Harga minyak menguat setelah negosiasi plafon utang AS mencapai kesepakatan. Hal ini memicu pemulihan minat risiko pasar sehingga Dolar tertekan.
Harga minyak mentah menguat pada perdagangan awal pekan (29/Mei). Minyak Brent menguat 0.42 persen pada kisaran $77.69 per barel, sementara minyak WTI bergerak pada kisaran $73.20-an per barel atau menguat 0.53 persen dari harga open harian.
Pasar minyak sebelumnya sempat dibayangi oleh ketidakpastian mengenai negosiasi plafon utang AS yang berjalan sangat alot. Namun pada hari Minggu kemarin, Presiden Biden mengatakan bahwa dirinya sudah mencapai kesepakatan dengan ketua House of Representatives AS, Kevin McCarthy, untuk memundurkan jatuh tempo plafon utang AS hingga 1 Januari 2025.
"Kesepakatan ini menjadi kabar baik untuk rakyat Amerika dan dapat menghindarkan kita dari risiko gagal bayar yang akan berdampak buruk," kata Biden dalam pernyataan resminya di Gedung Putih.
Menurut Biden, deal ini melindungi pertumbuhan ekonomi AS yang diperoleh dengan susah payah selepas pandemi. Pernyataan tersebut sontak memantik minat risiko pasar yang melemahkan nilai tukar Dolar AS sebagai safe haven. Harga minyak mentah pun menorehkan penguatan mingguan kedua pada pekan lalu.
Ke depan, pasar minyak akan menghadapi pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung pada 4 Juni mendatang. Menteri energi Arab Saudi sempat memperingatkan potensi kejatuhan harga minyak, sementara pihak Rusia meyakinkan jika pihaknya tidak mengharapkan pemangkasan produksi dalam waktu dekat. Pasalnya, langkah pemotongan output sebesar 1.6 juta barel per hari (bph) baru saja mulai pada bulan lalu.
Selain itu, pasar juga tengah menanti rilis data manufaktur China dan NFP AS yang akan menjadi katalis pergerakan harga minyak dalam jangka pendek.
Secara jangka menengah, permintaan minyak mentah kemungkinan akan meningkat jelang liburan musim panas di mana banyak orang melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi.
