Harga minyak menguat tajam karena China dikabarkan telah mencabut pembatasan COVID-19 di kota Shanghai. Hal ini membuat prospek pasokan semakin ketat.
Harga minyak mentah menghijau pada perdagangan hari Senin (31/5), merespon kabar China yang telah melonggarkan pembatasan COVID-19 di kota Shanghai mulai pekan ini. Harga minyak bahkan sempat menembus $120 per barel yang menjadi level tertinggi 2 bulan. Saat berita ini diturunkan, minyak Brent diperdagangkan di $122.85, sementara minyak WTI bergerak di kisaran $120.55.
Pembatasan COVID-19 yang diterapkan selama dua bulan terakhir di China memang membayangi pergerakan harga minyak. Karena itu, pelonggaran lockdown yang baru diumumkan pemerintah China menjadi angin segar di pasar minyak.
"Pencabutan pembatasan COVID-19 di Shanghai dan beberapa kota besar China mulai pekan ini memantik munculnya harapan bahwa permintaan minyak China akan kembali meningkat menuju level sebelum pembatasan. Hal ini akan semakin memperketat pasar minyak dunia dan mendukung kenaikan harga," kata seorang Commerzbank.
Uni Eropa Siapkan Blokade Impor Migas Rusia
Optimisme pasar minyak saat ini juga didukung oleh kabar dari benua biru. Uni Eropa sedang mempersiapkan sanksi keenam terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Diskusi mengenai hal ini sudah dilakukan selama sebulan terakhir karena sejumlah negara anggota belum sependapat dengan rencana blokade total untuk impor migas Rusia.
"Selama lebih dari sebulan terakhir, negara Uni Eropa masih berkutat pada pembicaraan tingkat tinggi untuk memperjelas keputusan mereka terhadap rencana blokade impor migas asal Rusia. Tetapi pasar semakin menyakini bahwa Uni Eropa sudah semakin dekat mencapai keputusan penuh melakukan embargo migas Rusia," kata Daniel Ghali, analis komoditas TD Securities di Toronto.
Langkah Uni Eropa memblokade minyak Rusia diperkirakan akan semakin memperketat pasokan minyak global. Beberapa analis memperkirakan Uni Eropa kemungkinan besar akan mengurangi pembelian migas Rusia hingga 90 persen pada akhir 2022 mendatang.