Bisnis Start Up mulai hype di Indonesia selama kurang lebih satu dekade ke belakang. Di antara beberapa pilihan berikut ini, Start Up sukses Indonesia mana sajakah yang sudah pernah Anda dengar sebelumnya?
Adanya kemajuan teknologi rupanya menyuguhkan banyak sekali kemudahan yang menarik perhatian masyarakat, tak terkecuali milenial. Bagaimana tidak; dengan hanya berbekal smartphone serta paket internet, mereka sudah bisa menikmati kemudahan order makan siang saat mager keluar kantor, atau berbelanja ragam kebutuhan sehari-hari melalui e-commerce terkini.
Fenomena semacam ini tentu tak luput dari aplikasi-aplikasi pendukung nan canggih dengan jutaan download tiap bulannya. Sebut saja Gojek, Bukalapak, Traveloka, Ruang Guru, dan sebagainya. Bisnis-bisnis dengan pendekatan teknologi semacam ini kerap disebut sebagai bisnis Start Up. Bila si creator mampu memaksimalkan penggunaannya, tentu keuntungan yang diperoleh tak bisa dianggap receh.
Nah agar Anda semakin memahami seluk beluk serta jenis-jenis bisnis Start Up sukses di Indonesia, maka artikel satu ini pantang untuk dilewatkan ya!
DI
|
Daftar Isi |
Apa Itu Bisnis Start Up?
Start Up adalah sebutan bagi suatu perusahaan yang merintis bisnisnya dengan mengutamakan pemecahan masalah menggunakan pendekatan aplikasi teknologi. Pun secara usia, perusahaan Start Up masih tergolong pemain baru dalam dunia bisnis, sehingga masih merintis dan terus mencari pola pasar yang pas bagi usaha mereka. Jadi dalam fase ini, perusahaan belum bisa dikatakan stabil karena masih memerlukan banyak adaptasi.
Selain itu, perusahaan Start Up juga identik dengan penggunaan teknologi sebagai media utamanya. Era digital yang kian memudahkan semua kalangan lantas dimanfaatkan perusahaan Start Up untuk dapat memaksimalkan konsep dan inovasi. Selain itu, teknologi digital pun mampu menunjang strategi marketing perusahaan, agar menjangkau pelanggan secara lebih luas.
Kendati demikian, usaha Start Up Company tidak melulu diasosiasikan dengan perusahaan teknologi. Meski teknologi memang penting dan termasuk media utama, Start Up berfokus memecahkan permasalahan yang tumbuh di masyarakat. Kolaborasi inilah yang kemudian lebih pas disebut sebagai konsep perusahaan Start Up.
Agar Anda lebih mengenal seluk beluk perusahaan Start Up di Indonesia, berikut beberapa ciri utamanya:
- Jumlah karyawan belum banyak seperti perusahaan pada umumnya,
- para karyawan biasanya jago soal multitasking,
- maksimal memanfaatkan teknologi,
- usia perusahaan masih tergolong muda,
- website adalah lapangan kerjanya,
- penghasilan belum sebesar perusahaan pada umumnya, dan
- suasana bisnis yang berjiwa muda.
(Baca Juga: 10 Tips Sukses Menjadi Pengusaha Muda)
Mengapa Start Up Banyak Digemari Milenial?
Saat ini, perusahaan Start Up dengan milenial adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan. Percaya atau tidak, generasi milenial atau mereka yang lahir antara tahun 1980 hingga 2000-an kebanyakan adalah "juru kunci" kesuksesan perusahaan-perusahaan Start Up. Namun terlepas dari kebutuhan perusahaan akan sosok milenial yang melek teknologi, ada beberapa alasan lain mengapa milenial cenderung tertarik melamar di perusahaan Start Up, antara lain:
Baca juga: Anak Milenial: Pilih Kerja Atau Usaha?
1. Bebas Berkreasi
Sikap ekspresif yang dimiliki oleh para milenial akan tepat digunakan dalam perusahaan-perusahaan Start Up. Pasalnya, mereka sangat terbuka dan menerima perbedaan pendapat hampir di setiap saat, sehingga akan membantu perusahaan meningkatkan beragam layanannya.
