Sebagai investor kripto, sangat banyak teknik investasi yang bisa dimanfaatkan. Salah satu yang menarik adalah Dollar Cost Averaging. Sudah tahukah kalian cara menggunakannya?
Berinvestasi di dunia kripto menjanjikan keuntungan besar. Sayang, risikonya cukup tinggi terutama buat pemula dengan jumlah modal terbatas. Untungnya, ada beberapa teknik sederhana untuk mengurangi risiko tadi, salah satunya adalah investasi kripto dengan metode Dollar Cost Averaging.
Apa Itu Dollar Cost Averaging?
Dollar Cost Averaging (DCA) adalah salah satu teknik investasi paling populer untuk mengurangi risiko aset-aset volatile seperti mata uang kripto. DCA mudah dilakukan oleh siapa saja, terutama untuk investor pemula yang menginginkan return cukup tinggi dalam periode waktu investasi jangka panjang (lebih dari 1 tahun).
Sederhananya, metode DCA adalah teknik membeli aset dengan interval waktu teratur dan jumlah pembelian sama, berapapun harga aset pada saat itu. Contohnya, investor A berencana mengalokasikan sekitar Rp10 juta untuk membeli mata uang kripto setiap bulan selama 12 bulan. Sekilas metode investasi ini memang mirip dengan prinsip menabung pada umumnya.
Karena mekanisme dasarnya untuk melakukan pembelian aset secara teratur, teknik DCA berlawanan dengan teknik investasi Lump Sum, di mana investor hanya melakukan 1 kali pembelian aset dengan jumlah modal tinggi. Misalnya, investor B menggunakan jumlah modal yang sama yaitu sekitar Rp120 juta untuk membeli mata uang kripto di satu waktu saja.
Baca juga: Cara Membeli Dan Menukar Bitcoin Ke Rupiah
Berikut adalah tabel perhitungan skema DCA vs Lump Sum yang dapat mengilustrasikan kenapa metode DCA disarankan untuk pemula:
Catatan: contoh pembelian ETH ini tidak menyertakan biaya transaksi (atau komisi) yang biasanya berbeda-beda antara bursa.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dengan metode investasi DCA, perolehan koin total selama 12 bulan lebih besar daripada investasi Lump Sum. Inilah alasan kenapa metode DCA lebih aman untuk pemula, karena bagaimanapun kondisi pasar, pembelian aset menjadi lebih terkendali dan terlepas dari emosi karena gejolak harga di pasar.
Simak juga: Teknik Trading Kripto Apa Saja yang Menguntungkan?
Plus Minus Dollar Cost Averaging Kripto
Keunggulan strategi DCA meliputi:
- Risiko lebih mudah dikontrol karena pembelian aset selalu mengikuti harga terkini.
- Lebih mudah melakukan diversifikasi aset.
- Beban modal menjadi lebih ringan.
Sayangnya, metode DCA juga memiliki kelemahan yang harus dipertimbangkan. Dari sisi return atau imbal hasil investasi, metode DCA umumnya lebih kecil daripada metode Lump Sum, inilah kenapa DCA hanya disarankan untuk investasi jangka panjang saja.
Bergantung dari kondisi pasar, metode Lump Sum dapat menghasilkan return lebih tinggi, terutama jika pasar dalam kondisi bullish atau investor cerdas melakukan buy cheap, sell high. Misalnya dengan contoh tabel yang sama, tapi investor membeli saat harga ETH sedang berada di titik terendahnya yaitu pada bulan Juli (Rp32.201k), maka total koin yang diperoleh dengan jumlah modal yang sama (Rp120 juta) adalah 3.72659 ETH.
Karena alasan itu, metode investasi Lump Sum risikonya lebih tinggi dari DCA, tapi reward-nya lebih besar. Metode ini tentu lebih cocok bagi investor yang lebih agresif, ahli dalam membaca kondisi pasar, dan memiliki modal lebih banyak.
Baca juga: Daftar Tokoh Kripto Terkaya di Dunia
Dengan demikian, bisa disimpulkan jika kelemahan Dollar Cost Averaging kripto meliputi:
- Nilai return total lebih kecil daripada metode Lump Sum.
- Tidak cocok untuk investasi jangka pendek (kurang dari 1 tahun).
Bagaimana Cara Aplikasinya di Pasar Kripto?
Mempraktekkan teknik investasi kripto dengan DCA sebenarnya sederhana, sama seperti praktek menabung di aset-aset tradisional, hanya saja ada beberapa langkah tambahan yang perlu dilakukan, seperti:
- Pilih Bursa Kripto Terpercaya
Saat ini sudah tersedia banyak bursa kripto yang dapat diakses investor ritel pemula, mulai dari bursa skala internasional seperti Binance sampai bursa lokal semacam Tokocrypto atau Indodax.
Pilih bursa yang sudah memiliki kredibilitas baik (legal) serta menawarkan biaya transaksi (atau komisi) yang kompetitif agar keuntungan lebih maksimal. Selalu konsultasi dengan CS sebelum melakukan pembelian agar kalian mendapat informasi selengkap mungkin.
- Install Dompet Kripto
Sebelum melakukan pembelian, kalian harus memasang dompet kripto pada akun aktif. Selain untuk mengamankan sejumlah koin, kalian juga akan membutuhkan dompet kripto untuk memperjualbelikan koin, menautkan aset-aset digital seperti NFT, hingga menikmati bunga dari staking koin.
Biasanya, setiap bursa akan menawarkan pemasangan dompet kripto pada sistem aplikasinya secara gratis.
- Beli Aset Secara Teratur
Setelah melakukan pendaftaran di bursa kripto, memenuhi syarat-syarat pembelian aset, dan memasang dompet kripto, kalian sudah dapat membeli aset secara teratur dengan jumlah modal sesuai kekuatan finansial masing-masing.
Misalnya, kalian punya target untuk menabung selama 1 tahun dengan total modal di bawah Rp100 juta, maka bagi jumlah total modal tersebut dengan 12 bulan, lalu lakukan pembelian secara teratur setiap bulannya.
Teknik investasi kripto dengan metode Dollar Cost Averaging merupakan solusi bagi kalian yang masih pemula dengan waktu terbatas. Tidak perlu mengawasi chart setiap hari, cukup alokasikan dana sesuai kemampuan. Selain di kripto, teknik DCA ini juga efektif untuk diterapkan pada aset lain seperti investasi reksadana.