GBP/USD terus merosot, tetapi analis memperkirakan akan rebound Oktober nanti saat program stimulus The Fed berakhir, dimana kenaikan suku bunga The Fed direncanakan beberapa bulan setelahnya. Ketidak-pastian menjelang kenaikan suku bunga akan cenderung berdampak negatif pada USD.
Pada pidatonya minggu lalu ketua The Fed Janet Yellen mengatakan bahwa meskipun data terakhir tingkat pengangguran menunjukkan perbaikan (6.2%) dibandingkan sebelum bulan Juni, tetapi kapasitas perekonomian secara keseluruhan belum terisi penuh, yang artinya masih diharapkan naiknya jumlah tenaga kerja pada bulan-bulan mendatang. Dari pernyataan Yellen tersebut analis memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed akan terjadi sekitar pertengahan tahun depan seiring dengan lebih membaiknya pasar tenaga kerja dan kemungkinan naiknya tingkat inflasi.
Yellen perlu data fundamental yang valid untuk memperkuat keputusannya. Kenaikan suku bunga yang terlalu dini akan menyebabkan turunnya pengeluaran konsumen dan berkurangnya investasi. Hal ini tentu akan mengganggu proses recovery ekonomi yang sedang berjalan. Sebaliknya jika ditunda akan menyebabkan resiko akibat naiknya tingkat inflasi.
Dari Inggris, data inflasi yang cenderung lemah menyebabkan kecilnya kemungkinan kenaikan suku bunga yang dipercepat. Data CPI y/y yang dirilis 19 Agustus lalu naik 1.6%, perkiraan naik 1.8% dan data sebelumnya naik 1.9%. Bank of England (BoE) juga memerlukan data fundamental yang valid untuk mulai menaikkan suku bunganya, tetapi analis memperkirakan BoE akan lebih dulu menaikkan suku bunganya daripada The Fed.
Pada meeting-nya 7 Agustus lalu, 2 dari 9 anggota Monetary Policy Committee (MPC) telah memilih opsi kenaikan suku bunga, sementara 7 anggota lainnya memilih suku bunga tetap 0.5%. Perbedaan pendapat dalam menentukan suku bunga tersebut jarang terjadi dan yang pertama kali sejak tahun 2011. Analis memperkirakan kenaikan suku bunga BoE mungkin terjadi sekitar akhir tahun ini. Namun seperti halnya The Fed, kenaikan akan dilakukan secara bertahap dan terbatas.
Salah satu yang menjadi fokus BoE adalah kenaikan upah. Tingkat kenaikan upah yang diukur dengan indeks upah rata-rata per 3 bulan (Average Earnings Index 3m/y) untuk bulan Juni turun dari sebelumya +0.4% ke -0.2%. Angka ini dibawah tingkat inflasi sehingga akan membebani konsumen. Solusinya adalah dengan meningkatkan output produksi sektor manufaktur dan industri. Naiknya produktivitas diharapkan akan bisa memicu kenaikan upah. Indikator ini tentu sangat dipertimbangkan BoE sebelum memutuskan untuk menaikkan suku bunga.
Isu kenaikan suku bunga The Fed dan melemahnya data fundamental Inggris telah menyebabkan GBP/USD terus merosot selama 5 minggu berturut-turut, tetapi analis memperkirakan pasangan ini akan rebound pada bulan Oktober nanti. Ketika program tapering The Fed berakhir Oktober nanti, sulit diperkirakan apa yang akan terjadi pada pasar saham AS. Kenaikan suku bunga The Fed direncanakan beberapa bulan setelah berakhirnya program stimulus, dan ketidak-pastian menjelang kenaikan suku bunga akan cenderung berdampak negatif pada USD sementara perbaikan tingkat upah di Inggris diperkirakan telah membuahkan hasil.
Secara teknikal, GBP/USD sedang bergerak ke level support 1.6466 (S1). Level ini terakhir diuji Maret lalu dan gagal ditembus, demikian juga S2 (1.6290) yang telah 2 kali diuji dan gagal ditembus. Sementara itu indikator RSI sedang berada pada area oversold yang menunjukkan kemungkinan terjadinya koreksi uptrend.
Sumber : www.forexcrunch.com