2. Ide Kreatif
Para milenial umumnya mempunyai ide segar bahkan nyeleneh yang rasanya tidak mungkin diterapkan dalam perusahaan konvensional. Namun sebalinya, ide-ide semacam itulah yang justru dibutuhkan dalam perusahaan Start Up.
3. Lingkungan Kerja Menyenangkan
Memiliki rekan kerja dengan usia sebaya tentu akan menciptakan atmosfer kerja yang menyenangkan. Pun, interior kantor yang seringkali didesain secara kreatif tentu tak akan membosankan.
4. Selalu Berhubungan Dengan Media Sosial
Poin satu ini tampaknya bukan hanya alasan milenial memilih perusahaan Start Up sebagai tempat bekerja, tetapi juga alasan mengapa perusahaan Start Up memilih milenial untuk menjadi bagian dari tim. Tuntutan untuk selalu berkembang dan update dengan berita terbaru memang mengharuskan seseorang untuk selalu terhubung dengan media sosial.
Di samping itu, milenial tak perlu khawatir bila harus "bermain" media sosial selama jam kerja, karena memang itulah inti dari pekerjaan mereka.
(Baca Juga: Trik Memanfaatkan Instagram Untuk Berbisnis)
5. Banyak Kesempatan Untuk Belajar Membangun Bisnis
Poin terakhir mengapa milenial memilih perusahaan Start Up sebagai tempat bekerja adalah karena pengalaman yang didapatkan. Bekerja di perusahaan Start Up secara tidak langsung mengajarkan milenial untuk membangun atau merintis bisnis dari awal. Selain itu, mereka dapat dengan mudah bertukar pikiran dan belajar langsung dengan atasan, karena sistem kerjanya menganut asas learning by doing.
Membangun bisnis memang perlu persiapan yang matang. Karenanya, persiapkan modal, mental, pengalaman, serta koneksi bisnis yang luas.
10 Bisnis Start Up Sukses Milik Milenial Indonesia
Di Indonesia, bisnis Start Up mulai menjamur dan populer sekitar satu dekade terakhir. Beberapa di antaranya bahkan telah mengantongi status sebagai Start Up Unicorn berdasarkan nilai valuasi perusahaan (lebih dari USD 1 miliar). Berikut penulis sajikan 10 bisnis Start Up sukses di Indonesia, berikut founder dibaliknya.
Start Up Jasa dan e-Commerce
1. Gojek
Siapa yang tidak kenal dengan nama Nadiem Anwar Makarim? Pria yang kini sering dipanggil Mas Menteri -mengingat perannya sebagai Mendikbud pada Kabinet Indonesia Maju- dulunya adalah founder aplikasi Gojek. Lulusan International Relations di Brown University, yang juga meraih gelar Master of Business Administration di Harvard Business School ini berhasil menjadi penyedia jasa transportasi online di Indonesia sejak 2011. Menariknya, Gojek bahkan telah diperkenalkan hingga negara tetangga seperti Vietnam, Filipina, Thailand, serta Singapura.
Sejak pertama kali rilis, aplikasi ini dengan cepat meraih jumlah pengguna yang fantastis. Selain menyediakan transportasi murah dan cepat, aplikasi Gojek kini telah berevolusi dan menawarkan lebih dari 20 layanan. Didirikan dengan prinsip menyelesaikan tantangan sehari-hari melalui teknologi, aplikasi Gojek kini berhasil menyabet label sebagai Start Up Decacorn pertama asal Indonesia. Nilai valuasinya bahkan mencapai USD10 miliar atau setara Rp 140 triliun, dan menduduki peringkat nomor 19 di dunia.
Lembaga Demografi FEB UI pada tahun 2018 menunjukkan bahwa Gojek memberikan dampak ekonomi bagi Indonesia dengan kontribusi sekitar Rp 44.2 triliun (USD 3 miliar). Selain itu, ekosistem Gojek mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia. Tercatat 93% mitra UMKM mengalami peningkatan volume transaksi dan 55% mitra mengalami peningkatan pendapatan.
