Nilai US dollar merosot di Asia Rabu 7 Nopember setelah media merilis berita kemungkinan besar terpilihnya kembali Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat untuk 4 tahun mendatang. Hal ini memastikan bahwa kebijakan quantitative easing tetap akan dijalankan oleh The Fed. Partai Demokrat tampak akan tetap menguasai Senat sementara Partai Republik akan lebih mengontrol House of
Nilai US dollar merosot di Asia Rabu 7 Nopember setelah media merilis berita kemungkinan besar terpilihnya kembali Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat untuk 4 tahun mendatang. Hal ini memastikan bahwa kebijakan quantitative easing tetap akan dijalankan oleh The Fed. Partai Demokrat tampak akan tetap menguasai Senat sementara Partai Republik akan lebih mengontrol House of Representatives, dan Amerika Serikat tetap akan mengalami masalah defisit anggaran yang mengakibatkan pengetatan fiskal tahun depan.
Obama mendukung kebijakan quantitative easing, sementara pesaingnya Romney dan orang-orang Republik tidak sependapat dengan alasan intervensi bank sentral seperti itu berbahaya dan akan memicu laju inflasi yang tinggi. Pendirian kuat Obama untuk melakukan regulasi dibidang keuangan dipandang akan berdampak positif pada pasar obligasi tetapi negatif bagi pasar saham.
Quantitative easing pada dasarnya adalah kebijakan The Federal Reserve untuk membuat nilai US dollar lebih murah. “Orang-orang Republik sangat mengkritik kebijakan ini, tetapi rupanya akan tetap dijalankan The Fed” kata Yunosuke Ikeda, senior forex strategist dari Nomura Securities. Sementara chief forex strategist JPMorgan Chase, Junya Tanase menanggapi: “Setelah pemilihan presiden, fokus perhatian pasar akan bergeser pada isu fiskal. Tidak jelas langkah apa yang akan dilakukan Obama untuk mengatasi akibat dari defisit anggaran” Tahun depan akan ada pemotongan anggaran pengeluaran pemerintah sekitar 600 milyard dollar dan kenaikan pajak bagi orang-orang kaya, kecuali ada reaksi keras dari kongres.
USD index dan mata uang utama
Sementara investor mengkhawatirkan akan penurunan rating kredit Amerika Serikat, index US dollar (USD index) terhadap beberapa mata uang utama turun 0.3% menjadi 80.352 dari level tertinggi hari Senin di 80.843. Disisi lain, EUR/USD menguat 0.4% ke level 1.2862 setelah sehari sebelumnya sempat tergelincir pada 1.2763, level terendah dalam 2 bulan ini akibat kekhawatiran pasar akan situasi di Yunani yang akan mengadakan pemungutan suara di parlemen untuk program rencana bailout lanjutan. “Pasar sudah tidak khawatir lagi akan kemungkinan bubarnya zona Eropa, Mata uang Euro memang sedang tertekan, tetapi itu lebih disebabkan oleh depresiasi biasa akibat kondisi perekonomian yang sedang jelek. Euro-dollar akan bergerak pada kisaran range 1.25 sampai 1.3” kata Ikeda dari Nomura Securities.
US dollar juga melemah terhadap Yen Jepang. Seusai pengumuman kemenangan kembali Obama, USD/JPY sempat drop ke level 79.81. Sementara Aussie menguat 0.2% ke 1.0461, level tertingginya selama 6 bulan, melanjutkan penguatan sebelumnya setelah bank sentral Australia (RBA) membuat kejutan dengan tidak memangkas tingkat suku bunga seperti yang diprediksikan analis.
Pengaruh pemilihan presiden kali ini terhadap mata uang utama hampir sama dengan tahun 2008 lalu, dimana saat itu EUR/USD dan USD/JPY juga menguat seusai kemenangan Obama yang bersejarah tersebut. Hal ini berkaitan dengan rencana Obama yang akan menaikkan pajak bagi orang-orang kaya dan akan memberi sanksi berat pada perusahaan multinasional yang terbukti curang. Selain itu kemungkinan besar Obama akan tetap mempertahankan Ben Bernanke sebagai orang nomor satu di The Fed dengan kebijakan moneter yang “ultra-easy” atau quantitative easing. Hal yang belum pasti adalah apakah Obama akan bisa mencapai kesepakatan dengan kongres untuk memuluskan semua rencananya tersebut.
Secara umum pasar mengharapkan kemenangan Obama pada pemilihan kali ini, dengan asumsi Demokrat akan lebih mendukung pasar obligasi/bond dan cenderung pada tingkat suku bunga yang rendah, sementara Mitt Romney dipandang akan lebih berpihak pada para pebisnis dan cenderung akan menguntungkan pasar saham. Walaupun sebagian pengamat berpendapat bahwa rencana kebijakan Romney akan lebih menguntungkan nilai tukar US dollar, tetapi tentu saja hal ini masih bisa diperdebatkan.
Sumber : www.reuters.com
www.bloomberg.com