Berikut ini kamus 25 istilah saham yang paling penting, populer, dan wajib diketahui oleh setiap investor maupun trader saham Indonesia.
Bagi pemula, pasti ada banyak sekali istilah saham yang tak bisa dipahami. Hal ini dapat membuat Anda salah memahami suatu berita penting ataupun melakukan keputusan keliru karenanya. Oleh sebab itu, di sini kami merangkum 25 istilah saham yang paling penting, populer, dan wajib diketahui oleh setiap investor maupun trader saham Indonesia. Bookmark halaman ini sebagai referensi jika kelak Anda menemui istilah saham yang tak dimengerti.
Auto Rejection
Auto Rejection merupakan batasan pergerakan harga harian bagi setiap saham di Bursa Efek Indonesia. Batasan kenaikan harga tertinggi (Auto Rejection Atas/ARA) dan penurunan harga terendah (Auto Rejection Bawah/ARB) berupa persentase yang telah ditentukan sesuai dengan fraksi harga sahamnya, sehingga harga saham tidak akan terlalu jatuh atau terbang tinggi dalam satu hari saja.
Bandarmologi
Bandarmologi merupakan teknik analisa saham yang didasarkan pada anggapan adanya pihak-pihak tertentu (pemain besar yang disebut "Bandar") yang dapat mengendalikan pergerakan harga. Telaah bandarmologi biasanya melibatkan analisa volume bid dan offer yang membentuk harga suatu saham.
Beta Saham
Merupakan angka yang mewakili sensitivitas harga suatu saham terhadap perubahan IHSG.
- Angka Beta kurang dari 1, berarti saham tidak sensitif pada risiko pasar.
- Angka Beta lebih dari 1, berarti saham sangat sensitif pada volatilitas pasar.
- Angka Beta di bawah nol (0), berarti pergerakan harga saham berbanding terbalik dengan IHSG.
Blue Chip
Julukan untuk saham-saham dengan kapitalisasi pasar sangat tinggi, membukukan kinerja keuangan relatif bagus secara terus menerus dibanding saham lain dalam industri yang sama, dan memberikan dividen dengan besaran di atas rata-rata dividen saham lain di Bursa Efek Indonesia. Sering juga disebut saham lapis satu. Contoh: UNVR, GGRM, TLKM, BBCA, ICBP, BBNI, BBRI.
Buyback
Aksi korporasi emiten yang membeli kembali sahamnya yang sudah beredar di publik.
Capital Gain
Keuntungan dari selisih antara harga jual dan harga beli suatu saham.
Cum Date
Merupakan kependekan dari "Cumulative Date". Apabila seseorang telah memiliki atau membeli suatu saham pada tanggal Cum Date pembagian dividen, maka ia berhak memperoleh dividen.
Debt to Equity Ratio (DER)
Parameter yang mewakili perbandingan antara utang dan ekuitas perusahaan. Makin tinggi, berarti makin jelek.
Delisting
Suatu emiten menarik sahamnya dari perdagangan di bursa, bisa secara sukarela maupun dipaksa.
Dividen
Pembagian dari laba bersih perusahaan dalam setiap periode pembukuan tertentu (umumnya satu tahun sekali). Dividen bisa berupa uang tunai (Cash Dividen) maupun saham (Stock Dividen). Penjelasan istilah saham ini selengkapnya: Jadwal Dividen Saham Indonesia.
Earnings Per Share (EPS)
Laba bersih per lembar saham. Makin besar, berarti makin baik.
Ex Date
Merupakan sebutan bagi tanggal yang bertepatan dengan sehari setelah Cum Date. Apabila seseorang membeli saham pada Cum Date dan tidak menjualnya hingga Ex Date pembagian dividen, maka ia berhak mendapatkan dividen. Namun, bila seseorang belum memiliki saham pada Cum Date, dan baru membelinya pada Ex Date, maka ia tak berhak mendapatkan dividen.
