Saham-saham top losers lQ45: PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) -3.85%, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) -3.36%, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) -2.77%, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   IHSG dibuka terkoreksi mengekor bursa regional pada Jumat (19/April), turun 0.91% ke level 7,101, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk. (RMKO) mencatatkan peningkatan pendapatan usaha sebesar 47.4% YoY, mencapai Rp272.4 miliar, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Laba bersih PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) turun di kuartal I/2024, membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 6.05 triliun per Maret 2024. , 3 jam lalu, #Saham Indonesia

Seluk Beluk Peluncuran Ethereum 2.0

Damar Putra 29 Apr 2022
Dibaca Normal 7 Menit
kripto > platform >   #ethereum
Sebagai Investor kripto, ada banyak informasi penting di balik agenda peluncuran Ethereum 2.0 yang wajib untuk diketahui. Apa saja itu?

Ethereum mungkin menjadi salah satu topik yang sedang ramai diperbincangkan oleh para penggemar kripto belakangan ini. Apalagi, banyak media yang mulai memberitakan bahwa peluncuran Ethereum 2.0 akan segera terealisasi dalam waktu dekat.

Pada dasarnya, tujuan awal didirikannya Ethereum adalah sebagai platform kriptografi terbuka dan terdesentralisasi untuk para developer menjalankan smart contract d apps (decentralized applications). Namun seiring meningkatnya popularitas Ethereum, hal tersebut menimbulkan masalah-masalah baru seperti lambannya throughput akibat lalu lintas jaringan yang padat dan melonjaknya biaya gas.

Ethereum 2.0

Alasan-alasan tersebut melatarbelakangi Vitalk Buterin dan tim pengembang Ethereum untuk merancang pembaruan ke Ethereum 2.0. Lantas, apa yang akan terjadi setelah Ethereum 2.0 diluncurkan? Bagaimana nasib koin Ether (ETH) yang beredar saat ini?

 

Apa Itu Ethereum 2.0

Ethereum 2.0, juga dikenal sebagai ETH2 atau "Serenity", merupakan versi Ethereum terbaru yang telah menerima berbagai pembaruan untuk meningkatkan kecepatan, efisiensi, dan skalabilitas jaringan. Tujuan utama update ini adalah agar Ethereum mampu memproses lebih banyak transaksi dan mengurangi kemacetan dalam jaringan.

Baca Juga: Bitcoin Vs Ethereum, Mana Yang Lebih Menguntungkan?

 

Sejarah Pengembangan Ethereum

Pada awal diluncurkan di tahun 2015, developer Ethereum telah menyiapkan 4 tahap pengembangan jangka panjang. Deskripsi detail untuk setiap tahap dimasukkan dalam EIP (Ethereum Improvement Proposals) yang kemudian diajukan dan disetujui oleh komunitas Ethereum.

Dalam setiap proposal, terdapat aturan main yang perlu diikuti oleh para klien dan pengembang Ethereum:

  1. Frontier. Tahap ini merupakan versi pertama yang diluncurkan pada tahun 2015, di mana para pengguna dan developer dapat melakukan mining koin Ether (ETH), menguji coba platform, dan membangun d apps.
  2. Homestead. Tahap ini diluncurkan pada bulan Maret 2016 dan membawa banyak pembaruan yang akan menjadi dasar untuk proses upgrade di masa mendatang.
  3. Metropolis. Tahap ini dibagi lagi menjadi 2 tahap yaitu Byzantium dan Constantinople. Byzantium diluncurkan pada bulan Oktober 2017 yang membuat jaringan lebih ringan, lebih cepat, lebih aman, dan tingkat privasi lebih baik dari versi sebelumnya. Sedangkan Constantinople diluncurkan pada bulan Februari 2019 untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pada semua pembaruan yang dilakukan pada tahapan Byzantium.
  4. Serenity atau Ethereum 2.0. Tahap pembaruan yang paling dinantikan, karena digadang-gadang dapat meningkatkan semua aspek dalam jaringan Ethereum.

Baca juga: 5 Cara Investasi Ethereum (ETH)

 

Fase-Fase Peluncuran Ethereum 2.0

Saat ini, Ethereum sudah memasuki tahap pengembangan Serenity atau Ethereum 2.0 yang akan diluncurkan dalam 4 fase dari tahun 2020-2022. Tahapan ini sangat penting karena diharapkan mampu menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh Ethereum 1.0. Secara ringkas, berikut adalah fase-fase peluncuran Ethereum yang perlu diketahui pemula.

 

Fase 0: Beacon Chain

Pada fase ini, Developer Ethereum merilis Beacon Chain untuk mempersiapkan implementasi PoW ke PoS di masa mendatang. Meski belum digunakan sepenuhnya, namun pengguna sudah bisa melakukan staking Ethereum 2.0 pada tahapan ini. Proses mining dengan konsensus PoW akan dibuat lebih sulit, dengan harapan para miner akan berpindah ke konsensus PoS. Fase ini telah diimplementasikan sejak bulan November 2020.

