Yen Jepang turun setelah tidak ada perubahan dari BoJ, fokusnya bergeser ke inflasi PCE As, 16 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CAD melemah mendekati 1.3650 karena harga minyak mentah yang lebih tinggi, PCE AS dipantau, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Inflasi PCE inti As akan tunjukkan tekanan harga kuat karena pasar tunda prediksi penurunan suku bunga the Fed, 16 jam lalu, #Forex Fundamental   |   EUR/USD siperdagangkan dengan bias negatif, di atas level 1.0700 karena para pedagang menunggu indeks harga PCE AS, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) akan membagikan dividen senilai Rp2.5 miliar dari laba tahun buku 2023, 1 hari, #Saham Indonesia   |   PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalami penurunan kinerja keuangan pada kuartal I/2024, pendapatannya berkurang 10.49% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 1 hari, #Saham Indonesia   |   Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -4.20%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -2.90%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) -2.60%, 1 hari, #Saham Indonesia   |   Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.49% ke 7,120, 1 hari, #Saham Indonesia

3 Hal Ini Dapat Tunda Kenaikan Suku Bunga AS September 2015

Nadia 18 Aug 2015
Dibaca Normal 4 Menit
forex > analisa >   #suku-bunga   #bunga
Federal Reserve AS diekspektasikan akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya bulan September. Namun, indikator-indikator ini dapat membuat mereka bimbang untuk menciptakan kenaikan lagi pada bulan berikutnya. Apa sajakah faktor-faktor tersebut?

Federal Reserve AS diekspektasikan akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya bulan September mendatang. Apabila terwujud, hal itu akan menjadi kenaikan suku bunga yang pertama kalinya dalam kurun waktu hampir satu dekade. Kebijakan menaikkan suku bunga ini merupakan sebuah sinyal bahwa perekonomian AS kian sehat. CNN Money bahkan menuliskan bahwa sebagian besar ekonom memprediksi kenaikan suku bunga akan terjadi pada tanggal 17 September mendatang.

dolar_as

Terlepas dari proyeksi tersebut, masih ada sebagian pihak yang menyuarakan kontra. Salah satunya adalah Goldman Sachs, yang pada bulan Juni lalu mengumumkan "keyakinannya" bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya hingga Desember. Ada tiga hal pokok, menurut Goldman Sachs, yang dapat dipertimbangkan sebagai faktor yang berpotensi menunda kenaikan suku bunga (liftoff).

Pun apabila The Fed benar-benar menaikkan suku bunganya September esok, indikator-indikator ini akan membuat mereka bimbang untuk menciptakan kenaikan lagi pada bulan berikutnya. Apa sajakah faktor-faktor tersebut?

1. Pertumbuhan Upah Buruk

Dua laporan terakhir tentang pertumbuhan upah AS terbilang sedang-sedang saja. Rata-rata pendapatan perjam hanya naik 2.1 persen secara anual di bulan Juli, cukup jauh di bawah target The Fed 3.5 persen. Pengukuran lain, yakni Indeks Employment Cost (ECI), diketahui sangat lemah pada bulan Juli.

Upah adalah indikator yang penting untuk diperhatikan karena cukup berpengaruh pada inflasi. Nihilnya pertumbuhan upah adalah sinyal peringatan bagi inflasi, demikian yang selalu diperdebatkan oleh para ahli.

"Kurangnya pertumbuhan upah akan membuat para pembuat kebijakan (The Fed) berhenti (bersentimen hawkish)," tutur Lynn Reaser, seorang ekonom di Point Loma Nazarene University di California, yang diwawancarai oleh CNN Money.

Kendati anggota komite telah menyatakan bahwa mereka tidak perlu melihat pertumbuhan upah sebelum menaikkan suku bunga, tetapi sesungguhnya, mereka mengharapkan ada kenaikan. Laporan tentang upah AS berikutnya akan dilaporkan pada tanggal 4 September 2015.

2. Jebloknya Harga Minyak

Harga minyak kembali melorot mendekati poin terendahnya tahun ini. Rata-rata harga satu barel minyak mentah bahwakan sempat mencapai $43.87, sementara level rendah harga minyak tahun ini adalah $42.43. Harga minyak yang terlalu rendah, sejatinya adalah bencana bagi perekonomian.