HMETD (Rights Issue)
Penambahan jumlah saham beredar oleh emiten untuk mendapatkan tambahan modal. Bagi investor, HMETD bisa mengakibatkan nilai saham terdilusi, tetapi juga membuka peluang keuntungan.
IPO
Initial Public Offering, merupakan proses penawaran saham perdana sebelum suatu emiten resmi terdaftar di bursa.
Mid-Cap Stocks
Julukan untuk saham-saham likuiditas cukup tinggi, tetapi kinerja dan nilai kapitalisasi pasarnya tak sebesar Saham Lapis Satu (Blue Chip). Contoh: BSDE, PPRO, PWON, LSIP, JPFA, ERAA.
Penny Stocks
Di bursa saham AS, istilah "Penny Stocks" merujuk pada saham-saham berharga kurang dari USD1 per lembar. Di Indonesia, istilah ini acap kali digunakan untuk merujuk saham gocap atau saham tidur, yaitu saham-saham berharga hanya Rp50-an. Likuiditasnya di pasar reguler nyaris nol.
Price Earnings Ratio (PER)
Perbandingan antara harga saham dan laba bersih perusahaan; semakin rendah semakin baik. Sering juga disebut PE Ratio.
Price to Book Value (PBV)
Rasio yang membandingkan nilai pasar suatu saham (stock's market value) terhadap nilai buku per lembar saham (nilai saham saat saham dijual untuk pertama kalinya kepada investor). PBV di atas satu tapi tak terlalu tinggi, biasanya dicari karena dianggap sebagai indikator harga saham yang "masih murah". Namun, hal ini tidak berlaku di semua sektor. Contohnya: Semakin bagus prospek emiten perbankan, maka biasanya memiliki PBV makin tinggi.
Prospektus
Prospektus adalah kombinasi profil perusahaan dan laporan keuangan tahunan yang perlu dipersiapkan dan dipublikasikan oleh sebuah perusahaan sebelum IPO.
Relisting
Suatu emiten yang pernah menarik sahamnya dari bursa (delisting), kembali terdaftar di bursa.
Return on Asset (ROA)
Indikator untuk mengukur seberapa profitable suatu perusahaan jika dibandingkan dengan asetnya. Semakin besar, berarti semakin baik.
Return on Equity (ROE)
Perbandingan antara laba bersih dengan total ekuitas atau sama juga dengan rasio EPS dibagi dengan rasio PBV. Semakin tinggi rasio ROE semakin baik. Akan tetapi, perusahaan dengan rasio ROE tinggi biasanya juga memiliki resiko tinggi pula karena perusahaan itu memiliki rasio utang yang cukup besar. Selain itu, perusahaan dengan rasio ROE tinggi juga cenderung memiliki PBV tinggi. Sebagian pihak menyarankan saham yang mempunyai rasio ROE stabil dan minimal 10 persen.
Reverse Stock Split
Peningkatan nilai nominal saham per lembar menjadi pecahan yang lebih besar, sehingga jumlah saham beredar menjadi lebih sedikit. Bagi investor, hal ini tidak berpengaruh besar karena nilai saham tetap, hanya jumlah lembar saham yang dimiliki akan berkurang. Konsekuensinya, bagi investor yang ingin membeli maka harus menyediakan dana lebih besar karena harga saham menjadi lebih mahal.
Stock Split
Pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil, sehingga jumlah saham beredar lebih banyak. Tujuannya agar harga saham menjadi lebih terjangkau bagi investor pada umumnya. Bagi investor, hal ini tidak berpengaruh besar karena nilai saham tetap, hanya jumlah lembar saham yang dimiliki saja meningkat.
Third-Liner
Julukan bagi saham-saham yang sering digoreng bandar, memiliki kinerja fundamental buruk, dan kerap kali tidak likuid. Termasuk juga diantaranya saham gocap. Contoh: DEWA, ENRG, UNSP, TRAM, BEKS, BUMI.