 

Fase 1 - Sharding Chain

Pada Ethereum 1.0, salah satu kelemahan terbesarnya adalah throughput yang lamban akibat padatnya lalu lintas jaringan. Hal ini terjadi karena Ethereum 1.0 menjalankan jaringan hanya dalam 1 chain besar. Sehingga, fokus utama pada fase Sharding Chain adalah mencoba membagi chain ethereum menjadi 64 chain yang terhubung secara paralel.

Ethereum Sharding Chain

Masing-masing chain bisa memiliki data tersendiri yang diversifikasi oleh induk chain. Solusi ini ditawarkan untuk mengatasi masalah skabilitas. Fase Sharding Chain ini sudah dijalankan sejak tahun 2021 silam.

 

Fase 1.5 - The Merge

Fase ini merupakan proses penggabungan atau peleburan Ethereum 1.0 dan Ethereum 2.0, di mana Ethereum 1.0 akan mengisi Sharding Chain dari Ethereum 2.0. Para HODLer koin Ether tidak perlu melakukan apapun karena semuanya akan ditangani oleh tim developer Ethereum.

Baca juga: Cara Tepat HODL Kripto yang Perlu Kamu Tahu

 

Fase 2 – Eksekusi dan eWASM

Solusi ini dihadirkan untuk mengatasi masalah kecepatan yang timbul pada EVM. Penggunaan eWASM akan mampu meningkatkan kecepatan dan proses kerja EVM. Pada saat yang bersamaan, hal ini juga meningkatkan keamanan serta kapabilitas dari EVM itu sendiri.

Pada fase ini, fokus utama developer cenderung ke arah optimasi jaringan yang sudah berjalan, seperti Stateless Verification, Advanceed Cryptography, upgrade EVM, dll. Setelah fase ini, besar kemungkinan ada fase-fase lanjutan lainnya. Namun untuk saat ini, fase-fase selanjutnya belum didefinisikan dengan jelas oleh pihak developer Ethereum.

Baca Juga: Apa Itu Ethereum Killer?

 

Apakah Ethereum 2.0 Lebih Baik Daripada Ethereum 1.0?

Jawaban singkatnya adalah "ya, Ethereum 2.0 jauh lebih baik dibandingkan Ethereum 1.0". Hal ini dikarenakan Ethereum 2.0 sudah mendapatkan banyak pembaruan yang membuat performanya jauh lebih baik. Sebagai perbandingan, jaringan Ethereum 1.0 hanya mampu mendukung sekitar 30 transaksi per detik yang terbukti mengakibatkan kemacetan jaringan. Sebaliknya, jaringan Ethereum 2.0 mampu memproses transaksi hingga 100 transaksi per detik setelah mendapatkan pembaruan di fase Sharding Chain.

ethereum vs ethereum 2.0

Selain itu, Ethereum 1.0 masih menggunakan konsensus kerja PoW yang dianggap kurang efisien dan kurang ramah terhadap lingkungan. Ethereum 2.0 sendiri sudah beralih ke konsensus kerja PoS yang membuatnya lebih efisien dan tidak membutuhkan daya terlalu besar untuk menjalankannya, sehingga dinilai lebih ramah lingkungan.

Namun sisi buruknya, Ethereum 2.0 berisiko mengalami masalah keamanan. Hal ini karena jaringan PoS hanya memiliki sekumpulan kecil validator yang membuat sistem lebih terpusat sehingga menurunkan keamanan jaringan. Sementara itu, jaringan PoW memiliki setidaknya 16,384 validator yang membuatnya sangat terdesentralisasi dan jauh lebih aman.

Baca Juga: Apakah Proof of Authority Lebih Baik Dari PoS dan PoW?

 

Kapan Ethereum 2.0 Akan Dirilis?

Untuk hal ini belum diketahui secara pasti. Namun yang jelas, Ethereum 2.0 baru akan dirilis setelah fase 1.5 (The Merge) sudah terselesaikan. Beberapa media menyebutkan bahwa fase tersebut akan mulai aktif dijalankan pada Juni 2022. Namun, anggota tim developer Ethereum Tim Beiko membantahnya. Ia mengatakan bahwa fase The Merge tidak akan terjadi tepat di bulan Juni, tapi beberapa bulan setelahnya dan belum ada tanggal pastinya.

Hal tersebut juga diperjelas oleh insinyur Ethereum DevOps, Jayathi Parathi. Ia mengungkapkan dalam cuitannya di Twitter bahwa The Merge Ethereum akan kembali tertunda. Pasalnya, ada bug sistem yang ditemukan sehingga masih pengujian lebih lanjut masih dibutuhkan.