2. BukaLapak
Didirikan pada tahun 2010, Bukalapak telah melayani lebih dari 6 juta Pelapak, 5 juta Mitra Bukalapak dan 90 juta pengguna aktif hingga kini. Perusahaan e-commerce berbasis marketplace C2C yang berfokus pada pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) ini didirikan pertama kali oleh Achmad Zaky, alumnus Institut Teknologi Bandung sekaligus suami dari Diajeng Lestari (founder Hijup.com).
Sebelum mendirikan Bukalapak, Zaky sudah mengenal dunia teknologi sejak SD. Ketika mengenyam pendidikan di SMAN 1 Solo, pria kelahiran 24 Agustus 1986 ini mendapat kesempatan untuk mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang komputer dan menang hingga tingkat nasional.
Pada 2004, ia melanjutkan studinya di jurusan Teknik Informatika ITB, dan lulus dengan predikat cumlaude. Ia juga meraih beasiswa studi ke Oregon State University dari pemerintah Amerika Serikat pada 2008, dan mewakili ITB dalam ajang Harvard National Model United Nations 2009.
Ketekunannya dalam bidang IT hingga mendirikan BukaLapak rupanya membuahkan hasil pada 2017 lalu, dimana Bukalapak resmi menyandang gelar unicorn. Seri pendanaan F pada Oktober 2019 lalu mencatatkan valuasi Bukalapak mencapai US$2.5 miliar. Melalui platform online dan offline-nya, Bukalapak memberikan kesempatan dan pilihan kepada masyarakat untuk meraih hidup yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan misinya, yakni menciptakan perekonomian yang adil untuk semua.
3. Tokopedia
Tokopedia didirikan pertama kali oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison pada tahun 2009. Sebenarnya, ide mendirikan platform belanja online sejak 2007, tetapi tingkat kepercayaan masyarakat akan sistem belanja online belum se-hype saat ini, sehingga eksistensinya kala itu belum amat populer.
Namun setelah berhasil memperoleh kepercayaan investor, Tokopedia berhasil meyakinkan 70 toko online dan kini sudah berkembang menjadi puluhan ribu penjual, dengan lebih dari 2 juta produk terjual serta pertumbuhan 30 persen per bulan.
Pada 2017 silam, Tokopedia berhasil mendapat status unicorn. Di tahun yang sama pula, Tokopedia mengumumkan perolehan pendanaan senilai total USD1.1 miliar. Yang terbaru, Tokopedia mengklaim telah menguasai 1.5% perekonomian Indonesia per 2020. Tercatat, tak kurang dari 7.2 Juta UKM telah bergabung dengan jumlah pengguna aktif bulanan mencapai 90 juta. Pertumbuhan penjual baru di Tokopedia juga tercatat meningkat 86.5% selama pandemi berlangsung.
Ke depannya, Tokopedia berkomitmen untuk fokus pada upaya mengembangkan "Super Ecosystem" yang memungkinkan setiap orang dapat berkontribusi dan memberikan nilai tambah bagi satu sama lain serta tumbuh bersama. Hal ini diwujudkan dengan membangun "jembatan" terhadap banyak mitra, termasuk mitra logistik dan pembayaran, serta upaya membangun jaringan yang lebih kuat.
4. Traveloka
Daftar selanjutnya ada Traveloka yang didirikan pada tahun 2012 oleh Ferry Unardi. Pria kelahiran 16 Januari 1988 ini berhasil membangun website booking pesawat bernama Traveloka pada usia 23 tahun. Latar belakang dirinya bersama rekan sebagai engineer, membuat dirinya sangat piawai mengembangkan sistem; mulai dari analisis e-commerce-nya, sistem enterprise-nya, coding, dan sebagainya.
Berpusat pada bidang pemesanan hotel dan travel, perusahaan ini merupakan Start Up travel di Asia Tenggara yang menyandang gelar unicorn. Gelar tersebut diperoleh Traveloka pada Juli 2017 dilihat dari nilai valuasi perusahaan yang mencapai di atas USD 1 miliar.
Kini, Traveloka telah bekerja sama dengan banyak mitra, hingga mendapatkan beberapa pendanaan yang kian memperkuat posisi Traveloka sebagai pemimpin pasar industri travel di Indonesia. Menariknya, Traveloka kini tidak hanya menyediakan layanan travel, tetapi sudah merambah ke gaya hidup dan finansial.
