Sebagai teknologi masa depan yang dianggap berperan penting, kurangnya infrastruktur dan pemahaman masyarakat yang relatif minim masih menjadi tantangan Metaverse di Indonesia.
Dalam ajang Asia Tech Singapore (ATxSG) 2022 yang diadakan pada pekan lalu, Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan bahwa potensi Metaverse di Indonesia sangatlah besar. Salah satunya adalah bisa menjadi sektor baru yang akan menyediakan banyak lapangan kerja di Indonesia. Apabila sudah dioptimalkan, kiprah Metaverse akan menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional di masa depan.
"Saya melihat Indonesia punya potensi besar dan hal ini bisa menjadi peluang usaha dalam upaya meningkatkan aktivitas pembiayaan dan usaha. Sehingga, nantinya bisa membuka lapangan kerja baru, salah satunya pada teknologi Metaverse," ungkap Sandiaga Uno dalam siaran pers Kemenparekraf pada Minggu (05/Juni) kemarin.
Teknologi Metaverse memang tidak bisa lepas dari perangkat VR dan AR, serta konten kreator. Ada begitu banyak industri yang akan terlibat dalam Metaverse, sehingga kontribusinya terhadap ekonomi global diperkirakan dapat mendorong 23.3 juta lapangan kerja baru pada 2030 mendatang.
Pendapat senada juga dilontarkan oleh Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda. Ia mengatakan bahwa teknologi Metaverse adalah sebuah keniscayaan, bukan trend musiman seperti anggapan sebagian besar orang selama ini.
"Untuk mempercepat perkembangan Metaverse di Indonesia, maka adopsi kripto dan teknologi Blockchain harus terus digalakkan. Coba Anda bayangkan, begitu banyak inovasi yang ada saat ini akan beralih ke Metaverse di masa depan. Apa yang dunia nyata rasakan, bisa juga bisa kita temui di Metaverse," kata Teguh.
Metaverse memang punya segudang potensi, namun terdapat beberapa tantangan yang bisa menghambat perkembanganya di Indonesia. Menurut Teguh, beberapa hambatan terbesar adalah infrastruktur pendukung yang minim dan rendahnya literasi masyarakat.
"Keterbatasan infrastruktur dan masih rendahnya literasi masyarakat terhadap teknologi digital menjadi hambatan terbesar bagi Metaverse untuk bisa berkembang luas di Tanah Air. Untuk itu, perkembangan Metaverse bisa dioptimalkan jika dikombinasikan dengan adopsi kripto dan blockchain," ujar Teguh.
Lebih jauh, Teguh menambahkan bahwa Web3 akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Metaverse. Kolaborasi Web3 dan Metaverse akan menjadi gambaran baru internet masa depan untuk menciptakan ruang terdesentralisasi. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mempunyai otonomi yang lebih luas tanpa terikat otoritas terpusat.