AUD/USD: Penembusan di bawah level 0.6500 bisa sebabkan pelemahan yang lebih dalam, data AS menjadi fokus, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Pound Sterling turun di tengah ketidakpastian jelang keputusan kebijakan the Fed, 10 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Politburo Tiongkok: Akan menerapkan kebijakan moneter yang hati-hati dan kebijakan fiskal yang proaktif, 10 jam lalu, #Forex Fundamental   |   EUR/GBP membukukan kenaikan moderat di atas level 0.8500 menyusul data penjualan ritel Jerman, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) tahun ini mengalokasikan belanja modal atau capex sebesar Rp 50 miliar hingga Rp 75 miliar tahun ini, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Mitra Pack Tbk (PTMP) tahun ini akan mengalokasikan anggaran belanja modal atau capex sebesar 10% dari laba bersih yang mereka dapat sepanjang tahun 2023 lalu. , 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Top gainers LQ45 pagi ini adalah: PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) 9.85%, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) 5.79%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) 2.73%, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat di awal perdagangan hari ini, naik 0.53% ke 7,193, 17 jam lalu, #Saham Indonesia

Meneropong Poundsterling Setelah Rencana Pemilu Inggris Lebih Awal

Nadia 21 Apr 2017
Dibaca Normal 4 Menit
forex > analisa >   #pound   #sterling
Setelah keputusan Theresa May untuk memajukan jadwal pemilu Inggris tiga tahun lebih cepat, apa yang akan terjadi pada Pounds Sterling selanjutnya?

Setelah keputusan Theresa May untuk memajukan jadwal pemilu Inggris tiga tahun lebih cepat, apa yang akan terjadi pada Pounds Sterling dan ekonomi Inggris selanjutnya? Pertanyaan tersebut mungkin muncul di benak para trader forex.

Pound Sterling
Pengumuman tentang dimajukannya Pemilu Inggris Selasa kemarin terbilang mendadak. PM May tak memberikan sinyal apa-apa sebelumnya, walaupun wacana diawalkannya Pemilu Inggris sebenarnya telah muncul sejak beberapa waktu lalu.

Menjelang pengumuman, muncullah banyak spekulasi terkait apa yang akan disampaikan May di Downing Street. Para investor ketakutan sehingga mereka melepas Sterling dan mengakibatkan penurunan yang cukup curam. Namun, tak lama setelah May resmi mengumumkan bahwa dirinya membutuhkan pemilu Inggris yang lebih awal demi kelancaran proses perceraian dari Uni Eropa, terjadilah hal sebaliknya pada mata uang itu.


Demi Stabilitas Dan Kepastian

Theresa May menyatakan bahwa dia ingin menggelar Pemilihan Umum pada tanggal 8 Juni 2017. May ingin persiapan Brexit yang sudah disusunnya tidak "dijegal-jegal" oleh oposisi.

"Kita membutuhkan Pemilu dan kita membutuhkannya sekarang," kata May pada 18 April lalu. "Keputusan ini baru saja saya buat dan sempat membuat saya berat hati. Namun, saya tetap harus memutuskan. Dan sekarang, inilah satu-satunya cara untuk menjamin kepastian dalam beberapa tahun ke depan,"

May mengklaim bahwa keputusan dan rencana pengumumannya dirahasiakan sangat ketat dan hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya. Pada intinya, ini semua adalah tentang "leadership" alias kepemimpinan. Khususnya, kepemimpinan May sebagai perdana menteri Inggris.

"Setelah negara ini memilih untuk meninggalkan Uni Eropa, Inggris membutuhkan kepastian, stabilitas, dan kepemimpinan yang tangguh. Sejak saya menjadi PM, pemerintahan memang sudah mengarah ke sana," kata May.

Namun, ia menambahkan bahwa partai-partai politik lain yang berseberangan, menghalangi usahanya untuk memproses Brexit. May bahkan dengan terang-terangan menyebutkan pihak-pihak mana saja yang berusaha menyerangnya. Yang paling mencolok adalah pihak di Westminster seperti Partai Buruh, Liberal Demokrat, dan sebagian orang di Majelis Tinggi.

Memutuskan untuk menggelar pemilu lebih awal telah dipikirkan May dengan berbagai pertimbangan. Akhirnya, tak ada jalan lain, stabilitas dan kepastian hanya bisa tersedia dengan cara ini.


Roller-Coaster Poundsterling

Poundsterling meroket hingga ke high lima bulan dengan lonjakan setinggi 2.7 persen. GBP/USD menggapai angka 1.2909 setelah May berbicara. EUR/GBP juga anjlok ke angka 0.8313. Hingga editorial ini ditulis, Poundsterling pun masih beredar di level tinggi.

