Jangka Pendek

Jadi, pending order itu sebenernya berguna buat kita para trader yang pengin buka posisi tapi masih nungguin harga yang kita inginkan. Jadi misalnya harga GBP/USD sekarang tuh 1.4000, tapi kita pengin buka posisi buy di harga 1.4050. Nah, kita bisa pasang pending order di 1.4050 itu, dan nanti kalau harga GBP/USD udah nyentuh 1.4050, maka posisi kita bakal terbuka otomatis.

Biasanya sih pending order dipake sama trader-trader yang punya strategi tertentu, atau lagi nggak bisa nonton chart terus-terusan buat masukin order manual. Tapi tetep aja, kudu hati-hati pasang pending order ya, jangan sampai asal pasang. Kalo misalnya kita pasang pending order di level yang nggak tepat, bisa-bisa kita justru kena stop loss duluan.

Oh iya, tentang pending order di MRG Mega Berjangka, ada batasan selisih harga antara harga market sama harga yang kita mau pasang. Yaitu sebesar 15 poin. Jadi misalnya harga GBP/USD sekarang di 1.4000, kalo kita pengin pasang pending order buy di 1.4020, ya nggak bisa, soalnya selisihnya udah 20 poin.

Nah, tentang apakah pending order 15 poin itu bakal membatasi trading kita, tergantung aja sih. Kalo kita sering banget pake pending order di hadapkan ama selisih poin yang tipis-tipis seperti 15 poin, ya bakal sedikit terbatas lah. Tapi kalo misalnya kita nggak terlalu sering pake pending order atau selisihnya juga nggak terlalu tipis, ya nggak akan terlalu terasa batasannya.

Manfaat lain dari pending order itu sendiri adlah untuk ngehindari requote.. Hal ini terjadi karena dengan menggunakan pending order, trader tidak perlu mengeksekusi order secara langsung pada saat itu juga. Sebagai gantinya, trader dapat mengatur level harga tertentu di mana mereka ingin membeli atau menjual, dan platform trading akan mengeksekusi order tersebut secara otomatis ketika harga mencapai level yang ditetapkan.

Dengan cara ini, trader dapat menghindari kesulitan dalam mengeksekusi order pada saat pasar bergerak cepat dan volatil, yang dapat menyebabkan terjadinya requote. Sebagai contoh, jika trader ingin membeli pasangan mata uang EUR/USD pada harga 1.2000, tetapi harga naik dengan cepat dan melampaui level tersebut, maka broker dapat memberikan requote kepada trader dengan harga yang lebih tinggi. Namun, dengan menggunakan pending order, trader dapat memasang order pada harga yang diinginkan, dan platform trading akan mengeksekusinya secara otomatis ketika harga mencapai level yang ditetapkan, sehingga menghindari terjadinya requote.

Iya betul bro! Scalping sama day trading itu termasuk strategi jangka pendek, tapi beda durasi dimana Scalping tuh strategi di mana lo buka dan tutup posisi dalam waktu super cepat, dalam hitungan detik atau beberapa menit aja sedangkan day trading buka dan tutup posisi dalam satu hari perdagangan.

Dikarenakan 2 2 nya adalah trading jangka pendek maka kondisi trading yang penting buat scalper dan day trader hampir sama. Lo harus perhatiin likuiditas pasar yang cukup, volatilitas yang memadai, spread yang rendah, eksekusi yang cepat, dan akses ke alat analisis dan grafik yang bagus. Kedua strategi ini bergantung pada pergerakan harga yang cepat, jadi eksekusi yang cepat dan spread yang rendah penting banget.

Kalo soal gabungin scalping sama day trading, bisa aja dilakuin. Banyak trader yang kombinasikan dua strategi ini dengan ngatur kerangka waktu dan metode yang mereka pake. Misalnya, lo bisa jadi scalper yang juga lihat peluang day trading di kerangka waktu yang lebih tinggi, kayak empat jam atau harian.

Tentang spread 0 pips yang ditawarin broker kayak Finex sama Asiapro, dimana spread 0 pips, itu ga selalu berarti spreadnya selalu 0 pips terus karena pipsnya bisa mengembang tiap saat.

Ga setuju klu kondisi trading yang dicari sama. Sebenarnya, scalping dan day trading memiliki pendekatan yang berbeda dalam mencari peluang trading. Scalper fokus pada pergerakan harga yang sangat kecil dan seringkali masuk dan keluar dari pasar dengan cepat, sedangkan day trader melihat pergerakan harga yang lebih besar dalam satu hari perdagangan. Oleh karena itu, mereka mungkin mencari kondisi trading yang berbeda.

Bisa aja, day trader membuka posisi dengan size lot lebih besar, tetapi hanya 1-2 kali trading. Maka mungkin mereka akan mencari komisi trading yang lebih kecil tanpa memperhatikan spread. Bagi mereka, spread 2-3 pips bisa saja tidak maslaah karena bahwasanya, day trader bisa mengambil keuntungan berpuluh2 pips. Jadi ini balik ke preferensi trader masing2. Ada yang punya pendapat lain?

Menurut gue sendiri, trader jangka panjang gak terlalu perlu banget sih pakai Autochartist atau alat analisis teknikal. Justru yg jadi fokus mereka adalah analisis fundamental, tren jangka panjang, dan faktor-faktor besar yang ngaruhin pasar.

Biasanya nih, Autochartist lebih populer di kalangan trader jangka pendek atau scalper. Mereka nyari peluang cepat di waktu yang lebih pendek gitu. Alat-alat ini kebanyakan ngebantu identifikasi pola chart dan kasih sinyal trading yang cocok buat time frame harian atau yang lebih kecil lagi. Secara teknis, autocharist berikan gambaran melalaui analisa teknikal gitu.

Emang bukan berarti Autochartist gak berguna buat trader jangka panjang sama sekali. Ada trader jangka panjang yg tetep pake alat kayak gitu buat monitor perubahan tren yang besar atau level support dan resistance yang penting di time frame yg lebih tinggi, misalnya mingguan atau bulanan. Tapi sekali lagi, trading jangka panjang tanpa autocharist itu sngt2 mngkn bsa dilakukan!