Dalam terminologi keuangan, utang dibedakan menjadi utang produktif dan utang konsumtif. Ketahui perbedaannya agar lebih baik mengatur keuangan.
Banyak orang beranggapan bahwa cara mengatur uang yang paling baik adalah dengan menghindari utang. Hindari utang sejauh mungkin agar hidup Anda tenang. Anggapan itu sebenarnya tidak salah. Namun perlu kita ingat, banyak hal yang susah dibeli bila tidak lewat utang atau kredit. Misalnya rumah atau mobil.
Dalam terminologi keuangan, utang dibedakan menjadi dua yakni utang produktif dan utang konsumtif. Utang produktif adalah pinjaman untuk mendapatkan barang-barang yang nilainya bisa bertambah atau membantu produktivitas kita. Contoh utang yang tergolong produktif misalnya, utang untuk membeli laptop yang digunakan untuk bekerja. Contoh lain, utang untuk membeli properti untuk kemudian disewakan.
Sementara utang konsumtif adalah pinjaman untuk membeli barang-barang yang nilainya akan turun alias terdepresiasi. Utang jenis ini yang harus dihindari. Ingin tahu lebih jauh perbedaan utang produktif dan konsumtif? Simak penjelasan berikut.
Utang Produktif adalah Utang yang Baik
Utang produktif bekerja layaknya pepatah lama, "dibutuhkan uang untuk menghasilkan uang." Jika utang yang Anda ambil membantu Anda menghasilkan pendapatan dan meningkatkan kekayaan bersih Anda, utang itu bisa termasuk kategori utang produktif. Dengan begitu bisa dibilang utang produktif adalah utang yang baik.
Satu hal penting yang patut diperhatikan terkait utang produktif adalah peningkatan jumlah aset. Setelah mengambil utang, aset Anda seharusnya bertambah atau mendukung pertumbuhan bisnis Anda. Contoh gampangnya adalah ketika Anda membeli properti untuk dijadikan kantor. Selain harga properti selalu naik, adanya kantor baru juga mendorong usaha untuk bertumbuh.
Contoh lain adalah utang untuk membayar biaya pendidikan. Umumnya, pendidikan akan memberi seseorang peluang untuk memperlancar karir. Semakin bagus kualitas pendidikan kita, semakin besar pula peluang untuk mendapat pekerjaan dengan gaji yang tinggi. Dengan begitu, utang untuk biaya pendidikan akan membantu Anda menambah aset sehingga bisa digolongkan sebagai utang produktif.
Sebaliknya, Utang Konsumtif adalah Utang yang Buruk
Bila utang produktif membuka peluang untuk menambah aset, utang konsumtif bekerja sebaliknya. Suatu kredit dikatakan utang konsumtif bila nilai barang itu terdepresiasi. Jadi bisa disimpulkan bahwa utang konsumtif adalah utang yang buruk.
Contoh paling gampang dari utang konsumtif adalah utang kartu kredit untuk membeli baju. Bila baju itu dipakai untuk bekerja, masih bisa dibenarkan, karena mendukung aktivitas Anda untuk menambah aset. Namun bila baju yang Anda beli adalah pakaian untuk hang out, membayarnya dengan kartu kredit, artinya termasuk utang konsumtif.
Cara Bijak Mengurangi Utang Konsumtif
Tentu tak ada orang yang ingin terjerat ke dalam utang konsumtif. Apalagi jika untuk membayar utang ini, Anda harus menggunakan porsi besar dari penghasilan Anda tiap bulan. Berbeda dengan orang yang punya utang produktif, mereka punya penghasilan tambahan untuk membayar angsuran utang yang tersisa.
Sebenarnya sah-sah saja memiliki utang konsumtif. Membatasi utang konsumtif bukan berarti Anda tidak boleh berbelanja dengan kartu kredit. Hanya saja, hitung lagi, apakah belanjaan Anda sudah masuk anggaran bulan ini? Apakah tagihan utang Anda tidak lebih dari 30 persen penghasilan bulanan? Yang perlu Anda ingat, selalu bayar lunas tagihan kartu kredit bulanan Anda agar tidak terjerat bunga utang.
Nah, sekarang Anda sudah mengerti perbedaan antara utang konsumtif dan utang kredit. Bijaklah mengambil utang produktif dan utang konsumtif dengan menimbang antara kebutuhan dan keinginan. Hanya Anda yang mampu mengukur skala prioritas pengeluaran Anda pendapatan, itu akan berubah menjadi sesuatu yang produktif.
- Menghindari Tanda Bahaya Keuangan
- Berbicara soal utang, tentu tak lepas dari manajemen keuangan. Jika tanda berikut ini Anda temukan dalam keseharian Anda mengatur keuangan, artinya Anda berada dalam fase bahaya keuangan. Berikut di antaranya:
- Pembayaran tagihan sering terlambat
- Tidak tahu jumlah persis utang saat ini
- Total utang terus meningkat dari tahun ke tahun
- Kurangnya perencanaan dan penetapan tujuan jangka pendek dan panjang
- Sering menggunakan berbagai macam kredit untuk mempertahankan gaya hidup
- Kredit dianggap sebagai uang tambahan, bukan utang
- Tidak mampu mengatakan "TIDAK" kepada permintaan pasangan, anak-anak, dan orang lain
- Komunikasi yang buruk dengan anggota keluarga tentang masalah keuangan
- Menambah utang baru untuk membayar utang lama (konsolidasi)
- Penghasilan tidak teratur; pengurangan pendapatan
- Pembelian impulsif dan tidak direncanakan
- Tidak ada penyisihan atau dana darurat pengeluaran tidak teratur seperti liburan, asuransi, perbaikan aset yang rusak, perawatan rumah, hadiah liburan, biaya pengobatan dan sebagainya.
Jika ada tanda-tanda bahaya tersebut di atas hadir dalam situasi finansial Anda, mintalah saran dari seseorang yang telah berpengalaman untuk membantu menyelesaikannya. Tak ada salahnya untuk meminta bantuan professional seperti financial advisor untuk menghentikan kebiasaan Anda dalam berhutang dan memperbaiki manajemen keuangan.