4. Kitabisa.com
Kitabisa adalah wadah untuk berdonasi dan menggalang dana secara online
Begitulah motto yang diusung oleh Alfatih Timur (Timmy) selaku founder Kitabisa. Menurutnya, kemajuan teknologi sepatutnya dimanfaatkan untuk menghubungkan semangat kebaikan dan gotong-royong. Di Kitabisa, masyarakat bisa menggalang sejumlah dana untuk beragam hal yang mereka perjuangkan, maupun berdonasi untuk membantu sesama.
Tercetusnya platform sosial ini berawal dari keinginan Timmy untuk membuat gerakan sosial pada 2013 silam. Mantan aktivis UI ini bertekad memiliki sebuah wadah bagi siapapun yang ingin mewujudkan proyek sosialnya. Alhasil, ia pun mendirikan website urun dana (crowdfunding) bernama Kitabisa.com pada 6 Juli 2013. Seiring waktu, Kitabisa bertransformasi menjadi platform galang dana dan berdonasi secara online.
Baca juga: Bisnis Peer To Peer Vs Crowdfunding, Mana Yang Menguntungkan?
Kini, situs penggerak perubahan sosial ekonomi masyarakat ini berhasil memfasilitasi lebih dari 31,846 penggalangan dana sosial, dengan 2,801,425 orang yang bergabung, dan lebih dari Rp 815 milyar donasi terkumpul. Penggalangan dana sosial biasanya ditargetkan untuk donasi seperti pembangunan rumah ibadah, biaya medis, beasiswa, dan lainnya. Proyek sosial tersebut biasanya diinisiasi oleh individu, komunitas, yayasan hingga lembaga zakat yang mengumpulkan donasi online mulai dari 20 ribu hingga jutaan rupiah.
6. Ruangguru
Ruangguru merupakan perusahaan teknologi asal Indonesia yang berfokus pada layanan berbasis pendidikan. Aplikasi ini pertama kali didirikan oleh Adamas Belva Syah Devara dan Muhammad Iman Usman pada April 2014. Keduanya lantas berhasil masuk dalam jajaran pengusaha sukses di bawah 30 tahun melalui Forbes 30 Under 30 untuk sektor teknologi konsumen di Asia. Di tahun 2019, mereka mendapat penghargaan sebagai Emerging Entrepreneur dari Ernst & Young.
Ruangguru mengembangkan berbagai layanan belajar berbasis teknologi, termasuk layanan kelas virtual, platform ujian online, video belajar berlangganan, marketplace les privat, serta konten-konten pendidikan lainnya yang bisa diakses melalui web dan aplikasi Ruangguru. Kini, Ruangguru telah memiliki 22 juta pengguna serta mengelola 300,000 guru yang menawarkan jasa di lebih dari 100 bidang pelajaran.
Yang terbaru, Ruangguru diumumkan menjadi perusahaan paling inovatif peringkat 25 di dunia dan peringkat 2 dalam kategori pendidikan pada 2021. Ruangguru juga telah memenangkan sejumlah penghargaan di dalam dan luar negeri, termasuk Solver of MIT, Atlassian Prize, UNICEF Innovation to Watch, Google Launchpad Accelerator, dan ITU Global Industry Award.
Start Up Makanan
1. Puyo Dessert
Anda tentu sudah familiar dengan dessert Puyo 'kan? Makanan manis ber-tagline "Delivering happiness in one cup of Silky Dessert and Silky Drink at a time" ini pertama kali didirikan oleh kakak beradik Adrian Agus dan Eugenie Patricia Agus pada Juli 2013. Melalui eksperimen berbulan-bulan menggunakan bahan berkualitas tinggi, terciptalah dua produk yaitu Silky Desserts dan Silky Drinks.
Pada awalnya, Puyo Desserts dijual online dan melalui bazaar lokal di Jakarta. Beberapa bulan kemudian, Puyo Desserts berhasil membuka outlet pertama pada September 2013. Berkat kerja keras dan kualitas rasa yang ditawarkannya, Puyo Desserts kini telah berhasil membuka lebih dari 90 outlet di Jakarta, Depok, Tangerang, Bogor, Bekasi, Bandung, Cirebon, Cilegon, Serang, dan Surabaya.
