USDT dan USDC adalah dua stablecoin terpopuler dalam trading kripto. Apa perbedaan keduanya dan manakah yang lebih baik?
Memang betul, pasar mata uang crypto punya risiko yang tidak bisa dihindari: volatilitas. Dari Bitcoin, Ethereum, Shiba Inu sampai Dogecoin, hampir semua koin crypto tidak terhindar dari risiko fluktuasi harga. Perubahan volume jual dan beli dalam rentang waktu singkat inilah yang membuat crypto menarik sekaligus menantang. Banyak orang mengambil keuntungan besar dari analisis teknikal dan fundamental trading crypto mereka, tapi tidak sedikit pula yang terkena jebakan false signal.
Untuk mengantisipasi kekurangan kripto dari sisi volatilitas, beberapa token atau koin crypto mengaitkan nilainya pada mata uang fiat global seperti dolar AS. Jenis koin dengan nilai tukar sepantaran mata uang fiat disebut Stablecoin.
Mengapa Harus Ada Stablecoin?
Dengan nilai tukar 1 = 1, calon investor bisa dengan mudah menghitung perkiraan stablecoin yang mereka dapatkan ketika melakukan deposit. Misalnya, jika Anda memiliki dana deposit sebanyak Rp1 juta, maka setelah membeli USDT di exchange pilihan, nilai crypto Anda menjadi:
Rp1,000,000 = USD68.21 (kurs USD 13 Agustus 2022 sebesar Rp14,661) = USDT68.21*
Nah, dengan demikian, Anda kini memiliki crypto senilai Rp1 juta, hanya saja sudah dalam bentuk USDT atau USDC sebesar USDT/USDC68.21.
Karena kemudahan perhitungan dan keunggulan dari sisi volatilitas, banyak perusahaan dan exchange menerbitkan berbagai macam stablecoin dalam beberapa tahun terakhir. Ada yang didasarkan pada mata uang USD, EUR, bahkan juga komoditas seperti emas.
Dalam kelompok koin crypto, USDT (Tether) dan USDC (Coin) merupakan dua cryptocurrency terpopuler yang disokong oleh pergerakan dolar Amerika Serikat (USD).
Lantas, apa yang membedakan kedua stablecoin tersebut?
Mengenal USDT
USDT (Tether) merupakan stablecoin crypto paling populer karena hampir semua platform exchange crypto menggunakan USDT sebagai basis nilai tukar mata uang mereka. USD Tether pertama kali diluncurkan oleh Tether Limited, perusahaan finansial dan crypto berbasis di Hong Kong yang bertujuan menjembatani perbedaan kurs antara koin-koin crypto dan mata uang fiat. Saat ini, penggunaan USDT telah menjangkau seluruh dunia dengan volume transaksi harian mencapai 67 miliar dolar per hari.
Baca juga: Koin Kripto Paling Ramai Hari Ini
Keunggulan USDT
USD Tether punya beberapa keunggulan stablecoin. Nilainya yang stabil terikat pada dolar AS memungkinkan para pengguna menggunakan likuiditas mereka di pasar crypto tanpa harus menjadi korban volatilitas nilai tukar yang sebelumnya dianggap terlalu liar dan berbahaya. Selain itu, Tether sebagai stablecoin ditujukan untuk memudahkan pengiriman aset digital atau transfer koin crypto dari satu user ke user lain. Setelah dimiliki, USDT dapat disimpan, dibelanjakan untuk membeli barang-barang, dan sebagai basis konversi dalam perdagangan crypto lainnya.
Sejak diluncurkan, kini hampir semua koin crypto memasangkan nilainya terhadap USDT. Dengan demikian, pengguna crypto dapat dengan langsung membeli koin-koin crypto lainnya yang juga dipasangkan dengan USDT. Kemudahan pairing semacam ini tentunya membuat semakin banyak orang yang tertarik mencoba mata uang crypto dan membuka pintu-pintu investasi baru, atau sekadar mencoba transaksi crypto yang berbasis blockchain.
Baca juga: Panduan Transfer USDT di Tokocrypto
Bagaimana dengan USDC?
USDC adalah stablecoin populer lainnya yang bersaing ketat dengan USDT. Koin ini diluncurkan oleh exchange crypto ternama Coinbase yang bekerja sama dengan Circle pada 2018. Sebagaimana USDT, nilai USDC juga dipatok pada dolar AS. Demi menjamin transparansi transaksi dan memastikan nilai tukarnya stabil dari waktu ke waktu, USDC dikelola oleh Centre Consortium, sebuah lembaga nirlaba yang memastikan standar teknologi dan keuangan stablecoin. Saat ini, terdapat 34.6 miliar USDC yang beredar. Pairing USDC pun tersedia di hampir semua exchange crypto besar.