"Lho, bagaimana sih, pemilu kan biasanya berarti peningkatan ketidakpastian, ini Pound kok malah menguat?" Begitulah kira-kira yang ditanyakan oleh para trader. Eric Moore analis dari fund grup Miton yang diwawancarai oleh Financial Times pun mengaku kaget dan bingung. Namun ia mengetahui bahwa ini adalah indikasi buruk bagi mata uang Inggris tersebut.

"Satu-satunya tafsiran yang paling masuk akal bagi saya adalah Tories (istilah untuk para anggota dan pendukung Partai Konservatif Inggris) akan kembali menjadi mayoritas... dan Parlemen akan menuruti apa saja yang mereka katakan," kata Moore merujuk pada faktor politik.

Ada pula Azad Zangana, ekonom senior Eropa untuk Schroders, mengatakan bahwa ada banyak sekali teori yang menjadi penyebab kenaikan Sterling. Selain kemungkinan bahwa Pemilu akan menambah kekuatan bagi May, Pemilu (yang digelar lebih awal semacam ini) juga bisa memperkuat "Soft-Brexit" atau bahkan membuatnya tak pernah terjadi sama sekali alias batal.


Bagaimana Gerak Pound Setelah Pemilu Akan Dimajukan?

Sejumlah pihak memprediksi reli Pound kali ini hanya akan berlangsung singkat. Para trader forex justru bertaruh akan diadakannya referendum Brexit kedua. "Positifnya reaksi Sterling terhadap pemilu lebih awal karena memakai asumsi akan ditangguhkannya Brexit serta potensi referendum kedua," kata Dominic Rossi, Kepala Eksekutif di Fidelity International. "Ini jauh dari kenyataan dan pasar salah menafsirkan situasi. Brexit akan terjadi."

gbpusd
Alan Ruskin, Ahli Forex dari Deutsche Bank, justru mengaku tak yakin. Para investor harus meyakinakan diri mereka sendiri apakah "soft Brexit" memang akan terjadi atau tidak. "Dalam hal ini saya masih skeptis", kata Ruskin.

Analisa dari Nomura dan NAB justru memperkirakan bahwa Sterling seharusnya akan naik. Nomura memegang kisaran GBP/USD di 1.30 - 1.35 sedangkan NAB di angka 1.34 - 1.35. Yang jelas, Bank of America Merrill Lynch (BofA) dan Deutsche, menyebut isu pemajuan jadwal pemilu ini sebagai "game-changer" bagi Pound. "Dengan terulurnya Brexit, maka buntut risiko bagi Sterling pun menyempit," kata BofA.

Pada intinya, belum ada yang bisa memperhitungkan secara pasti bagaimana Pound akan bergerak. Banyak sekali yang harus dipertimbangkan termasuk faktor-faktor ekonomi dari Inggris dan Uni Eropa juga. "Poundsterling akan 'menderita' setelah ini," kata Nick D’Onofrio, Kepala Eksekutif North Asset Management, di Inggris. Meminjam istilah dari Financial Times, Poundsterling sudah bukan lagi "mata uang yang paling dibenci," tetapi ia juga "belum bisa membuat pasar jatuh cinta lagi" padanya.

Terkait Lainnya
 
AUD/USD: Penembusan di bawah level 0.6500 bisa sebabkan pelemahan yang lebih dalam, data AS menjadi fokus, 10 jam lalu, #Forex Teknikal

Pound Sterling turun di tengah ketidakpastian jelang keputusan kebijakan the Fed, 10 jam lalu, #Forex Fundamental

Politburo Tiongkok: Akan menerapkan kebijakan moneter yang hati-hati dan kebijakan fiskal yang proaktif, 10 jam lalu, #Forex Fundamental

EUR/GBP membukukan kenaikan moderat di atas level 0.8500 menyusul data penjualan ritel Jerman, 10 jam lalu, #Forex Teknikal

PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) tahun ini mengalokasikan belanja modal atau capex sebesar Rp 50 miliar hingga Rp 75 miliar tahun ini, 17 jam lalu, #Saham Indonesia

PT Mitra Pack Tbk (PTMP) tahun ini akan mengalokasikan anggaran belanja modal atau capex sebesar 10% dari laba bersih yang mereka dapat sepanjang tahun 2023 lalu. , 17 jam lalu, #Saham Indonesia

Top gainers LQ45 pagi ini adalah: PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) 9.85%, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) 5.79%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) 2.73%, 17 jam lalu, #Saham Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat di awal perdagangan hari ini, naik 0.53% ke 7,193, 17 jam lalu, #Saham Indonesia



Kirim Komentar Baru