Kendala pasokan yang memaksa perusahaan menahan pembelian di tengah inflasi produsen membuat pesanan mesin Jepang anjlok dan semakin menekan Yen terhadap Dolar AS.
Mata uang Yen melemah setelah Biro Statistik Jepang merilis data Machinery Orders (pesanan mesin) bulan Mei pada hari Senin (11/Juli). Data tersebut merosot dari 10.8 persen ke -5.6 persen dalam basis bulanan, lebih buruk daripada konsensus penurunan di -5.5 persen.
Outlook perekonomian Jepang ke depan menjadi semakin suram mengingat data pesanan mesin selama ini sering digunakan sebagai indikator awal untuk mengukur trend belanja modal. Apabila data pesanan mesin merosot, sektor bisnis dan investasi dianggap melambat dan akan berpengaruh terhadap data GDP selama dua hingga tiga kuartal mendatang.
Menurut kantor kabinet Jepang, kemerosotan data pesanan mesin Jepang bulan Mei tidak lepas dari tekanan yang sedang dihadapi oleh pelaku industri. Pesanan mesin dari pabrikan terlihat merosot 9.8 persen karena dibebani oleh kenaikan biaya listrik, sementara pesanan mesin dari sektor non-manufaktur tergelincir hingga 4.1 persen akibat penurunan pesanan sub-sektor transportasi di tengah kenaikan harga bahan bakar dunia.
Para pengusaha Jepang ditengarai sengaja menahan pembelian menyusul kendala pasokan bahan baku yang membuat terganggunya produksi. Di samping itu, lonjakan inflasi produsen telah menekan permintaan sehingga mereka harus menyesuaikan produksi.
"Sebenarnya sektor bisnis Jepang bertekad untuk berinvestasi lebih besar, namun fakta yang terjadi malahan belanja modal mereka tidak meningkat berdasarkan perhitungan GDP," kata Takumi Tsunoda, ekonom senior Shinkin Central Bank Research Institute. Lebih jauh, Tsunoda menambahkan bahwa penyebab utama dibalik meredupnya pesanan disebabkan oleh kendala pasokan semi-konduktor (chip).
Sentimen Risk-Off Untungkan Dolar, Yen Keok
Pasca rilis data pesanan mesin Jepang yang mengecewakan, pair USD/JPY menguat 0.73 persen pada kisaran 137.03. Reli Dolar AS yang begitu impresif disebabkan oleh sentimen risk-off di tengah kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi global. Kendati sama-sama menyandang status mata uang safe haven, Dolar AS lebih diburu karena imbal hasil yang lebih menarik ketimbang Yen Jepang.