Tidak sedikit investor saham pemula yang mengalami kegagalan, sehingga beranggapan bahwa pasar tidak pernah berpihak kepadanya. Simak tips-tips berikut untuk menghindari kegagalan dalam berinvestasi saham!
Halo sobat trader dan investor di seluruh Indonesia, apa kabar? Senang sekali bisa kembali berbagi untuk sobat semua. Pada kesempatan kali ini, penulis akan berbagi tips-tips tentang cara investasi saham anti gagal bagi sobat yang baru mencoba memulai. Perlu diingat, tips ini hanya cocok bagi sobat yang ingin berinvestasi, bukan trader. Karena strategi yang digunakan oleh seorang trader dan investor cukup jauh berbeda dan sangat sulit untuk dipadukan satu sama lain. Baik, langsung saja yuk kita simak tips-tips berikut ini!
Apa Saja Tips Investasi Saham Anti Gagal Yang Bisa Dipraktekkan?
1. Investasikan Dana Hanya Pada Saham Perusahaan Yang Sudah Bertengger Minimal 5 Tahun Dalam Indeks LQ45
Investor pemula umumnya melihat saham-saham dengan harga murah dengan memiliki mindset dapat membeli dan mengoleksi banyak saham perusahaan tertentu dengan menggunakan modal yang sedikit. Hal ini dapat dibenarkan, hanya saja hal terpenting yang harus diperhatikan adalah apakah perusahaan tersebut sudah bertengger selama 5 tahun dalam indeks LQ45? Kenapa harus LQ45? Karena indeks LQ45 merupakan saham-saham pilihan yang diseleksi secara ketat.
Ibaratnya biji kopi, biji kopi tersebut diseleksi dan disortir untuk memperoleh kualitas kopi siap saji yang berkualitas baik. Oleh karena itu tidak ada salahnya jika sobat khususnya yang baru saja memulai investasi saham untuk mengalokasikan dana hanya pada perusahaan-perusahaan yang sudah bertengger minimal 5 tahun dalam indeks LQ45 ini. Tidak sedikit perusahaan-perusahaan yang bertengger selama kurun waktu kurang dari 5 tahun dikeluarkan dari indeks LQ45. Saham-saham yang termasuk ke dalam indeks LQ45 dapat diakses melalui situs yang disediakan oleh Indonesian Stock Exchange (IDX).
Setelah sobat menemukan daftar saham-saham yang termasuk ke dalam saham indeks LQ45, perhatikan juga apakah saham tersebut sudah berada pada daftar indeks LQ45 selama 5 tahun? Jika iya, maka langkah selanjutnya, pilihlah perusahaan yang tidak terdengar asing bagi sobat. Kita tidak ingin membeli kucing dalam karung bukan? Oleh karena itu, penting pula memperhatikan kriteria-kriteria saham yang menguntungkan untuk dikoleksi dalam jangka panjang.
(Baca Juga: Saham Paling Aktif Hari Ini)
2. Jangan Panik Ketika Saham Pilihan Harganya Sedang Turun
Kebanyakan investor pemula akan panik ketika saham yang dibeli harganya turun, namun bagi investor yang sudah berpengalaman, momen penurunan ini dapat menjadi potensi untuk menambah porsi saham dalam jumlah tertentu sehingga berpeluang untuk mengoleksi saham lebih banyak. Seperti yang telah dipaparkan di atas, sobat tidak perlu khawatir jika mengalokasikan dana pada indeks LQ45 yang sudah terdaftar selama kurun waktu minimal 5 tahun.
Umumnya, penurunan pada saham-saham indeks LQ45 tersebut hanya bersifat sementara atau koreksi. Justru ketika terjadi koreksi, maka saat tersebut adalah momen yang tepat untuk menambah porsi saham yang sama atau dikenal dengan istilah averaging. Sebagai contoh, jika sebelumnya sobat membeli saham ABCD dengan harga Rp. 1000 per lembar, maka untuk membeli 1 lot saham ABCD dibutuhkan modal sebesar Rp. 100,000.
Selang beberapa hari kemudian harga saham tersebut turun menjadi Rp. 950 per lembar maka modal yang dibutuhkan untuk memiliki 1 lot saham ABCD menjadi Rp. 95,000 atau terdapat potongan harga sebesar Rp. 5000. Dari dua kali pembelian saham ABCD tersebut diperoleh harga rata-rata pembelian sebesar Rp. 97,500 (100,000 + 95000 = 195,000 / 2 = Rp. 97,500). Ingat, teknik Averaging tidak dapat diterapkan pada semua saham, seperti yang telah dipaparkan pada poin pertama di atas, gunakan teknik ini hanya pada saham perusahaan-perusahaan besar yang tidak asing lagi bagi sobat.