Untuk Amerika Serikat, harga minyak yang "tiarap" seperti saat ini, menahan kenaikan inflasi yang didambakan oleh The Fed. Pengukuran inflasi AS sendiri pada Juni lalu flat saja jika dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya. Penyebab sulitnya upaya untuk mengerek inflasi adalah rendahnya harga bensin, yang pada bulan itu, tercatat turun sebanyak 23 persen.

Sam Bullard, ekonom senior Well Fargo, yakin bahwa The Fed tetap akan menaikkan suku bunganya bulan September mendatang. "Apabila The Fed tidak melakukan (kenaikan suku bunga), itu artinya, The Fed telah lebih tergantung pada pasar dan pada (faktor-faktor) internasional." katanya.

3. Suramnya Ekonomi Global

Perlu diingat, The Fed memang bank sentral Amerika, namun, segala tindak-tanduknya akan memberikan efek secara langsung maupun tak langsung bagi perekonomian global. Dewasa ini, segala hal terkait ekonomi di luar AS, sedang tak bagus.


Salah satunya adalah China. Negara ekonomi terbesar kedua setelah AS itu belakangan ini terus membuat kebijakan-kebijakan "hiperbola" di tengah perlambatan ekonomi yang sedang melanda. Setelah suspensi di pasar saham, China kembali menggebrak pasar finansial dengan mendevaluasi nilai tukar Yuan hingga tiga kali dalam sepekan kemarin. Alasannya, China ingin menggenjot sektor ekspor. Inilah yang dikhawatirkan oleh pasar dan tentunya akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menaikkan suku bunga. Mengapa?

Karena, menurut Craig Erlam, analis senior Oanda, ada kemungkinan bank sentral-bank sentral lain negara maju lainnya akan meniru langkah China demi mencapai tujuan yang sama. Jika sudah demikian, perusahaan-perusahaan AS-lah yang akan menanggung akibat buruknya karena Dolar akan terlalu kuat. Terlalu kuatnya Dolar AS menimbulkan dampak yang buruk bagi ekspor, sulitnya menaikkan inflasi, dan tumbangnya harga komoditas. Janet Yellen dan rekan-rekannya di The Fed tak bisa menganggap remeh kemungkinan ini.

Selain masalah China, perekonomian negara-negara berkembang saat ini sedang tersendat oleh kuatnya Dolar AS. Eropa pun masih belum luput dari krisis utang Yunani yang masih saja gali lubang tutup lubang demi menghindari kebangkrutan.

Laporan Ekonomi AS Yang Patut Diperhatikan Agustus-September 2015

Kebimbangan The Fed sedianya akan terjawab pada tanggal 27 Agustus nanti, yakni saat estimasi pertumbuhan ekonomi AS yang kedua, untuk periode April Juni akan dirilis. Tak dipungkiri, pertumbuhan tenaga kerja AS memang sudah prima tapi belum luar biasa. The Fed masih harus menunggu laporan ketenagakerjaan berikutnya pada tanggal 4 September mendatang. Menyusul kemdian laporan mengenai inflasi (CPI) AS yang juga akan menjadi fokus pasar pada tanggal 19 Agustus dan tanggal 16 September. Tanggal 16 September adalah tanggal rapat FOMC akan dilaksanakan, dimana keputusan apakah suku bunga AS akan dinaikkan atau tidak, akan diketuk saat itu.

Terkait Lainnya
Kategori Terkait
 
Yen Jepang turun setelah tidak ada perubahan dari BoJ, fokusnya bergeser ke inflasi PCE As, 16 jam lalu, #Forex Fundamental

USD/CAD melemah mendekati 1.3650 karena harga minyak mentah yang lebih tinggi, PCE AS dipantau, 16 jam lalu, #Forex Teknikal

Inflasi PCE inti As akan tunjukkan tekanan harga kuat karena pasar tunda prediksi penurunan suku bunga the Fed, 16 jam lalu, #Forex Fundamental

EUR/USD siperdagangkan dengan bias negatif, di atas level 1.0700 karena para pedagang menunggu indeks harga PCE AS, 16 jam lalu, #Forex Teknikal

PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) akan membagikan dividen senilai Rp2.5 miliar dari laba tahun buku 2023, 1 hari, #Saham Indonesia

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalami penurunan kinerja keuangan pada kuartal I/2024, pendapatannya berkurang 10.49% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 1 hari, #Saham Indonesia

Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -4.20%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -2.90%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) -2.60%, 1 hari, #Saham Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.49% ke 7,120, 1 hari, #Saham Indonesia



Kirim Komentar Baru