Keunggulan USDC
Keunggulan stablecoin USDC sebetulnya mirip dengan apa yang ditawarkan USDT, karena stabilitas nilai tukarnya yang mengikuti dolar AS. Hanya saja, USDC dikelola oleh lembaga exchange dan organisasi pengawasan crypto yang berpegang teguh pada stabilitas ekonomi global, termasuk uang fiat. Oleh karena itu, USDC dimonitor secara lebih ketat, diaudit secara rutin, pemeliharaan jaringannya lebih diperhatikan, dan transparansi nilai cadangannya sangat diawasi.
Untuk penggunaan, baik USDT maupun USDC sudah kompatibel dengan jaringan crypto berbasis Ethereum ERC-20. Keduanya juga kompatibel untuk transaksi digital wallet dengan beberapa koin lain seperti Algorand, Stellar, Binance, Tron, Solana, dan banyak lainnya.
Mana yang Lebih Baik, USDT atau USDC?
Ada beberapa indikator untuk membandingkan kedua stablecoin terpopuler ini. Untuk mengetahui perbandingan popularitas dan stabilitasnya, coba kita runut beberapa poin perbedaan USDT dengan USDC berikut:
- Waktu peluncuran: USDT diluncurkan pada 2014, sementara USDC baru meluncur pada 2018.
- Pencipta: USDT diciptakan oleh Tether Limited, sementara USD diciptakan oleh kerja sama Coinbase dan Centre.
- Kapitalisasi Pasar: Market cap USDT telah mencapai 66.9 miliar dolar AS, sementara USDC di angka 53.8 miliar dolar AS.
- Likuiditas: Dengan market cap lebih besar, USDT tergolong lebih likuid dari USDC.
- Jaringan: USDT mendukung jaringan Bitcoin, Ethereum, EOS, Tron, Algorand, SLP, dan OMG, sementara USDC mendukung Ethereum, Algorand, Tron, dan Solana.
- Frekuensi Audit: USDT tidak diaudit secara teratur, sementara USDC diaudit secara bulanan.
Dengan market cap dan likuiditasnya yang lebih besar, USDT terkenal lebih unggul untuk keperluan trading dan transaksi pembayaran crypto. Akan tetapi, dalam hal keamanan jaringan dan dukungan pemeliharaan serta audit, USDC jelas lebih baik karena belajar dari beberapa kekurangan stablecoin terdahulu, termasuk USDT. USDC juga terkenal lebih transparan dalam hal penggunaan dan nilai cadangannya.
Baca juga: 10 Kiat Aman Jual Beli Crypto untuk Pemula
Untuk urusan keamanan dan transparansi, USDT pernah mendapatkan teguran dari beberapa pihak, termasuk otoritas perdagangan digital di AS karena jarang melakukan pengumuman audit dan informasi nilai cadangannya. Hal ini tentu berbeda dengan USDC yang melakukan pelaporan secara teratur, baik kepada regulator keuangan fiat, para pengguna, maupun organisasi-organisasi pengawas transaksi crypto. Meski begitu, makin ke sini USDT mulai berbenah dan menampung banyak masukan dari penggunanya sendiri, serta mulai melakukan audit berkala meskipun dianggap belum memuaskan semua pihak.
Kesimpulan
Nah, dengan penggambaran seperti di atas, semuanya kembali kepada preferensi Anda pribadi. Jika fokus pada trading maupun investasi crypto Anda, maka USDT jelas lebih unggul dan cocok karena memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang lebih baik daripada USDC.
Akan tetapi, jika Anda menginginkan stablecoin yang lebih aman dan terpantau, maka USDC sudah dibekali dengan fitur-fitur keamanan dan pemeliharaan serta audit rutin yang mungkin membuat Anda lebih tenang dalam bertransaksi.
Meski kedua stablecoin ini cocok untuk berbagai kebutuhan dasar dalam trading dan investasi crypto, ada baiknya Anda mempelajari lebih mendalam tentang keduanya, terutama jika Anda hendak melakukan deposit dana dalam jumlah besar. Ingat, hanya gunakan dana santai Anda untuk melakukan transaksi crypto, dan teruslah berpegang pada prinsip kehati-hatian. Semoga pembahasan tentang perbedaan USDT dan USDC ini dapat membantu Anda dalam memahami seluk-beluk dunia crypto dengan lebih baik lagi.