Dolar menguat meski retail sales tak sesuai harapan. Saat ini, pasar masih mengkhawatirkan pertemuan terkait plafon utang AS.
Indeks dolar AS (DXY) sempat melemah ke kisaran 102.20, tetapi akhirnya menguat hingga 102.69 usai rilis data Penjualan Ritel di sesi New York. Meski data tersebut meleset dari ekspektasi, kinerjanya masih positif dan mendukung penguatan indeks dolar AS. Untuk sekarang, pasar masih fokus mencermati isu plafon utang AS.
Penjualan ritel di AS mengalami peningkatan sebesar 0.4% pada bulan April 2023, yang hanya setengah dari kenaikan 0.8% yang diharapkan oleh konsensus. Pertumbuhan penjualan ritel tahunan juga tercatat sebesar 1.60% saja, lebih rendah daripada ekspektasi konsensus yang sebesar 4.20%.
Meskipun angka-angka tersebut buruk, pasar meresponsnya dengan lebih positif karena adanya revisi data bulan Maret 2023 yang lebih buruk. Data penjualan ritel bulan Maret 2023 direvisi menjadi turun dari -0.6% menjadi -0.7% (month-over-month), serta dari 2.94% menjadi 2.42% (year-over-year).
"Data penjualan ritel AS rebound pada bulan April setelah mengalami pelemahan dalam dua bulan berturut-turut sebelumnya yang menandakan belanja konsumen masih solid," kata Vassili Serebriakov, pakar stretagi mata uang di UBS.
Ia kemudian menambahkan bahwa belanja ritel merupakan komponen terpenting dalam perekonomian dan memperkirakan indikator keyakinan bisnis lebih lemah dari indikator konsumen, atau sesuai dengan perkiraan selama ini.
Baca juga: Apa Itu Retail Sales dalam Analisa Trading?
Pasar Waspadai Negosiasi Plafon Utang AS
Sebagian besar ekonomi Amerika Serikat bergantung pada kontribusi belanja konsumen, yang memiliki dampak positif terhadap nilai dolar AS. Namun, saat ini pasar sedang khawatir mengenai negosiasi plafon utang AS. Pelaku pasar sedang menunggu pertemuan antara Presiden AS Joe Biden, Ketua DPR AS Kevin McCarthy, dan beberapa pemimpin kongres untuk membahas masalah kenaikan plafon utang pemerintah yang mendesak.
Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda kemajuan yang jelas, padahal jika plafon utang tidak dinaikkan pada tanggal 1 Juni mendatang, AS menghadapi risiko kegagalan pembayaran utang.
"Kami melihat terdapat beberapa berita potensial tentang plafon utang AS. Kemungkinan tensi akan meningkat seiring dengan semakin dekatnya tenggat waktu yaitu pada 1 Juni. Jadi menurut kami ditengah ketidakpastian ini seharusnya pergerakan pasar akan dalam rentang terbatas dan tidak muncul tanda-tanda dorongan kuat ke arah tertentu," pungkas Serebriakov.