RBA tampak antusias dalam menanggapi pentingnya nilai tukar AUD yang lemah guna memberikan fasilitas yang maksimum pada transisi perekonomian Australia dari pertambangan ke investasi non pertambangan. Isu AUD yang lemah telah menjadi bagian integral dari kebijakan moneter domestik Australia.
Pada 3 Pebruari lalu Reserve Bank of Australia (RBA) memilih untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis point dari 2.50% yang telah berlaku sejak Agustus 2013 ke 2.25%, terendah dalam sejarah RBA. Dalam notulen meeting yang dirilis Senin 16 Pebruari kemarin para anggota dewan gubernur RBA khawatir akan lambatnya perkembangan investasi pada sektor non pertambangan dan output yang dihasilkan dari industri ini. Disamping itu nilai tukar AUD juga masih dianggap terlalu tinggi (overvalued) dan bank sentral akan berusaha membuat nilai tukar yang lebih lemah seiring dengan turunnya harga komoditi, meskipun AUD telah menyusut sekitar 4.7% sejak awal tahun ini versus USD, sebelum meeting RBA 3 Pebruari.
Di Australia, RBA tampak sangat vokal dan antusias dalam menanggapi pentingnya nilai tukar Aussie yang lemah guna memberikan fasilitas yang maksimum pada transisi perekonomian Australia yang secara tradisional berbasis pada pertambangan ke investasi sektor non pertambangan. Ini berarti isu nilai tukar Aussie yang lemah telah menjadi bagian integral dari kebijakan moneter domestik Australia, dan akan menjadi fokus dalam meeting bank sentral mendatang.
Gubernur RBA Glenn Stevens melihat pelemahan Aussie saat ini tidak hanya terhadap US Dollar, tetapi juga terhadap sejumlah mata uang utama lainnya. Khusus terhadap USD ia mengatakan pelemahan tersebut lebih disebabkan oleh menguatnya greenback, dan hal itu akan membantu perekonomian Australia, namun ia masih mengharapkan nilai tukar yang lebih rendah diwaktu mendatang guna memperbaiki pertumbuhan. Seperti diketahui GDP Australia telah mengalami kontraksi dalam 2 kwartal berturut-turut, kwartal kedua tahun 2014 lalu tumbuh 0.5%, turun tajam dari kwartal pertama yang tumbuh 1.1%, dan kwartal ke 3 kembali turun ke 0.3%, terendah dalam 4 tahun terakhir.
Stevens menolak adanya ancaman resesi, menurutnya indikator fundamental ekonomi tidak mengecewakan, tetapi perkiraan kondisi ekonomi diwaktu yang akan datang belum sebaik yang diharapkan, oleh karenanya bank sentral melakukan upaya antara lain dengan pemotongan suku bunga guna memacu pertumbuhan. Namun demikian ancaman inflasi di pasar perumahan terutama di kawasan Sydney dan Melbourne diperkirakan akan membatasi langkah RBA untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut.
Dari ekspektasi RBA diatas dan penguatan USD yang diperkirakan masih akan berlanjut menjelang kenaikan suku bunga The Fed, analis telah menurunkan perkiraan nilai tukar AUD/USD tahun ini sebesar antara 6.1% hingga 7.6% lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Sumber : www.forex.com
www.actionforex.com