3. Selalu Gunakan Uang Dingin
Mungkin ada sobat yang sedikit "memaksa" alias menggunakan uang keperluan sehari-hari untuk berinvestasi saham. Ingat, jangan sampai memangkas uang dapur untuk investasi, atau memangkas uang pendidikan anak. Kenapa? Untuk berinvestasi dibutuhkan waktu dan kesabaran yang tidak sedikit.
Bayangkan jika sobat berinvestasi pada saham ABCD dengan menggunakan uang pendidikan anak, kemudian pada suatu ketika anak sobat membutuhkan uang tersebut untuk membayar iuran pendidikan. Di saat yang sama juga, harga saham ABCD sedang mengalami penurunan. Mau tidak mau, sobat harus menjual rugi saham tersebut dikarenakan kebutuhan yang mendesak untuk membayar iuran pendidikan.
Bukan profit yang didapatkan malah loss jika sobat memutuskan untuk menjual rugi saham tersebut pada saat itu juga. Setelah sobat menjual rugi saham ABCD, ternyata beberapa jam kemudian harga saham tersebut melonjak naik, karena penurunan saham ABCD ternyata hanya bersifat koreksi. Tentu saja hal ini akan menimbulkan penyesalan dan kekesalan yang mengakibatkan seorang investor memiliki mindset bahwa pasar tidak pernah berpihak kepadanya.
Sobat tidak ingin menemui kejadian yang serupa bukan? Investasi memang bagus dan dianjurkan. Namun, gunakanlah dana yang bersifat tidak dibutuhkan dalam jangka waktu dekat atau istilahnya uang dingin. Jika sobat memang benar-benar ingin berinvestasi saham dengan dana yang terbatas, lebih baik sobat menyisihkan 10%-20% dari penghasilan bulanan untuk digunakan berinvestasi. Bagi pelajar atau mahasiswa, dapat menyisihkan uang sakunya untuk menabung saham sedikit demi sedikit.
4. Rutin Menginvestasikan Dana
Pada poin kedua telah disebutkan tentang teknik Averaging. Namun bagi sobat yang sering ketinggalan momen, dapat menggunakan teknik Dollar Cost Averaging (DCA). Mungkin istilah ini terdengar asing bagi sobat. Sebenarnya Dollar Cost Averaging ini berarti "nabung saham".
Kenapa dikatakan "nabung saham"? Karena sobat akan menginvestasikan dana dengan jumlah yang sama secara rutin. Untuk melakukannya, ada 2 cara:
- Contoh pertama, sobat memperoleh gaji setiap tanggal 6. Kemudian sobat menyisihkan dana sekitar Rp. 400,000 setiap bulan untuk membeli saham. Pada tanggal 7 setiap bulannya sobat rutin membeli sebuah saham yang sama dengan menggunakan seluruh dana yang sudah dianggarkan tersebut. Tidak perduli apakah harga saham tersebut mengalami kenaikan atau penurunan. Yang jelas, setiap tanggal 7 sobat menyetorkan dana yang sudah disisihkan tersebut untuk membeli saham yang sama.
- Cara yang kedua, dana sebesar Rp. 400,000 yang dianggarkan setiap bulan tersebut digunakan untuk membeli saham secara mingguan. Katakanlah sobat akan membeli saham setiap hari Senin, maka pada minggu pertama sobat menggunakan dana sebesar Rp. 100,000 untuk membeli saham EFGH.
Pada hari Senin minggu kedua sobat kembali membeli saham EFGH dengan menggunakan dana sebesar Rp. 100,000. Hal tersebut juga dilakukan pada minggu ketiga dan keempat, sampai akhirnya seluruh dana yang dianggarkan setiap bulan untuk membeli saham EFGH habis seluruhnya. Inilah yang dimaksud dengan teknik Dollar Cost Averaging atau nabung saham.
Teknik ini sangat cocok bagi sobat yang memiliki rutinitas padat dan ingin berinvestasi jangka panjang tanpa perlu memperhatikan pergerakan harga. Tinggal set and forget, beli lalu tinggalkan. Jika sobat menekuni metode ini, beberapa tahun kedepan portofolio yang sobat miliki tidak terasa akan bertumbuh seiring waktu.
(Baca Juga: Apa Itu Compounding Saham?)
Nah itu dia sobat, 4 tips investasi saham anti gagal yang penulis coba terapkan pada akun investasi penulis. Perlu dibedakan antara akun investasi dan akun trading, karena metode investasi dan trading umumnya bertolak belakang. Jika sobat memutuskan untuk berinvestasi maka berinvestasilah, jangan menjadi "trader dadakan". Jika sobat memutuskan untuk trading maka gunakanlah teknik trading yang benar dan jangan menjadi "investor dadakan". Semoga dengan artikel ini dapat menambah wawasan kita semua, salam profit!