Metode gabungan exponential moving average dan MACD ini sering digunakan karena MACD bisa berjalan dengan baik pada semua time frame. Time frame untuk entry bisa 1 jam atau lebih rendah, sedang untuk acuan arah trend biasanya 1-jam, 4-jam (4-hour) atau daily.
Metode gabungan indikator moving average (MA) dan MACD ini sering dipraktekkan oleh para scalper dan trader harian. Time frame untuk entry bisa 1 jam (1-hour) atau lebih rendah (30 menit atau 15 menit), sedang time frame untuk acuan arah trend biasanya 1-jam, 4-jam (4-hour) atau daily. Metode ini sering digunakan karena MACD bisa berjalan dengan baik pada semua time frame trading.
Menentukan Arah Trend
Bagi scalper, time frame 1 jam dan 4 jam sering digunakan untuk mengetahui arah trend yang sedang terjadi sebelum menentukan posisi entry pada time frame yang lebih rendah. Indikator trend yang populer dan sering digunakan adalah Average Directional Index (ADX), tetapi karena pada time frame rendah respons indikator ini cenderung lambat (lagging), maka scalper sering menggunakan moving average.
Untuk menambah sensitivitas moving average yang juga lagging, maka digunakan jenis exponential moving average (EMA) yang dihitung dengan pembobotan pada harga akhir. Dalam prakteknya, EMA cukup akurat untuk menunjukkan arah trend yang sedang terjadi.
Pada contoh GBP/USD 4-hour berikut ini, digunakan EMA periode 55 sebagai alat detektor trend. Aturannya:
- Ketika harga bergerak di atas kurva indikator EMA-55, maka harga dianggap bergerak uptrend dan trader hanya akan mencari peluang buy.
- Sebaliknya ketika harga berada di bawah kurva EMA-55, maka dianggap downtrend dan trader hanya akan mencari peluang sell.
Menentukan Momentum Entry
Setelah mengetahui posisi entry yang diinginkan, trader bisa menentukan saat entry (timing) dengan melihat pada indikator MACD dan histogram OSMA. Entry tidak harus pada time frame 4-hour, tetapi bisa pada time frame yang lebih rendah sesuai dengan kebiasaan trader.
Buy jika kurva MACD telah memotong garis sinyal dari bawah ke atas dan pada saat yang bersamaan histogram OSMA bergerak di atas level 0.00. Dalam keadaan tersebut, momentum uptrend sedang kuat, dan semakin lebar jarak antara kurva MACD dan garis sinyal maka trend semakin kuat.
Exit ketika kurva MACD telah memotong garis sinyal dari atas ke bawah dan pada saat yang bersamaan histogram OSMA bergerak di bawah level 0.00. Pada kondisi tersebut, momentum uptrend sedang melemah dan kemungkinan harga akan berbalik arah.
Baca juga: Cara Trading Efektif Dengan MACD
Untuk entry sell berlaku sebaliknya. Sell ketika MACD memotong garis sinyal dari atas ke bawah dan OSMA bergerak di bawah level 0.00. Kemudian, exit jika MACD memotong garis sinyal dari bawah ke atas dan OSMA di atas level 0.00.
Dengan metode ini level stop bisa ditentukan agak ketat, dan berapapun besarnya risk/reward ratio yang direncanakan, trader harus exit ketika momentum trend telah mulai melemah.
Kesimpulan
MA dan MACD merupakan dua alat bantu trading yang bisa Anda manfaatkan untuk mengidentifikasi Entry posisi, serta menentukan arah Trend saat ini. Bagaimanapun juga, segala keputusan yang diambil saat bertrading harus direncanakan dengan matang. Sebagaimana penggunaan indikator MA dan MACD dalam trading forex ini, bisa membantu Anda menganalisa pasar dari sisi teknikal.
Tertarik dengan gabungan indikator Moving Average dan MACD? Selain scalping, masih ada strategi lain yang bisa Anda coba dari kombinasi kedua indikator tersebut. Temukan ulasan lengkap beserta skenario tradingnya di sini.