk mengontrol tingkat inflasi agar kestabilan harga ikut terjaga.
Seperti yang pernah terjadi di tahun 2009-2011, ECB menaikkan suku bunga yang membuat nilai tukar Euro (EUR) menguat untuk mengatasi kenaikan inflasi.
Sesuai dengan kesepakatan pada awal pembentukannya, ECB berhak untuk mengeluarkan kebijakan moneter agar tingkat inflasi dapat terkontrol. Untuk jangka menengah, target inflasi yang diinginkan oleh ECB berada di kisaran 2.0%.
Baca juga: Indonesia Terancam Inflasi? Inilah 4 Pilihan Investasi Saat Inflasi Tinggi
Secara keseluruhan, kebijakan moneter ECB dikelola oleh total 19 negara yang tergabung sebagai anggota.
Siapa Saja Anggotanya?
Setelah masuknya Latvia pada tanggal 1 Januari 2014, total negara anggota Bank Sentral Eropa adalah sejumlah 19 negara. Negara-negara tersebut memiliki latar belakang yang sama, yakni tergabung sebagai eurozone atau negara-negara yang menggunakan Euro (EUR) sebagai mata uang resmi negaranya.
Daftar 19 anggota Bank Sentral Eropa (ECB) adalah sebagai berikut:
- Austria
- Belanda
- Belgia
- Estonia
- Finlandia
- Irlandia
- Italia
- Jerman
- Latvia
- Lituania
- Luksemburg
- Malta
- Portugal
- Prancis
- Siprus
- Slowakia
- Slovenia
- Spanyol
- Yunani
Bank Sentral Eropa berada di bawah pengawasan dewan pemerintahan. Ada enam anggota dewan pemerintahan yang menjabat sebagai dewan eksekutif, dan satu orang menjadi presiden. Pemilihan anggota dewan eksekutif berada di tangan European Council atau Dewan Eropa sepenuhnya.
Kebijakan Bank Sentral Eropa dan Pengaruhnya Secara Global
Kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) berfokus pada dua hal: stabilitas harga (inflasi) dan stabilitas keuangan (finansial). Untuk menjaga stabilitas harga ketika inflasi, ECB dapat menyesuaikan tingkat suku bunga agar target inflasi di 2.0% dapat tercapai.
Jika inflasi sampai naik hingga di atas 2.0%, maka ECB akan mengumumkan perubahan kebijakan suku bunga untuk menurunkan inflasi. Begitu pula jika sebaliknya. Selain itu, ECB juga bisa menambahkan likuiditas dalam sistem dengan cara membeli obligasi di pasar terbuka.
Langkah-langkah ECB untuk mengontrol inflasi terbukti sangat berpengaruh pada nilai tukar Euro. Pada 5 September 2022 silam, Euro sempat turun drastis hingga 13% melawan Dolar AS (USD). Bahkan, nilai tersebut adalah yang terendah sepanjang sejarah Euro. Namun, tiga hari setelahnya, Euro kembali menguat setelah ECB menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Hal ini menyebabkan main refinancing rate naik menjadi 1.25%, deposit facility rate naik menjadi 0.75%, dan lending facility rate naik menjadi 1.5%. Angka tersebut adalah yang tertinggi sejak tahun 2011.
Di bawah kepemimpinan Christine Lagarde, EBC terus menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi. Hingga Januari 2023, inflasi eurozone menurun hingga tiga kali berturut-turut. Dari yang mulanya berada di kisaran 9.2% yoy (year-on-year) hingga kini menjadi 8.5% yoy. Di samping itu, IHK (Indeks Harga Konsumen) tersebut juga lebih rendah dari ekspektasi pasar di 9% yoy.
Berbagai kebijakan yang dibuat oleh Bank Sentral Eropa pada akhirnya berdampak secara global. Pasalnya, Euro merupakan salah satu mata uang yang menjadi cadangan devisa global. Euro juga menjadi mata uang yang paling sering diperdagangkan terhadap Dolar AS (EUR/USD) di pasar finansial. Hal inilah yang membuat kebijakan Bank Sentral Eropa sangat berpengaruh pada dinamika pasar forex.
Itulah penjelasan singkat tentang Bank Sentral Eropa (ECB). Mulai dari latar belakang pendirian, fungsi utama, anggota, hingga kebijakan yang dikeluarkan. Untuk mengetahui tugas bank sentral lainnya secara umum, Anda bisa belajar di artikel ini.