 

Apakah Biaya Gas (Gas Fee) Ethereum Akan Berkurang?

Selain kecepatan transaksi yang lamban, masalah terbesar Ethereum adalah seputar biaya gas (Gas Fee) yang mahal di setiap transaksi. Peluncuran Ethereum 2.0 dengan konsensus PoS diharapkan membawa banyak perubahan, salah satunya adalah masalah Gas Fee yang mahal.

Menurut lansiran dari Yahoo Finance, kemacetan jaringan adalah salah satu alasan utama penyebab melonjaknya biaya gas Ethereum. Pembaruan pada fase Sharding akan membuat banyak peningkatan transaksi per detik, sehingga hal ini menjadi kabar yang cukup baik. Secara tidak langsung, tidak adanya kemacetan jaringan akan mengurangi biaya transaksi.

 

Apa Dampak untuk Para Miner Ethereum?

Rilis Ethereum 2.0 merupakan kabar buruk untuk para miner. Perlu diketahui bahwa mining hanya dapat dilakukan pada Ethereum 1.0 yang masih menggunakan konsensus PoW untuk proses validasi transaksi Ether (ETH). Karena Ethereum 2.0 sudah beralih ke konsensus PoS untuk proses validasi, maka koin Ether (ETH) tidak lagi bisa di-mining.

Akibatnya, banyak para miner mulai menjual rig mining dan ada juga beberapa miner mensiasati hal ini dengan mencoba menambang koin lain yang masih menggunakan konsensus PoW seperti Ethereum Classic (ETC), Litecoin (LTC), Bitcoin Cash (BCH), Monero (XMR), dll.

 

Itulah tadi seluk beluk di balik agenda peluncuran Ethereum 2.0. Perlu diketahui, Ethereum memang memiliki banyak fitur canggih yang bisa digunakan developer untuk membangun berbagai proyek. Beberapa contohnya bisa disimak di proyek terpopuler yang dibangun di atas jaringan Ethereum.

Terkait Lainnya
 
Saham-saham top losers lQ45: PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) -3.85%, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) -3.36%, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) -2.77%, 3 jam lalu, #Saham Indonesia

IHSG dibuka terkoreksi mengekor bursa regional pada Jumat (19/April), turun 0.91% ke level 7,101, 3 jam lalu, #Saham Indonesia

PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk. (RMKO) mencatatkan peningkatan pendapatan usaha sebesar 47.4% YoY, mencapai Rp272.4 miliar, 3 jam lalu, #Saham Indonesia

Laba bersih PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) turun di kuartal I/2024, membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 6.05 triliun per Maret 2024. , 3 jam lalu, #Saham Indonesia

EUR/USD berubah arah setelah komentar hawkish dari Lagarde, 21 jam lalu, #Forex Fundamental

NZD/USD naik menuju level 0.5950 di tengah dolar AS yang lemah, sentimen risk-on, 21 jam lalu, #Forex Teknikal

 XAU/USD pulih karena kewaspadaan pasar, menargetkan level $2,400, 21 jam lalu, #Emas Teknikal

USD/CAD melemah mendekati level 1.3750 karena sentimen risiko yang membaik di tengah dan melemahnya minyak mentah, 21 jam lalu, #Forex Teknikal

PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan penurunan penjualan mobil selama periode Januari–Maret 2024, 1 hari, #Saham Indonesia

IHSG dibuka rebound pada perdagangan hari ini, naik 0.35% ke level 7,156, 1 hari, #Saham Indonesia

Pada Rabu (17/April), BEI melakukan pengumuman Unusual Market Activity (UMA) terhadap saham PT Barito Renewables Tbk (BREN), 1 hari, #Saham Indonesia

Kapitalisasi pasar alias market cap PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) makin menggembung, sudah menembus Rp1,063 triliun, 1 hari, #Saham Indonesia


Komentar @inbizia

Staking kelihatannya lebih mirip dengan deposito di bank ya? Jadi kalau deposito di bank juga perlu minimal berapa duit dan entar bunga akan ditambahkan tiap bulan ke akun bank.

Sedangkan kalau pinjaman kripto Ethereum itu lebih kayak saya yang punya kripto pinjamin ke peminjam dan si penerima pinjaman menjaminkan NFT atau jaminan aset lain yang berkaitan dengan kripto ya? Jadi ibarat kalau gagal bayar, smart contract diaktifkan langsung aset tersebut jadi punya saya begitu? Dan seperti pinjaman pada umumnya, tiap waktu tertentu harus disetor ke saya dengan berupa ETH yang udah ditambahkan bunga kedalamnya?

Wah kalau seperti itu, aman banget buat pinjamin ETH ke orang lain asal ada jaminan yang menurut kedua belah pihak worth it, kalau gagal bayar bisa ada smart contract yang bekerja. Benaran aman banget ya!

