Mengapa False Breakout terjadi? Bagaimana caranya bisa mengurangi risiko atau bahkan mengambil manfaat dari False Breakout?
Semua trader tentu berharap strategi tradingnya sukses. Namun, ada kalanya juga pasar mengecoh kita. Bayangkan ilustrasi kejadian yang agak bikin ngenes ini:
Anda sudah mengincar pair EUR/USD selama berminggu-minggu. Rencananya, Anda menunggu break di bawah key support level untuk mengambil keuntungan dari aksi jual yang (diprediksi) bakal terjadi. Dengan yakin, Anda membuka platform trading, memasang posisi, mengatur Stop Loss, lalu berangkat tidur dengan membayangkan profit yang akan didapatkan.
Keesokan paginya, Anda ditampar oleh kenyataan bahwa EUR/USD tidak hanya gagal menembus Breakout, melainkan justru memantul dan reli lebih dari 200 pips. Stop Loss terjemput dan sayang sekali, Anda telah terkecoh oleh False Breakout.
Mengapa False Breakout terjadi?
Bagaimana caranya bisa mengurangi risiko atau bahkan mengambil manfaat dari False Breakout?
Artikel yang disadur dari tulisan Justin Benett di website Dailypriceaction[dot]com ini akan menjelaskan apa itu False Breakout, kesalahan yang sering terjadi, serta cara untuk bisa tetap profitable ketika menemuinya.
Apa Itu False Breakout?
Sesuai dengan namanya, False Breakout mengacu pada gerakan di atas resistance atau di bawah support sebuah level, diikuti oleh pembalikan arah yang melanjutkan trend sebelumnya.
Mari kita lihat contoh berikut:
Perhatikan bagaimana NZD/JPY ditutup di atas resisten channel pada basis 4 jam tetapi kemudian gagal bertahan di atasnya untuk membentuk support baru. Yang penting untuk diperhatikan di sini adalah kita berurusan dengan harga penutupan. Jika pair mata uang tersebut hanya menembus level kritis, maka sinyal break-nya belum terkonfirmasi. Sebagai contoh, banyak trader yang salah membaca pergerakan pada dua chart di bawah ini sebagai false break:
Pemahaman mengenai false break sangat berkaitan erat dengan apa yang Anda definisikan sebagai "break" itu sendiri. Bagi Benett, konfirmasi breakout terjadi ketika candle telah ter-close. Dengan menggunakan time frame Daily, sangat penting untuk memperhatikan harga penutupan terakhir di bawah level yang dimaksud.
Jika Anda melihat kembali grafik EUR/GBP di atas, candle harian hanya menembus resistance, sehingga untuk menyebut ini sebagai false break tidak akurat karena candle tidak pernah benar-benar menembus angka penutupan.
Time Frame Adalah Kunci Penting Dalam Strategi False Break
Perlu dicatat, strategi false break yang dijelaskan pada tulisan ini menggunakan time frame daily dan H4. Jika Anda menerapkannya pada grafik 15 menit, maka hasilnya bisa jadi berbeda. Strategi false break cenderung lebih efektif digunakan pada time frame lebih tinggi, karena time frame yang terlalu rendah menimbulkan terlalu banyak noise yang berbuntut pada kesalahan membaca sinyal.
Masih tidak percaya? Coba kita perhatikan lagi grafik EUR/GBP berikut ini:
Dua contoh di atas jelas BUKAN false break pada grafik harian dan time frame yang lebih tinggi. Pair ini tidak pernah benar-benar ditutup di atas level kritis; jadi kesalahan bukan pada grafik yang "mengecoh" Anda, melainkan karena Anda yang salah memahami false break. Bagaimana dengan grafik 4 jam? Mari kita amati bersama:
Seperti yang Anda lihat, walaupun grafik harian tidak pernah ditutup di atas resistance, grafik 4 jam ternyata menunjukkan sinyal yang memenuhi SOP false break. Jadi, apakah ini false break bagi mereka yang trading di grafik 4 jam?
Mungkin saja. Tapi jika Anda adalah trader dengan risiko konservatif, tunggu uji resistance beberapa kali untuk konfirmasinya. Karena itu, trading menggunakan time frame tunggal seringkali bisa menjebak Anda. Lalu, bagaimana cara menghindari kebingungan ini?
Mantapkan Strategi False Breakout Dengan Price Action
Pada analisa price Action, konfirmasi harga ditandai dengan pin bar bullish atau bearish yang terbentuk pada pengujian ulang level yang ditembus. Dalam kasus grafik EUR/GBP di atas, time frame 4 jam belum menempatkan dirinya sebagai periode dominan dalam kaitannya dengan level resistance. Untuk memahami seperti apa yang dimaksud sebagai periode dominan, mari kita bandingkan dengan uptrend channel yang terbentuk di NZD/JPY.
Perhatikan bagaimana NZD/JPY menyentuh support dan resistance pada beberapa kesempatan sebelum false break. Dalam kasus ini, grafik 4 jam telah memenuhi SOP dan dapat digunakan. Dengan begitu, harga telah terkonfirmasi dan ada peluang sell yang terbentuk.
Memanfaatkan False Breakout Dalam Trading
Setelah tahu apa itu false break, langkah selanjutnya adalah mendapatkan manfaat dari momen tersebut. Seperti pin bar yang sering diperhatikan ketika trading price action, false break adalah tanda dari pelemahan atau penguatan. Sejatinya, Anda tidak bisa menemukan pin bar pada daily chart tanpa false break di intraday. Prinsip ini dapat Anda aplikasikan pada beberapa kombinasi time frame. Pair NZD/JPY 4 jam di bawah adalah contoh yang bagus.
Setelah pair re-close di bawah resistance, sudah waktunya untuk mulai memperhatikan peluang sell. Pair ini akhirnya menyentuh tepat di titik target yang diprediksi. Singkatnya, kita harus menunggu untuk open posisi sell pada penutupan 4 jam di bawah resistance dengan target di support channel.
False breakout adalah sebuah keniscayaan, karena tidak ada teknik atau strategi yang akan membuat Anda tetap aman 100%. Tetapi dengan mengkombinasikan time frame yang ideal, price action, serta manajemen risiko yang tepat, Anda bisa unggul dan profitable dalam jangka panjang.