Banyak orang memiliki sentimen negatif terhadap penawaran asuransi padahal produk keuangan ini menguntungkan bila difungsikan dengan tepat.
Salah satu cara melindungi manajemen keuangan Anda dan keluarga adalah dengan memiliki asuransi. Asuransi berfungsi sebagai proteksi bila terjadi skenario terburuk yang mengganggu stabilitas finansial Anda. Membeli asuransi sama halnya menyiapkan payung sebelum turun hujan.
Namun sayangnya, banyak orang memiliki sentimen negatif terhadap penawaran asuransi. Alasannya produk asuransi seringkali ditawarkan dengan agak memaksa. Selain itu, banyak nasabah merasa tidak mendapat keuntungan sesuai dengan yang dijanjikan. Benarkah beli asuransi selalu merugikan?
Inbizia menghubungi Andy Widianto, konsultan asuransi sekaligus founder Agojas Prime Consultant Agency, untuk menanyakan hal ini. Menurutnya wajar bila nasabah punya sentimen negatif terhadap penawaran asuransi. Sebab selama ini yang menawarkan asuransi sering menggunakan pendekatan yang kurang tepat. Hal ini turut mengurangi minat masyarakat pada produk asuransi.
“Sebenarnya bukan produk asuransinya yang salah, tapi yang menawarkan. Karena pendekatan yang kurang tepat, baru sedikit sekali orang Indonesia yang punya asuransi,” jelasnya saat ditemui pada Selasa (19/12).
Menurut Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, baru 25.24 persen penduduk Indonesia yang memiliki asuransi jiwa pada 2017. Kenapa sebagian nasabah merasa rugi setelah membeli asuransi? Berikut penjelasannya:
1. Miskomunikasi antara Agen dan Nasabah
Agen asuransi bertugas menjelaskan kepada nasabah terkait produk. Namun sayangnya sering terjadi miskomunikasi dalam proses transfer informasi produk. Menurut Andy, salah satu alasannya adalah karena agen itu sendiri kurang memahami tentang produk yang ia tawarkan. Bila agen saja tidak sepenuhnya paham, apalagi nasabahnya?
“Nah seringnya product knowledge agen belum tentu 100 persen. Kalau agen cuma paham 50 persen misalnya, enggak mungkin nasabah jadi paham 50 persen juga. Bisa jadi paham cuma 25 persen atau kurang,” tutur Andy.
Karena kurangnya product knowledge dari agen, nasabah kerap membeli produk asuransi kurang tepat. Polis tidak dijelaskan dengan detail, padahal sangat penting dijelaskan kepada nasabah. Miskomunikasi antara agen dan nasabah seringkali menjadi masalah di kemudian hari.
2. Nasabah Tidak Paham Risiko Produk
Sebagian nasabah langsung membeli produk asuransi begitu dijelaskan peluang keuntungan atau manfaat yang akan didapatkan. Padahal selain keuntungan, ada pula risiko yang harus ditanggung. Nah, nasabah juga harus bertanya detail pada agen yang menawarkan produk. Mulai dari risiko, biaya-biaya tambahan, hingga tanggal jatuh tempo, pastikan Anda memahami dengan jelas sebelum memutuskan membeli asuransi.
Misalnya saat membeli asuransi jiwa unit link, nasabah harus memahami bahwa risiko investasi dibebankan pada nasabah. Ada pula biaya akuisisi yang ditanggung nasabah pada lima tahun pertama. Nasabah harus mengerti semua detail pada polis agar tidak merasa dirugikan.
3. Beda Orientasi Antara Nasabah dan Agen
Nasabah tentu mencari produk asuransi berdasarkan manfaat. Sedangkan sebagian agen asuransi kadang terlalu berorientasi pada profit. Alhasil, nasabah ditawari produk yang tidak sesuai dengan kebutuhannya.
“Karena mengutamakan profit, agen menawarkan produk di luar kebutuhan nasabah. Misalnya nasabah ditawari produk unit link, padahal ia lebih butuh asuransi kesehatan murni. Karena digabung dengan investasi, plafon utuk kesehatan malah kecil. Akhirnya asuransi kesehatannya enggak maksimal,” papar Andy.
4. Biaya Membina Agen Cukup Besar
Anda mungkin merasa premi asuransi relatif mahal. Namun sebenarnya produk asuransi tidak semahal itu. Dari premi yang Anda bayarkan, ada yang dialokasikan untuk biaya pembinaan agen dan jumlahnya tidak kecil. Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Rhenald Khasali, sekitar 70 persen premi asuransi diberikan untuk membina para agen, termasuk untuk komisi, bonus, dan reward lainnya.
“Oleh karena itu saya sering menyarankan nasabah untuk membeli polis langsung dari perusahaan, bukan agen. Selain agar nasabah lebih paham product knowledge, mereka juga bisa berhemat banyak,” tambah Andy.
Besarnya biaya pembinaan agen ini tentu membebani nasabah dan membuat asuransi terkesan mahal. Padahal banyak produk asuransi yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Jadi, sebelum memutuskan membeli polis asuransi lewat agen, sebaiknya tanyakan secara mendetail kelebihan dan kekurangan produk itu. Jangan hanya berpatok pada satu produk, tanyakan pula produk-produk lain. Perlu Anda ingat asuransi pada dasarnya adalah proteksi, bukan investasi. Asuransi akan memberi manfaat maksimal bila digunakan sesuai fungsinya.
Artikel ini merupakan kerja sama Inbizia dengan Agojas Prime Consultant Agency, Surabaya. Bila Anda ingin berdiskusi tentang produk asuransi yang ingin dibeli atau membedah polis asuransi yang sudah Anda miliki, silahkan meninggalkan komentar dan pertanyaan di kolom bawah ini. Anda juga bisa mengirim email ke smarteams.international@gmail.com