Eugenie yang merupakan lulusan jurusan bisnis di Universitas Prasetiya Mulya dan Adrian lulusan program kewirausahaan di Universitas Teknologi Swinburne, Australia ini berhasil menerima omzet hingga Rp 1 miliar per bulan dari penjualan Puyo mereka.
2. SayurBox
Ada banyak stereotype bahwa bekerja menjadi seorang petani, peternak, atau nelayan adalah pekerjaan yang membosankan. Namun Metha Trisnawati, alumnus University College London jurusan Technology Entrepreneurship, berhasil membantah pandangan tersebut dengan membuat sebuah aplikasi di bidang pertanian, yaitu Sayurbox.
Sayurbox adalah sebuah platform untuk berjualan sayur secara online yang memiliki konsep farm-to-table. Sayurbox akan mengantarkan sayuran dari petani sampai ke pelanggan dengan rentang waktu selama 24 jam saja. Melalui platform ini, Metha berharap dapat memotong rantai Supply yang sangat panjang dari petani sampai ke pembeli. Dengan demikian, pendapatan petani akan semakin bertambah, serta harga yang sampai ke pembeli juga tidak terlalu mahal.
Kini Sayurbox telah menggandeng 22 petani yang berada di Tangerang, Bekasi, Bogor, Depok, Sukabumi dan Bandung. Metha juga menyaring petani-petani yang akan menjadi mitranya. Setidaknya, hasil pertanian yang dijual dalam Sayurbox memiliki bibit, bebet, dan bobot yang baik, karena Sayurbox sendiri sangat berfokus pada hasil sayuran organik bermutu baik. Melalui platform ini pula, Metha ingin membantu membantu pekerjaan para petani, peternak, dan para nelayan di Indonesia.
Start Up Permodalan dan Finansial
1. Modalku
Sebagai upaya membawa model bisnis P2P lending ke Indonesia, Modalku didirikan pada bulan Januari 2016 oleh Reynold Wijaya, Kelvin Teo, dan Iwan Kurniawan. Modalku adalah perusahaan Start Up berbasis teknologi keuangan yang menghubungkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berstatus "layak namun belum layak kredit" yang membutuhkan pinjaman modal usaha. Nah, di sinilah pemberi pinjaman berperan mencari alternatif investasi terjangkau dan menarik.
Sebelum mendirikan Modalku, Reynold Wijaya bersama Kelvin Teo mendirikan Funding Societies di Singapura pada tahun 2015, saat mereka berdua masih berstatus murid di Harvard Business School. Sama seperti Modalku, Funding Societies mengoperasikan platform online, di mana Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat menggalang dana dari pemberi pinjaman yang mencari alternatif investasi.
Pada tanggal 28 September 2017, Modalku memenangkan Global SME Excellence Award di acara ITU Telecom World 2017 yang diadakan di Busan, Korea Selatan. Penghargaan Global SME Excellence Award diberikan bagi Start Up yang menyediakan solusi teknologi komunikasi dan informasi paling inovatif bagi permasalahan sosial di masyarakat.
Pada bulan November 2018, Modalku menjadi satu-satunya perusahaan P2P lending di Asia Tenggara yang masuk daftar "The Fintech100". Sementara Reynold Wijaya dan Iwan Kurniawan, selaku CEO dan COO Modalku, terpilih dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2018.
2. Crowde
Crowde adalah platform investasi yang bergerak khusus di bidang agrikultur. Sejak didirikan pertama kali pada September 2015 silam oleh Yohanes Sugihtononugroho, Crowdee berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan para petani melalui pemberian bantuan modal usaha secara digital. Crowdee berperan sebagai "jembatan" antara petani dengan investor di bidang agrikultur, sehingga petani tak menjadi sasaran lintah darat dan tengkulak karena mereka bukan tergolong nasabah bankable.
Secara model bisnis, Crowde hampir mirip dengan platform investasi lainnya. Investor bisa terlibat dalam suatu proyek dengan dana minimal Rp10 ribu. Hanya saja yang sedikit berbeda adalah model bisnis Crowde bekerja secara bagi hasil dengan metode syariah. Langkah ini dinilai lebih menjawab solusi untuk petani. Untuk monetisasinya, Crowde menganut sistem komisi sebesar 3% untuk setiap proyek yang berhasil didanai sesuai kebutuhan.
Yohanes melanjutkan, Crowde tak hanya menyediakan proyek investasi di bidang agrikultur, tapi sudah bergerak ke sektor perikanan, peternakan, hingga perdagangan aset-aset finansial (trading). Hal ini ditujukan agar para investor dapat mendiversifikasi risikonya ke berbagai proyek.
Tips Sukses Kembangkan Bisnis Start Up
Melihat kesuksesan orang lain, tentu Anda juga ingin seperti mereka 'kan? Bagi Anda yang sudah memiliki keputusan ingin merintis sebuah perusahaan dari bawah, simak dulu tips-tips cerdas mengelola Start Up berikut ini.
1. Jadilah Founder yang Cerdas
Menjamurnya Start Up di berbagai bidang tentu memiliki pesaing yang tidak bisa dianggap remeh, sebab antara satu dengan yang lain saling berusaha untuk memberikan kualitas terbaik. Hal inilah yang lantas menjadi tantangan tersendiri bagi founder.
Untuk itu, jadilah founder yang cerdas dengan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mampu menganalisa setiap bidang yang ada di dalamnya, paham soal manajemen, memiliki kemauan belajar yang kuat, dan sebagainya. Kecerdasan seorang founder akan berdampak positif bagi kemajuan dan perkembangan Start Up garapannya.
2. Rekrut Orang Jenius
Merintis perusahaan baru memang tidak mudah dan butuh waktu. Untuk itu, dibutuhkan tim yang solid serta founder yang cerdas demi keberhasilan perusahaan. Pun, merekrut tim-tim yang terdiri dari para jenius akan sangat menguntungkan. Misalnya saja merekrut karyawan dengan tingkat kecerdasan tinggi, punya banyak ide-ide kreatif untuk menggaet target pasar, atau mereka yang ahli pemograman, marketing, dan sebagainya.
3. Visi dan Misi Sebagai Landasan Utama
Tanpa adanya landasan yang jelas, Start Up baru pasti akan berantakan. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya Anda menyusun rencana matang serta menentukan visi misi yang kuat. Visi berisi harapan-harapan yang ingin Anda jadikan tujuan dalam berbisnis, sementara misi berkaitan dengan cara atau strategi yang akan dilakukan demi mencapai visi tersebut.
4. Bangun Sosial Media yang Kuat
Di zaman sekarang ini, media sosial memiliki power untuk menarik perhatian pemirsa, mulai dari Facebook, Twitter, hingga Instagram. Fenomena ini bisa dimanfaatkan oleh para penggiat Start Up untuk meningkatkan brand awareness dengan melakukan branding di sosial media. Jadi, masyarakat yang menjadi target dapat dipastikan akan terus berdatangan.
(Baca Juga: 10 Cara Mudah Menghasilkan Uang Dari Facebook)
5. Berani Berinovasi
Cara lain agar perusahaan Anda tak tenggelam di antara Start Up lain adalah dengan melakukan inovasi dan penyegaran ide-ide lama. Jangan pernah takut gagal, karena justru gebrakan baru inilah yang kian meningkatkan daya ke-kepo-an masyarakat. Pun melalui inovasi ini, Anda semakin menunjukan kualitas perusahaan kepada masyarakat luas, sehingga bisa menarik target pasar. Hal tersebut akan sangat menguntungkan di masa mendatang.
Kesimpulan
Itulah sekilas tentang Start Up Company dengan semua kaitannya yang sarat akan informasi. Bisnis ini tentu sangat pas bagi generasi milenial untuk mencoba peruntungan. Tentu tak ada salahnya untuk segera memformulasikan ide bersama kerabat dan tim yang Anda percayai untuk melangkah bersama. Yakinlah bahwa bisnis Start Up Anda akan menuai kesuksesan suatu hari nanti. Kuncinya, jangan mudah berpuas diri pada setiap pencapaian, serta teruslah belajar agar Start Up semakin maju.