Penurunan inflasi yang terus-menerus di kawasan Euro menunjukkan perekonomian kawasan sedang mengalami deflasi, seperti yang terjadi di Jepang selama kurun waktu tahun 1990-an hingga 2000-an. Kebijakan stimulus yang telah dilakukan BoJ telah menyelamatkan perekonomian Jepang dari akibat deflasi hebat yang baru pertama kali terjadi di negara matahari terbit itu. Apakah hal seperti itu juga akan dilakukan ECB?
Inflasi rendah terus menghantam kawasan Euro. Dari data terakhir bulan Desember 2013 yang dirilis tanggal 16 Januari lalu CPI total year over year (y/y) hanya naik 0.8%, terendah dalam 7 bulan, sementara CPI inti y/y yang tidak termasuk harga makanan, bahan bakar, alkohol dan tembakau hanya naik 0.7%, juga terendah dalam 7 bulan. Selama 7 bulan baik CPI total maupun CPI inti terus merosot. CPI total bulan Juni 2013 masih naik 1.6% sementara CPI inti naik 1.2%. Angka CPI akhir tahun lalu tersebut adalah yang terendah sejak deklarasi kawasan Euro. CPI total y/y Jerman sebagai lokomotif perekonomian kawasan hanya naik 1.2% per Desember tahun lalu.
Penurunan inflasi yang terus-menerus tersebut menunjukkan perekonomian kawasan yang terdiri dari 17 negara ini sedang mengalami deflasi, seperti yang terjadi di Jepang selama kurun waktu tahun 1990-an hingga 2000-an. Keadaan ini ditandai dengan harga-harga konsumen yang cenderung terus merosot dan menyebabkan penjual retail berlomba-lomba memasang discount harga pada produk-produk yang diperdagangkan agar bisa tetap kompetitif.
Akibatnya pendapatan retailer berkurang yang akhirnya juga pada produsen. Output sektor manufaktur dan industri akan berkurang, dan sementara pengeluaran konsumen akan meningkat (karena harga-harga yang murah), namun jumlah pengangguran juga akan bertambah, yang bisa makin memperburuk perekonomian kawasan. Tingkat pengangguran di kawasan Euro per Nopember 2013 berada pada level 12.1% (dirilis 8 Januari lalu) dan adalah yang tertinggi diantara negara-negara mata uang utama.
Seperti bank sentral yang lain, European Central Bank (ECB) menargetkan inflasi tahunan (y/y) sebesar 2.0%. Kawasan Euro adalah yang paling jauh dari targetnya sendiri dibandingkan dengan negara-negara mata uang utama lainnya, bahkan dengan Jepang yang telah mengalami deflasi hebat sebelumnya. Berikut perbandingan inflasi tahunan 4 negara mata uang utama dunia. Jepang sudah jauh lebih baik sedang kawasan Euro makin merosot.
Kebijakan stimulus yang telah dilakukan Bank of Japan (BoJ) telah menyelamatkan perekonomian Jepang dari akibat deflasi hebat yang baru pertama kali terjadi di negara matahari terbit itu. Apakah hal seperti itu juga akan dilakukan ECB? Awal Nopember tahun lalu Mario Draghi dan kawan-kawan telah mengejutkan pasar dengan memotong suku bunga sebesar 0.25% setelah inflasi kawasan turun dibawah angka 1.0%. Baik tingkat inflasi maupun suku bunga tersebut adalah yang pertama kali terjadi sejak berdirinya kawasan Euro.
Analis berpendapat bahwa angka inflasi terakhir itu sudah cukup rendah bagi ECB untuk bertindak, tetapi belum cukup rendah untuk melakukan pemotongan suku bunga berikutnya. ECB belum terlihat agresif dalam bertindak seperti bank sentral negara lain yang begitu agresif ketika berhadapan dengan keadaan yang mengancam ekonomi negara. Mungkin Draghi terlalu hati-hati dan cenderung lambat, tetapi saat ini ECB mesti bertindak. Boleh jadi gaya Jepang memerangi deflasi cepat atau lambat akan dilakukan juga oleh Draghi dan kawan-kawan sebelum deflasi makin membahayakan.
Sumber : qz.com : The euro zone’s flirtation with deflation may force the ECB to act, by: Jason Karaian