Harga minyak tertekan di dekat level terendah 6 bulan karena risiko penurunan permintaan dan meningkatnya pasokan.
Harga minyak dunia menguat terbatas pada perdagangan Selasa (16/Agustus) pagi setelah sempat anjlok hingga lebih dari 5 persen pada awal pekan kemarin. Minyak Brent diperdagangkan pada kisaran $96.15 per barel, sementara minyak WTI tertahan di $89.30 per barel. Secara teknikal, kedua acuan harga minyak tersebut berada di jalur penurunan terendah sejak Februari 2022.
Penurunan harga minyak kali ini dipicu oleh sentimen permintaan dan penawaran yang kurang menguntungkan. Dari sisi permintaan, proyeksi OPEC dipangkas karena kondisi ekonomi global yang masih rapuh. Apalagi, China yang merupakan konsumen utama minyak dunia tengah mengalami perlambatan ekonomi.
Sementara dari sisi penawaran, Aramco dilaporkan berencana meningkatkan produksi hingga 12 juta barel per hari (bph) dalam waktu dekat. Perusahaan minyak terbesar Arab Saudi itu mengabaikan keputusan OPEC untuk tidak menaikkan produksi pada bulan September mendatang.
Di saat yang sama, pasokan minyak dari Iran berpotensi membanjiri pasar global menyusul upaya upaya Uni Eropa untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang sempat mengalami deadlock. Sebagian analis berpendapat jika langkah UE ini merupakan strategi mencari pasokan alternatif di tengah krisis energi yang terjadi karena dampak perang Rusia-Ukraina.
Menlu Iran mengatakan jika pihaknya akan menanggapi proposal yang digagas UE untuk mencapai kesepakatan nuklir, asalkan AS bersedia mengambil pendekatan fleksibel atas tiga poin krusial yang memicu gagalnya kesepakatan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Baca juga: Harga Minyak Hari Ini
Di tempat terpisah, kerusakan pipa kilang minyak di anjungan lepas pantai Teluk Meksiko telah selesai diperbaiki pada Jumat pekan lalu. Kabar ini sedikit banyak ikut mempengaruhi pergerakan harga minyak pada sesi awal pekan kemarin.
"Gangguan pasokan minyak dari beberapa kilang minyak di Teluk Meksiko yang menyokong harga minyak pekan lalu tampaknya kembali stabil untuk saat ini. Produksi minyak dari kawasan tersebut kembali meningkat," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLC.