Dolar menguat tajam karena negosiasi plafon utang AS yang belum menunjukkan perkembangan positif. Pasar lebih memilih Dolar sebagai safe haven dalam kondisi seperti ini.
Indeks Dolar (DXY) naik hingga menyentuh 103.91 pada perdagangan Asia hari Kamis (25/Mei). Penguatan ini didorong oleh sentimen penghindaran risiko di tengah negosiasi plafon utang AS yang berjalan alot dan berpotensi membawa Amerika Serikat ke jurang resesi.
Pada pertemuan terakhir, perwakilan partai Republik dan Demokrat memutuskan untuk kembali mengakhiri negosiasi tanpa perkembangan positif. Pasar pun tidak mengharapkan tercapainya kesepakatan dalam beberapa hari ke depan. Jika skenario ini terjadi, maka Amerika Serikat akan mengalami default yang berdampak domino bagi perekonomian global.
Menurut Moody's Analytics, default AS selama kurang dari sepekan akan bedampak pada lenyapnya jutaan lapangan kerja. Apabila default terjadi hingga musim panas, maka tingkat pengangguran (Unemployment Rate) akan melonjak dari level saat ini di 3.4 persen menjadi 8 persen. Bunga kredit pun akan naik tajam.
Dalam keresahan seperti saat ini, investor beramai-ramai melikuidasi aset berisiko dan beralih membeli dolar AS sebagai safe haven. Di sisi lain, bursa saham AS mengalami aksi jual besar-besaran; indeks Dow Jones dan US500 merosot lebih dari satu persen pada sesi perdagangan kemarin.
"Meskipun kita (Amerika Serikat) adalah masalahnya saat ini, tetapi posisi Dolar AS tetap menjadi tempat yang aman bagi investor untuk menjaga nilai portofolio mereka. Fenomena ini terjadi karena pasar menganggap dolar adalah Raja," kata Clay Lowery dari Institute of Internasional Finance.
Dolar Mendominasi Pair Mayor
Di tengah penguatan Dolar yang begitu masif, pair NZD/USD membukukan kinerja terburuk dengan mengalami penurunan hingga 3 persen. Ambruknya pair tersebut tidak hanya dipicu oleh sentimen risk-off global, melainkan juga oleh statement RBNZ yang berencana menyetop kenaikan suku bunga pada bulan-bulan mendatang.
AUD/USD merosot lebih dari 1 persen hingga kisaran 0.6530, level terendah sejak November 2023. EUR/USD kembali berada di bawah level psikologis 1.0800, sementara GBP/USD merosot di bawah 1.2400.