 Lioyanto |  8 Dec 2022
Halaman: Cara Mendapatkan Passive Income Eth Termudah

Menurut saya penambangan bitcoin sendiri sepertinya harus dipikirkan ulang lagi oleh developer dan saya juga tidak tau apakah developer masih aktif atau tidak terutama Satoshi. Soalnya koin kripto lainnya sudah mulai menggaungkan energi efisien, jadi entah itu dari sumber diesel maupun SDA yang terbarui, mereka berusaha mengalihkan teknik mining ini dengan teknik stake dalam menghasilkan koin kripto, terutama Ethereum 2.0 yang mengusung penghapusan mining menjadi stake (PoW ke PoS).

Tapi menilik dari tulisan author tentunya dengan hanya bitcoin yang mungkin masih memakai mining, dan berdasarkan info jumlah bitcoin sendiri sudah sedikit serta penambang juga beralih ke energi bersih saya rasa bitcoin lebih bersih daripada penambangan lain yang secara langsung merusak lingkungan sekitar.

 Sandy |  9 Dec 2022
Halaman: Mitos Mining Bitcoin Yang Masih Banyak Dipercaya

Saya masih kurang mengerti tentang DAO ini secara detail. Tetapi secara garis besar sebenarnya DAO itu organisasi yang dibangun diatas blockchain Ethereum dengan tanpa ada pemimpin organisasi dan dijuga ada smart contract didalamnya.

Menurut saya DAO ini kalau saya ga salah pengertian akan sangat berguna bagi organisasi kemanusiaan. Jadi mereka bisa menggalang dana dan agar bisa disalurkan juga ada voting gitu. Ini benaran bisa menghindari terjadinya korupsi maupun pencucian uang dan juga adanya smart contract yang bisa diaktifkan hanya jika syarat terpenuhi.

Kalau ada hal tersebut sih, kripto benaran jadi masa depan keuangan yang transparan!

 Kevin |  9 Dec 2022
Halaman: Cara Membuat Dao Untuk Proyek Kripto

Token DeFi itu termasuk generasi baru, dan merupakan token yang dibuat untuk ekosistem DApps. DApps sendiri dirintis oleh ekosistem Ethereum.

 Willi |  12 Dec 2022
Halaman: Kripto Berbasis Defi Tren Blockchain Baru Sarat Manfaat

Numpang nanya nih, saya masih belum sepenuhnya mengerti akan fork yang terdapat pada blockchain kripto. Untuk Soft Fork saya sepertinya lumayan mengerti ini hanya sekedar ngeupdate tambahan tanpa ngerubah blockchain.

  • Dari penjelasan artikel ini saya bisa tau kalau hard fork itu seperti game-lah ya, jadi terdapat update besar-besaran misalkan seperti game yang saya mainkan biasanya contohnya pes 2020 ke pes 2021. Jadi engine game akan berbeda tetapi aset yang sudah didapat bisa diconvert ke sana tetapi ada beberapa aset yang akan digantikan.

Nah pertanyaan saya apakah hard fork dalam kripto ini misalkan saya punya 10 ETH, apakah dengan perubahan hard fork ke The Ethereum 2.0 saya masih akan tetap memiliki 10 ETH (Baik ga perlu convert ataupun digantikan otomatis) karena engine/blockchain udah berbeda?

 Fernando |  21 Dec 2022
Halaman: Perbedaan Hard Fork Vs Soft Fork Pada Blockchain Kripto

Halo Fernando,
dalam konteks Hardfork Ethereum ke Ethereum 2.0, Anda tidak perlu merisaukan terhadap kepemilikian koin ETH pada saat proses transisi. Pasalnya, semua akan berjalan otomatis. Artinya, jika proses Hardfork Ethereum 2.0 selesai, koin ETH Anda tetap tersimpan dengan aman. Jadi, dalam hal ini Anda tidak perlu melakukan apapun. Semoga membantu.

 Damar Putra |  27 Dec 2022
Halaman: Perbedaan Hard Fork Vs Soft Fork Pada Blockchain Kripto

Komentar[1]    
  Jhon Peter   |   22 Nov 2022

Perkembangan Ethereum patut diacungi jempol. Developernya juga sangat memperhatikan kekurangan dalam versi lama Ethereum. Tetapi pasti ada pengorbanan yang dilakukan meski bagi saya lebih banyak pro daripada kontra

Berarti ETH 2.0 ini miner sepenuhnya akan dihilangkan. Bisa aja miner pindah haluan ke kripto lain. Tapi memang mining ini udah masalah lama yang terjadi, dimana sangat besar dalam konsumsi daya listrik dan menimbulkan jejak karbon di lingkungan. Saya menduķung rencana penghilangan metode ini dan diganti metode lain dalam mendapatkan koin ETH.